Bandung Side, Gedung Sate – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil meminta agar Satuan Tugas (Satgas) Citarum mampu menyelesaikan ragam permasalahan yang terdapat di sungai terpanjang di Jawa Barat tersebut. Dirinya pun mengimbau Satgas Citarum agar tidak hanya menjadi organisasi saja, melainkan harus memberikan bukti nyata dalam upaya menormalkan sungai yang mendapat predikat terkotor di dunia.
Hal tersebut disampaikan pria yang karib disapa Emil usai melakukan Rapat Koordinasi bersama Satgas Citarum terkait upaya penyelesaian normalisasi Sungai Citarum, diruang Papandayan, Gedung Sate, Kamis (1/11/2018). Untuk kali pertama menjabat Dan Satgas, Emil menilai, kegiatan yang banyak dilakukan Satgas Citarum selama ini cenderung sporadis dan kurang terkoordinasi.
“Kita ingin menegaskan fungsi koordinasi dan juga ingin menegaskan bantuan anggaran sebenarnya berapa dari komitmen yang bisa keluar dari Perpres (Peraturan Presiden) untuk nanti selaku Dan Satgas saya mendistribusi sesuai urgensi-urgensinya,”kata Emil saat memimpin rapat.
Dikatakan Emil, menghadapi musim penghujan pihaknya akan fokus dalam melakukan penggalian sedimentasi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang berpotensi dilanda banjir tahunan. Sebab, meski laporan di lapangan menyebutkan telah lebih baik, tapi dirinya belum bisa menganalisa secara mendalam.
“Secara kasat mata sudah jauh lebih baik dibanding tahun lalu karena TNI pada musim kemarau melakukan kegiatan-kegiatan yang maksimal,”ungkap Emil.
Emil menjelaskan, dari rapat tersebut juga terungkap jika selama ini telah dilakukan berbagai langkah penegakkan hukum kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di Sungai Citarum. Menurutnya, kasus-kasus tersebut tengah dikelola Polda Jawa Barat dan akan segera ditangani lebih jauh untuk dilakukan penuntutan.
“Kita akan proses terus untuk menunjukkan tim bekerja dengan tegas dan maksimal, sambil proses hulu ke hilir terus dilakukan,”ucap Emil saat sesi wawancara.
Dikatakan Emil, pencemaran yang dilakukan di Sungai Citarum tidak hanya disebabkan limbah pabrik dan sampai industri. Sebab, dirinya menemukan terdapat sejumlah pencemaran yang disebabkan adanya keramba jaring apung. Untuk itu, pihaknya akan mengubah sejumlah waduk menjadi destinasi wisata.
Sebagai upaya mengurangi pencemaran yang dilakukan jaring apung, Emil mengatakan akan membatasi jumlah jaring apung yang saat ini terbilang banyak. Menurutnya, beberapa waduk memiliki jaring apung dengan jumlah lebih banyak dari batas yang diperbolehkan.
“Paling banyak di Jatiluhur, hampir 30 ribu dari jatahnya 2.500. Diduga tidak hanya milik lokal dan ternyata ada pengusaha juga yang sengaja memanfaatkan. Makanya, visi saya adalah pariwisata, rakyat saya gak boleh sengsara,”pungkas Emil.***