Saliba dan Sampai Langit Inspirasi Desainer Fashion Butuh Keterbukaan

saliba dan sampai langit

Bandung Side, Jakarta – Saliba dan Sampai Langit inspirasi desainer fashion mengusung tema lingkungan dan aktifitas obyek suatu tempat mengilhami karya Yeti Topiah dan Ajeng Cahya.

Desiner jebolan Indonesian Fashion Chamber (IFC) chapter Malang menampilkan karya Saliba dan Sampai Langit diajang Muffest 2021.

Saat ini fashion Kota Malang mengalami perkembangan signifikan, hal tersebut dipengaruhi oleh inspirasi desainer fashion yang memiliki keterbukaan untuk berkreatifitas hingga menembus budaya.

Perkembangan tersebut ditunjukkan oleh Yeti Topiah dengan karya Saliba yang terinspirasi akan aktifitas berjualan Pasar 16 Ilir, Palembang.

Pasar 16 Ilir, Palembang tidak pernah sepi pengunjung, baik pertokoannya sampai badan jalan digunakan pedagang untuk berjualan.

Saliba dan Sampai Langit Inspirasi Desainer Fashion
Inspirasi Desainer Fashion Butuh Keterbukaan dalam berinspirasi hingga menembus budaya seperti karya Saliba dan Sampai Langit dari IFC Chapter Malang

“Tema Essentiality memiliki arti berfikir bagaimana fungsi dan minimalis dari busana yang saya ciptakan berkesan clean dan modern,” kata Yeti Topiah.

Warna yang diterapkan pada busana didapatkan dari warna coklat yang ada di lingkup pasar 16 ilir, dan warna yang ada di bangunan pasar 16 ilir, lanjut Yeti.

“Teknik potongan model H line, A line dan setengah lingkaran pada kain didapat dari bentuk bangunan diterapkan sesuai desain simetris dominan dengan pilihan warna merah, coklat, biru muda,” jelas Yeti.

Tidak berbeda dengan Ajeng Cahya dengan karyanya Sampai Langit yang terinspirasi akan lingkungan dan alam yang terekploitasi.

Keadaan bumi yang rusak semakin parah dengan banyaknya sampah sangat mengganggu keseimbangan alam akibat eksplotasi dan mengambil manfaatnya saja.

Saliba dan Sampai Langit Inspirasi Designer Fashion
Tema Essentiality pada SALIBA diusung dari inspirasi desainer fashion Pasar 16 Ilir Palembang Yeti Topiah, IFC chapter Malang

Manusia sebagai penghuni bumi yang telah memanfaatkan alam hendaknya bertanggung jawab, peduli terhadap lingkungan, menjaga dan memelihara bumi.

Menurut Ajeng Cahya, desainer juga harus berperan dalam menyelamatkan bumi dengan memanfaatkan sisa-sisa kain produksi menjadi sebuah koleksi bernilai lebih.

Sentuhan warna hitam mewakili bumi dan full colour yang diaplikasikan pada pilihan kain menggambarkan banyaknya tangan manusia.

Teknik potongan asimetris model H dan A pada kain linen dipadukan kain perca sisa produksi menjadikan busana yang feminim casual.***

Tinggalkan Balasan