
Bandung Side, Tamblong – Ketua ASITA DPD Jawa Barat, Daniel Guna Nugraha, S.IP., menyikapi larangan kegiatan study tour sebagai auto kritik kepada pelaku usaha perjalanan perjalanan wisata harus lebih bertanggungjawab.
Dan ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia} sebagai wadah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata, berkewajiban menyampaikan keluhan dan kekhawatiran anggota dari implementasi Peraturan Pemerintah dan Peraturan Gubernur Jawa Barat akan mengancam masa depan bisnis perjalanan wisata berikut ekosistemnya.
Hal tersebut disampaikan saat menggelar presconference di kantor DPD ASITA Jawa Barat, Jalan Tamblong No 8, Kota Bandung, Jumat 21 Februari 2025.
Pelarangan kegiatan study tour diranah pendidikan mulai dari jenjang prasekolah, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah ini berawal dari terbitnya Surat Edaran (SE) Nomor: 64/PK.01/Kesra yang diteken pada 12 Mei 2024 oleh Pj.Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin usai insiden kecelakaan bus SMK Lingga Kencana, Kota Depok di daerah Subang, Sabtu (11/5/2024).
Menurut Daniel Guna Nugraha, Ketua ASITA DPD Jawa Barat bahwa pendidikan diluar kelas memiliki peran penting dalam memperkaya pengalaman belajar siswa.
“Metode pendidikan diluar kelas dengan kegiatan study tour ini memberikan suasana belajar yang lebih interaktif, menyenangkan, dan aplikatif, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi serta mengembangkan berbagai keterampilan,” ujar Daniel.
Secara edukasi, lanjut Daniel, study tour dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman nyata, dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar, selain itu mengembangkan keterampilan social, menumbuhkan kreativitas dan inovasi siswa.
Selanjutnya, tujuan dari study tour dapat mendorong kemandirian dengan tanggung jawab, mempererat Hubungan antara siswa dan guru, serta meningkatkan kesadaran lingkungan dan budaya.
“Pendidikan di luar kelas bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi merupakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Dengan mendapatkan pengalaman langsung, siswa dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam, keterampilan sosial yang lebih baik, serta sikap yang lebih kreatif dan mandiri. Oleh karena itu, pendidikan luar kelas sebaiknya menjadi bagian penting dalam sistem pembelajaran di sekolah,” tegas Daniel Guna Nugraha.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam hal ini menegaskan kembali pentingnya pendidikan kepada siswa berkarakter kesundaan (local wisdom) yang mengkhawatirkan.
Kenapa tidak berwisata di sekitar Jawa Barat dimana kualitas objek, destinasi & aktivitasnya tidak kalah bagus dibanding provinsi lain.
Kewajiban kita sebagai orangtua, sekolah dan penyelenggara study tour mengenalkan akar budaya melalui pariwisata.

Dampak Ekonomi
Ketua ASITA DPD Jawa Barat mencontohkan bahwa paket wisata dengan local wisdom bagi siswa diantaranya kunjungan wisata ke Kampung Naga Tasikmalaya sangat diminati oleh siswa.
Praktik kerajinan menganyam bambu menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, cara bercocok tanam dan memanen dengan beradab dan berbudaya, memasak makanan dan makan bersama warga Kampung Naga adalah pengalaman yang mungkin tidak akan pernah mereka alami dimanapun pada usianya menjadi atraksi tersendiri.
Selain itu, kegiatan membatik di Kampung Trusmi Kabupaten Cirebon adalah pelajaran pentingnya kesadaran bahwa setiap motif batik memiliki makna dan filosofi yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan, adat, dan sejarah daerah asalnya.
“Batik menjadi identitas nasional yang memperkuat rasa kebanggaan dan persatuan masyarakat Indonesia. Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, pembuatan batik mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan kerja keras karena prosesnya yang panjang dan detail,” papar Daniel, Ketua ASITA DPD Jawa Barat periode 2025-2030.
Paket wisata study tour kegiatan pembuatan tembikar/ gerabah Plered Kabupaten Purwakarta membuat siswa dapat menyalurkan imajinasi dan kreativitas mereka dalam membuat berbagai bentuk gerabah.
Mengajarkan teknik dasar kerajinan tangan, seperti memahat, membentuk, dan melukis pada media tanah liat. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berkelompok, sehingga siswa belajar bekerja sama dan berbagi tugas.
Meningkatkan rasa kebersamaan dan komunikasi dengan teman saat berbagi ide dan teknik pembuatan gerabah.
Wisata sejarah dengan kunjungan ke Keraton Sumedang Larang di Kabupaten Sumedang, membuat siswa memahami sejarah Kerajaan Sumedang Larang sebagai bagian dari peradaban Sunda dan peranannya dalam sejarah Indonesia.
Mengenal adat istiadat dan sistem pemerintahan kerajaan yang pernah berkembang di Sumedang. Meningkatkan pemahaman siswa tentang sejarah lokal yang jarang dibahas secara mendalam di buku pelajaran.
Dampaknya, melatih keterampilan berpikir kritis dan analitis dengan menghubungkan sejarah masa lalu dengan kondisi masa kini. Sehingga mendorong siswa merasa bangga dan cinta terhadap budaya Sunda, dan lebih peduli dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah daerahnya.
“Destinasi wisata di Jawa Barat sangatlah unggul, indah dan unik bila dibandingkan wilayah lain, ungkap Daniel.
Sebut saja, destinasi Kawah Putih dan Tangkuban Perahu adalah satu-satunya kawah aktif yang memiliki akses wisatawan hingga ke bibir kawah. Bahkan, bisa menyaksikan dengan pandangan langsung aktivitas kawahnya.
Begitu pun dengan Perkebunan Teh dan Kina yang ada di Jawa Barat adalah yang tertua dan terindah di kawasan ASEAN, ungkap Daniel.
“Selama ini, pilihan wisata petualangan alam Jawa Barat paling banyak pilihannya ViaFerrata Gunung Parang, Purwakarta. Kawasan itu, tidak ada saingannya di negara lain. Ada lagi Paralayang Gunung Batudua Sumedang, Arung Jeram sungai Citarik Sukabumi masih terbaik didunia,” ujar Daniel.
Belum lagi termasuk, Ombak Selancar Pantai Cimaja Sukabumi yang sudah diakui ombaknya terbaik didunia, Geopark Ciletuh sudah diakui UNESCO.
Keunggulan, keindahan dan keunikan destinasi wisata Jawa Barat bila dikaitkan dengan larangan study tour, ternyata bukan hanya industry pariwisata di Jawa Barat saja yang telah menimbulkan kekhawatiran, tetapi juga dapat menjalar ke Provinsi lain di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Bali.
“Kekhawatiran ini mengingat, pasar terbesar pelajar dari propinsi lain tersebut adalah dari Jawa Barat, mungkin saja nantinya bisa berdampak boikot berwisata ke Jawa Barat,” tegas Daniel.
Berdasarkan catatan dari ASITA DPD Jawa Barat, saat ini sudah ada 500 orang membatalkan rencana study tour ke Yogyakarta padahal sudah booking hotel, tambah Daniel.
Belum lagi potensi yang bakal kehilangan pendapatan agi pelaku usaha perjalanan wisata jika daerah di luar Jawa Barat tidak mau mengirim kembali siswa atau pelajar untuk study tour ke Jawa Barat.
Auto Kritik Pelaku Usaha Perjalanan Wisata
“Berdasarkan pengalaman dari angota ASITA DPD Jawa Barat, saat melayani study tour untuk Rombongan Pelajar Sekolah Luar Negeri/ Sekolah Internasional angatlah ketat tahapan asessment-nya,” ujar Daniel Guna Nugraha
Setiap Tour Operator/ Travel Agent wajib melalui tahapan assesment keayakan pelayanan seperti :
1. Pemilihan Tema Study Tour yang wajib berkorelasi dengan mata pelajaran disekolah siswa dibekali LKS dan melakukan presentasi didepan siswa lain saat dilapangan dan setelah kembali ke sekolah,
2. Penginapan/ Hotel yang memenuhi syarat minimal akomodasi bersertifikat CHSE/ PHRI dan Dinas Kesehatan setempat, memperlihatkan bukti sertifikat kelayakanya,
3. Restoran dan menu makanan yang akan disasjikan sesuai dengan kebutuhan giji sehat yang diperlukan siswa/ peserta. Dibuktikan dengan uji kalayakan Dinkes & PHRI,
4. Penggunaan kendaraan Pariwisata yang laik jalan dan memiliki Perijinan dari Kemenhub RI berupa Ijin Operasional dan Kartu Pengawasan, KIR dari DISHUB dan STNK yang berlaku dari Dispenda,
5. Pemandu wisata / Interpreter yang bukan hanya berpengalaman tapi juga tersertifikasi dari BNSP dan berafiliasi dengan Himpunan Pemandu Wisata resmi,
6. Travel Konsultan/ Tour Manager yang berpengalaman dan juga tersertifikasi dari BNSP,
7. Travel Agent / Tour Operator yang berijin berlisensi & berafiliasi dengan Asosiasi Perjalanan Wisata resmi dengan menunjukan NIA, NIB dan NPWP,
8. Penjaminan dengan Asuransi perjalanan wisata,
9. Mencantumkan alamat & nomor layanan Kepolisian, Polres / Polsek disepanjang rute Perjalanan,
10. Alamat & Nomor telpon Rumah Sakit dengan pelayanan UGD dan Dokter jaga 24 yang siap melayani saat keadaan darurat / emergency.
“Hal tersebut diatas adalah daftar assesment yang selalu wajib diisi oleh Tour Operator saat mengikuti lelang pemlihan vendor kegiatan Study Tour Pelajar di sekolah internasional/ Luar Negeri, yang sangat mungkin bisa kita terapkan di Jawa Barat kedepannya dengan prinsip melindungi dan memberikan pelayanan prima,” jelas Daniel.
Anggota ASITA Siap Mendukung Program Pemerintah Jawa Barat
“Pada dasarnya, dengan keluarnya Surat Edaran (SE) Nomor: 64/PK.01/Kesra yang diteken pada 12 Mei 2024 oleh Pj. Gubernur dan Pelarangan Study Tour oleh Gubernur, Dedi Mulyadi, anggota ASITA sudah siap bekerjasama dan mendukung program Pemerintah Jawa Barat terutama dalam hal pendidikan berkarakter dan berbudaya,” tegas Daniel Guna Nugraha.
Anggota ASITA selain mendukung program pemerintah dalam kebijakan pariwisata berkelanjutan dengan,
– Membuat produk wisata eco-tourism dan sustainable tourism agar pariwisata tidak merusak lingkungan dan budaya local,
– ASITA siap ikut berperan dalam penyusunan regulasi yang melindungi warisan budaya dan ekosistem alam,
– ASITA siap mengedukasi pelaku industri dan wisatawan tentang pentingnya menjaga kelestarian destinasi wisata.
ASITA juga siap bekolaborasi antara asosiasi dan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas industri pariwisata, menarik lebih banyak wisatawan ke Jawa Barat serta memperkuat daya saing pariwisata di tingkat nasional maupun internasional.
“Semoga industri pariwisata di Jawa Barat bisa berdikari di wilayahnya sendiri dan mampu menarik wisatawan datang ke Jawa Barat, dan menumbuhkan perekonomian Jawa Barat,” pungkas Daniel Guna Nugraha, Ketua ASITA DPD Jawa Barat.***