Bandung Side, Bogor – Jalur kereta api dapat dikemas dengan kegiatan Railways Heritage Familiarization Trip to Bogor – Sukabumi sebagai upaya DPD ASITA Jawa Barat membangkitkan kembali kejayaan moda angkutan darat di Kota Bogor, Selasa, 14 Oktober 2025.
Mendekatkan dan mengenalkan kembali potensi moda angkutan darat jalur kereta api di Bogor berawal dari jalur Batavia (Jakarta)–Buitenzorg (Bogor) yang pertama kali dibangun oleh Belanda dan diresmikan pada tahun 1873 yang digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan.
Jalur Jakarta-Bogor ini kemudian diperluas melewati Cicurug (1881) hingga Bandung (1884), menjadi jalur awal pembangunan rel di Priangan oleh perusahaan kereta api milik Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS)
Stasiun Bogor diresmikan operasional pada tahun 1873, berfungsi sebagai transportasi utama Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Albertus Jacobus Duymaer van Twist yang bekerja di Batavia dan berkediaman di istana gubernur jenderal, Bogor.
Proyek jalur kereta api itu sendiri baru dimulai secara signifikan setelah Staatsspoorwegen (SS) didirikan pada tahun 1875. Stasiun Bogor kemudian dibangun lebih megah pada tahun 1879.
Jalur Kereta Api menjadi simbol kemajuan transportasi modern sepanjang 59 km yang dimanfaatkan juga untuk mengangkut hasil perkebunan seperti kopi, teh dan gula.
Rel Kereta Api pada waktu itu menjadi alternatif terbaik dalam moda transportasi darat dikarenakan perjalanannya cepat dan efisien dibandingkan perjalanan menggunakan mobil atau pesawat.
Jalur Kereta Api Berpotensi Besar Meningkatkan Wisatawan
Kisah tersebut diatas, disamapaikan secara lugas oleh Ketua DPD ASITA Jawa Barat, Daniel Guna Nugraha, S.IP., usai menuntaskan welcome dinner di Balai Kota Bogor sebagai rangkaian kegiatan Railways Heritage Familiarization Trip to Bogor – Sukabumi.
Railways Heritage Familiarization Trip sebagai upaya menghidupkan kembali jalur kereta api yang mempunyai masa kejayaan sebagai alat transportasi darat sekitar tahun 1800 an di Bogor dan Karawang.
“Kegiatan Fun Trip Railways bersama buyer dari perwakilan DPD Asita dibagi menjadi dua rute, yakni Rute 1; Karawang, Bekasi, Purwakarta, Subang dan Bandung, sedangkan Rute 2; Bogor, Sukabumi, Bandung,” ujar Daniel.
“Di Rute 1 di hari pertama, para buyer yang berkumpul di Stasiun Halim menggunakan kereta Whoosh menuju Karawang, selanjutnya melakukan makan siang di Restauran Sindang Reret dilanjutkan perjalanan menuju Rumah Proklamasi Rengasdengklok, Candi Jiwa Batujaya, hingga menuju Hotel dan istirahat,” lanjut Daniel.
Sedangkan Rute 2 di hari pertama, para buyer terbagi 2 titik kumpul, di Kota Bandung (Kantor DPD ASITA Jabar) dan Jakarta (Stasiun Gambir dan Bandara Soekarno Hatta) menuju Bogor, tiba saat makan siang di Ayam Goreng Fatmawati dilanjutkan Bogor City Tour menggunakan Uncal bus pariwisata Kota Bogor melewati Lapangan Sempur, jl. Pajajaran, Tugu Kujang, jl. Otista, jl. Suryakencana sentral kuliner, Situs Batu Tulis, Kawasan Arabian jl. Empang, Gereja tertua di Indonesia, Gedung bersejarah SMA an terakhir menuju Balai Kota Bogor.
Dari potongan kegiatan atau itenerary di hari pertama, masing-masing rute memiliki trip yang unik sehingga buyer dapat menerima gambaran bahwa potensi wisata berbasis kereta api sebagai sarana transportasi menuju destinasi menjadi tren wisatawan baik domestic maupun yang dari mancanegara, ungkap Daniel Guna Nugraha.
“Jalur kereta api memiliki potensi besar dalam meningkatkan pergerakan kunjungan wisatawan, sekaligus memaksimalkan konektivitas penumpang yang menghubungkan dengan berbagai destinasi wisata yang menarik di Jawa Barat,” pungkas Daniel Guna Nugraha.***