Bandung Side, Bogor – Kuliner Kota Bogor melengkapi wisata gastronomi yang salah satunya dapat menikmati sajian Ayam Goreng Fatmawati, restoran cepat saji semi self service (semi prasmanan) yang menyajikan berbagai masakan tradisional Indonesia
Ayam Goreng Fatmawati dengan menu andalan Ayam Goreng Kuning dan Ayam Bakar yang diolah menggunakan berbagai rempah-rempah asli Indonesia secara khas dengan bumbu meresap sampai kedalam tulang
Wisata gastronomi tersebut merupakan agenda penjalanan Famtrip Railway Bogor yang diinisiasi oleh ASITA Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Jawa Barat dalam program Railways Heritage Familiarization Trip To Bogor-Sukabumi.
Disampaikan oleh Daniel Guna Nugraha, Ketua ASITA Jawa Barat bahwa perjalanan menggunakan kereta api sudah ada sejak jaman colonial pemerintahan Hindia Belanda, Selasa, 14 Oktober 2025
“Dipilihnya Kota Bogor dalam perjalanan wisata menggunakan kereta api, karena Kota Bogor memiliki Stasiun yang mewah dan keren secara arsitektur se Indonesia yang dibangun sekitar 1880 an,” ujar Daniel Guna Nugraha.
Secara historis, dibangunnya Stasiun Bogor yang mewah tersebut untuk menghubungkan Istana Gubernur Jenderal di Batavia dengan Istana kediaman di Bogor yang berjarak kurang lebih 60 kilo meter, tambah Daniel.
Jadi, tema Railways Heritage Familiarization Trip To Bogor-Sukabumi sangat relevan dibuka Kembali sejarah perjalan menggunakan kereta api. Sementara yang masih hidup jalur Bogor-Jakarta hanya Kereta Rel Listrik saja, bagaimana dengan penumpang lain yang menuju Sukabumi.
Sehingga dengan dihidupkannya lagi jalur Bogor-Sukabumi berharap potensi ekonomi di stasiun-stasiun kecilnya akan kembali hidup dan berkembang, apalagi dipelopori oleh pariwisata yang wisatawannya menggunakan kereta api saat menjangkau destinasi sejarah.

City Tour Kota Bogor
Bus wisata Uncal diluncurkan oleh Pemerintah Kota Bogor pada 1 Januari 2017 sebagai bus wisata untuk berkeliling kota, yang awalnya melewati rute Sistem Satu Arah (SSA) sekitar Kebun Raya Bogor.
Nama “UNCAL” merupakan kependekan dari “Unforgetable City Tour at Lovable City,” dan bus unik ini dilengkapi pemandu wisata dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk memberikan informasi mengenai sejarah dan budaya Kota Bogor, yang dijuluki “Buitenzorg“.
Lapangan Sempur
Titik awal kunjungan dari Hotel Salak, Bogor adalah Lapangan Sempur, memiliki sejarah panjang yang bermula dari area latihan militer kolonial Belanda yang kemudian berubah menjadi kawasan permukiman elite Eropa.
Nama “Sempur” berasal dari banyaknya pohon sempur mirip melon kecil yang tumbuh di kawasan tersebut dan pernah menjadi lokasi pidato Presiden pertama RI, Soekarno.
Setelah mengalami beberapa kali revitalisasi, saat ini Lapangan Sempur dekat dengan Istana Bogor dan pusat kota telah menjadi taman kota multifungsi yang populer untuk berbagai kegiatan olahraga dan rekreasi.
Jalan Pajajaran
UNCAL melaju melambat dikarenakan ramainya engendara di siang hari agak sedikit padat menuju Jalan Pajajaran.
Jalan Pajajaran di Bogor memiliki sejarah yang terkait dengan Kerajaan Pajajaran dan perkembangan modern kota. Nama jalan ini diambil dari nama kerajaan yang berpusat di Pakuan (Bogor) untuk menghormati warisan sejarahnya.
Pembangunan jalan ini sendiri dimulai secara modern pada tahun 1970-an dan terus berkembang menjadi salah satu arteri utama dan pusat bisnis di Bogor hingga saat ini.
Jalan Pajajaran mejadi kawasan bisnis yang ramai dengan munculnya pusat perbelanjaan seperti Ekalokasari Plaza dan Jambu Dua Plaza, serta berbagai perkantoran dan ruko.

Berfungsi sebagai salah satu jalur utama yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah sekitarnya dan jalan ini terus mengalami perubahan dan pengembangan untuk mengikuti kebutuhan transportasi modern, menjadikannya salah satu jalan terpanjang dan terpenting di Kota Bogor
Selain itu Jalan Pajajara juga melintasi fasilitas Kesehatan yang ada di Bogor seperti: Rumah Sakit Mulia, Rumah Sakit Azra, Rumah Sakit Siloam Bogor, dan Rumah Sakit Umum PMI Bogor dan fasilitas Pendidikan seperti: Kampus Baranangsiang IPB dan Sekolah Bisnis.
Tugu Kujang
Wisatawan yang menikmati city our terkagum dengan berdirinya Tugu Kujang yang dibangun pada 14 Mei 1982 sebagai simbol kebanggaan dan identitas Kota Bogor.
Selain itu, Tugu Kujang berdiri sebagai penghormatan terhadap masa kejayaan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang berpusat di Bogor.
Monumen setinggi 25 meter ini memiliki replika Kujang seberat 800 kg di puncaknya, yang melambangkan semangat juang dan kegigihan masyarakat Sunda.
Terdapat ornamen batu dibawah bertuliskan “Dinu kiwari ngancik nu bihari, seuja ayeuna sampeureun jaga” yang artinya “Apa yang dilakukan hari ini adalah warisan masa lalu, dan apa yang terjadi saat ini adalah warisan untuk generasi berikutnya.
Jalan Otista
Jalan Otto Iskandardinata (Otista) awalnya bernama Residentweg yang dibangun sekitar tahun 1864 untuk menghubungkan pusat pemerintahan saat itu, sebelum akhirnya diganti namanya untuk menghormati pahlawan nasional Otto Iskandardinata.
Terdapat jembatan lengkung yakni jembatan yang melintasi rel kereta api di jalan ini dibangun dengan struktur melengkung pada tahun 1920-an. Revitalisasi pada tahun 2023 tidak hanya memperluas jalan, tetapi juga mempercantik jembatan dengan menambahkan tangga inspeksi untuk pengunjung menikmati pemandangan Sungai Ciliwung.
Jembatan lengkung Otista salah satu ikon utama di Bogor, yang tidak hanya berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai, tetapi juga menjadi tempat wisata edukasi dan spot foto populer karena strukturnya yang unik.

Jalan Surya Kencana
Melintasi Jalan Suryakencana Bogor yang memiliki sejarah sebagai bagian dari Jalan Raya Pos era Daendels (1808), lalu menjadi pusat perniagaan etnis Tionghoa yang dikenal sebagai Handelstraat pada 1905, dan akhirnya diresmikan nama Jalan Surya Kencana pada 1970-an.
Saat ini, jalan ini terkenal sebagai destinasi wisata kuliner Kota Bogor legendaris, pusat pecinan, serta memiliki cagar budaya penting seperti Vihara Dhanagun (Hok Tek Bio).
Jalan Suryakencana menjadi Pusat Akulturasi Budaya, menjadi simbol akulturasi budaya, ditandai dengan gerbang Lawang Surya Kencana yang memadukan unsur budaya Sunda dan Tionghoa, seperti simbol Kujang dan patung harimau serta simbol Yin dan Yang.
Wisatawan menyempatkan iri turun dari UNCAL untuk jalan kaki merasakan suasana pusat niaga di pecinannya Kota Bogor, meskipun padat lalu lintas dan trotoar yang berbagi dengan pedagang kaki lima bagi pejalan kaki, masih dijumpai senyuman ramah mayarakat Kota Bogor menyambut wisatawan.
Situs Batu Tulis
Situs Batu Tulis Bogor adalah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran, yang berisi prasasti dan benda-benda purbakala lainnya.
Sejarahnya terkait dengan Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja, terutama prasasti yang dibuat oleh putranya, Prabu Surawisesa, untuk mengenang kejayaan sang ayah.
Selain prasasti utama, di situs ini terdapat pula lingga batu (melambangkan kesuburan pria) dan dua batu tegak yang diduga sebagai tempat mengikat kuda.
Prasasti Batu tulis dibuat pada tahun 1533 M oleh Raja Surawisesa, putra dari Prabu Siliwangi, untuk mengenang masa kejayaan ayahandanya Sri Baduga Maharaja dan keberhasilan dalam membangun daerah sekitar Pakuan Pajajaran.
Prasasti Batu Tulis berisi tulisan dalam bahasa Sunda kuno dan aksara Kawi Palawa yang menceritakan pencapaian Prabu Siliwangi dan kegiatannya seperti membuat parit pertahanan, memperkeras jalan, membuat hutan larangan (hutan samida), dan membuat danau (Talaga Warna).
Jalan Empang Kampung Arab
Jalan Empang Bogor memiliki sejarah panjang sebagai pusat pemerintahan dan permukiman Arab yang kini menjadi kawasan peziarahan dan budaya.
Kawasan Jalan Emang berkembang dari pusat pemerintahan feodal di masa Kerajaan Pajajaran, dipindahkan ke Empang oleh Raden Haji Muhammad Thohir, dan kini terkenal dengan Masjid Agung Empang, Makam Habib Abdullah bin Muchsin Al-Attas, serta keberadaan banyak ulama dan tokoh yang dimakamkan di sana.
Masjid Agung Empang (Masjid Alun), menjadi salah satu masjid tertua di Bogor, dibangun pada tahun 1828 dan menjadi pusat kegiatan spiritual dan sejarah.
Kawasan Empang merupakan salah satu dari lima kawasan pusaka kota Bogor, yang menggabungkan sejarah, budaya, dan kuliner. Tampak toko-toko yang menjual oleh-oleh khas Empang seperti minyak wangi, cincin kaukah, dan tasbih, namun sayang wisatawan tidak bisa turun berbelanja dikarenakan jadwal perkalanan menuju destinasi lainnya.

Gereja Tertua
Gereja tertua di Bogor adalah Gereja Katedral Bogor (Gereja Santa Maria) dan GPIB Zebaoth Bogor, yang keduanya didirikan pada masa kolonial Belanda dan memiliki sejarah panjang di kota tersebut.
Gereja Katedral Bogor didirikan sekitar tahun 1881 dan diresmikan sebagai gereja pada 1905, sementara GPIB Zebaoth didirikan pada tahun 1920.
Gereja Katedral Bogor, merupakan gereja tua yang masih aktif dan tetap menjadi simbol iman dan warisan budaya yang berharga bagi masyarakat.
Sedangkan GPIB Zebaoth Bogor letaknya di dekat Kebun Raya Bogor dan Istana Kepresidenan, gereja ini juga menjadi tempat wisata religi dan sejarah bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Gedung SMA 1
Gedung SMAN 1 Bogor awalnya adalah gedung MULO pada masa penjajahan Belanda, kemudian menjadi lokasi SMA Negeri 1 Bogor sejak 2 April 1950. Gedung ini memiliki nilai sejarah karena pernah direbut dan diduduki oleh pejuang Indonesia pada masa perang gerilya.
Saat ini, di dalam gedung SMA Negeri 1 Bogor terdapat ruang kelas, kantor, ruang guru, aula, dan fasilitas pendukung lainnya untuk kegiatan belajar-mengajar.
Gedung Balai Kota
Gedung Balai Kota Bogor dibangun pada tahun 1868 awalnya berfungsi sebagai Societeit (klub Eropa) sebelum menjadi kantor pemerintahan.
Saat ini, gedung utama digunakan sebagai Kantor Wali Kota Bogor, sementara di bagian belakang terdapat bangunan tambahan yang menampung berbagai dinas seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendidikan, dan lainnya.
Bangunan ini juga pernah digunakan sebagai markas Korem Surya Kencana dari tahun 1971. Arsitektur menawan dari Gedung utama memiliki arsitektur kolonial dengan pilar-pilar ramping dan dominasi cat putih yang memberikan kesan megah.
Matahari di Kota Bogor sudah mulai tenggelam di sudut Barat, menandakan city tour Railways Heritage Familiarization berakhir usai melintasi Gedung Balai Kota. Wisatawan terpuaskan setelah berkeliling Kota Bogor sekitar 4 jam perjalanan.***