Internet Sehat Anak dan Cara Mengawasi

internet sehat

Bandung Side, Kabupaten Cirebon – Internet sehat anak sudah tidak lagi dipisahkan dari kehidupan anak-anak, bukan hanya sekadar bersenang-senang menonton video di YouTube, tapi kini juga dapat belajar di internet.

Lantas pemantauan seperti apa yang harus dilakukan oleh orang tua saat anak beraktivitas di dunia maya?

Mengecek histori aplikasi yang sering diakses, Google pasti sering dibuka oleh anak-anak jadi orang tua harus sering untuk mengecek history pencarian Google apa saja yang sudah pernah anak cari dan situs apa yang usai mereka lihat.

“Ketika memang menemukan hal-hal di luar dari usianya untuk dia buka. Orangtua bisa langsung bertanya kepada mereka secara baik-baik, mengapa dia mencari tahu hal tersebut,” kata Dian Nurawaliyah, Founder Maleeha Skincare.

Apa yang dia ingin tahu mengenai hal tersebut, pastikan apapun yang memang mereka belum tahu sebaiknya ditanyakan kepada orang tua.

Jika memang orang tua tidak bisa menjawab bisa sama-sama bertanya ke Google yang ada di internet sehat anak.

“Jadi hal-hal yang yang sifatnya dewasa itu bisa orangtua jelaskan terlebih dahulu,” jelas Dian Nurawaliyah, menjelaskan saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (20/9/2021).

Selanjutnya sama seperti pencarian Google di internet sehat anak, orang tua juga dapat mengecek history pencarian YouTube, apa saja yang sudah dibuka anak-anak guna mendapatkan internet sehat.

YouTube menjadi aplikasi yang sering digunakan anak, jangan lupa juga kita bisa mengecek aplikasi milik anak dan kita bisa melihat satu persatu chat yang dilakukan anak dengan teman-temannya.

Aplikasi pesan seperti WhatsApp, Telegram, Line dapat dilihat satu persatu kira-kira apa saja topik yang anak obrolkan dengan teman-temannya.

Satu hal yang terpenting bagi Dian ialah saat orang tua memantau anak dengan memeriksa handphone tidak secara diam-diam.

“Kita mengecek gawai mereka langsung di depan anaknya sehingga mereka bisa tahu apa yang kita lihat,” jelas Dian Nurawaliyah.

Ketika orang tua menemukan hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya jangan berekspresi berlebihan sehingga anak menjadi kaget.

Khawatir, anak nanti langsung menghapus atau tidak jujur lagi kepada kita.

Selalu komunikasikan mengenai jenis situs yang boleh dan tidak boleh diakses di dunia maya untuk seusianya.

Katakan apa saja yang boleh dan tidak boleh, selalu memberikan arahan agar gawai digunakan sebagai mestinya.

Sadar waktu atau aturan bahkan orang tua juga dapat memberikan cara memegang yang baik agar cepet pegal dan mata terganggu.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (20/9/2021) juga menghadirkan pembicara Dera Firmansyah (Podcaster), Herman Pasha (Trainer Pengembangan Diri), Muhammad Arifin (Kabid Komunikasi Publik Relawan TIK Indonesia), dan Clarissa Purba sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

Tinggalkan Balasan