
Bandung Side, Selasar Sunarya – Sosok SADALI tercatat sebagai pelopor seni abstrak modern di Indonesia, tumbuh di tengah pergolakan politik yang beriringan dengan praktek seni rupa corak baru merupakan seniman religius yang romantis.
Kedalaman sosok Sadali sebagai seniman yang romantis diguratkan dalam salah satu karya puisi berjudul, “Bintang Hatikoe“, yang tampak digelar pada Pameran Seabad Sadali: Menjejak Bumi, Menembus Langit yang digelar mulai 20 November 2024 di Selasar Sunaryo Art Space.
Pameran Seabad Sadali: Menjejak Bumi, Menembus Langit merupakan rangkaian dari kegiatan pemberian penghargaan kepada AHMAD SADALI, Lifetime Achievement Award 2025, Selasar Sunaryo Art Space dan peluncuran perdana dua buah buku dan katalog pada 17 April 2025.
Sadali dalam karya seni rupanya menunjukkan kepeloporan dalam ranah pendidikan seni rupa modern dengan warisan tradisi Indonesia membuat perbedaan dengan seni rupa barat.
Ahmad Sadali menggarisbawahi peranan religiusitas dalam menentukan identitas praktik artistik di Indonesia, nilai religiusitas tersebut menjadi alternatif yang dekat dengan cara hidup masyarakat Indonesia.
Ha tersebut ditunjukkan SADALI sebagai seorang Muslim pada karya lukisan kalagrafi, bahwa terdapat pendekatan rasional dan ilmiah dibalik pengimanan ayat suci Al-Quran.
Dalam perjalanannya, SADALI yang memiliki darah seni dari Neneknya yang merupakan seniman Lukis Batik di tanah kelahirannya, Garut.

SADALI pernah mengenyam Pendidikan Kedokteran di UI, namun bertahan hanya satu tahun meskipun nilainya bagus tidak diteruskan karena tidak suka dan keterpaksaan saja karena perintah dari Ayahnya, Haji Muhammad Djamhari, seorang pengusaha batik.
Kembali ke Garut, SADALI menikah dengan Sitti Atikah pada 16 Februari 1946, dengan setia mendampingi saat berkarya melukis mural didinding bangunan dan kereta api Yogyakarta, bersama pelukis lainnya, Agus Djaja, Otto Djaja dan Henk Ngantung.
Pernah menjadi Kepala Penyiar radio RRI di tahun 1946 yang kemudian dibombardir oleh Belanda, dan SADALI bersama beberapa rekannya ditangkap dan ditahan.
Duka menyelimuti SADALI, pada tahun 1948 Sang Ayah yakni Haji Muhammad Djamhari meninggal dunia. Ada sebuah tamparan hebat, sebelum ditinggalkan ayahnya mempunyai pesan, nanti kalau meninggal dunia tidak mau dibacakan Surat Yasin sama anaknya yang tidak sholeh.
“Ayah sangat terpukul, sebelum meninggal dunia Kakek Haji Muhammad Djamhari saat kritis pernah berpesan kalau meninggal dunia nanti tidak mau dibacakan Surat Yasin sama anaknya yang tidak sholeh,” ujar putra SADALI, Ravi Ahmad Salim yang hadir menerima penghargaan Lifetime Achievement Award 2025 dari Selasar Sunaryo Art Space.
Pesan dari Kakek menjadi lecutan bagi SADALI yang sudah mempunyai landasan seni untuk lebih focus dalam perjalan spiritualnya menjadi anak sholeh melalui seni rupa, tambah Ravi.
“SADALI dalam perjalannya berseni rupa, Ibu tidak mengalangi bahkan mendukung dalam pencarian spiritualnya. Bahkan saat Ayah mengajar di SMA Biliton atau SMA 3 sekarang ini, menggunakan sepeda, pulang-pulang magrib, Ibu selalu setia melayani,” ungkap Ravi Ahmad Salim.
Karena kedua orang tua, yakni Sadali dan Ibu Sitti Atikah berumah tangga dimulai dari NOL, saat memasak menggunakan arang kayu, maklum saat itu tidak ada kompor.
Dengan kesederhanaan dan ketabahan Ibu Sitti Atikah menjadi penting buat sosok SADALI dikehidupannya. Dalam karyanya seakan peran dan kemuliaan Ibu Sitti Atikah tidak ditonjolkan, namun sisi religius Ayah yang lebih ditunjukkan sebagai bukti ke Kakek menjadi anak sholeh melalui karya seni rupa.
“SADALI punya cara sendiri untuk memuji dan menyayangi Ibu, dan itu sisi romantic nya SADALI” tutup Ravi Ahmad Salim.***

Bintang Hatikoe
Bila malam boeta goelita
Alam semesta masoek beradoe
Dikau hanja
Bintang Hatikoe
Nun jauh memantjarkan Tjahja
Dalam kegelapan langit chayalkoe
Lama soedah beta derita
Hasratkan terbang k’angkasa biroe
Dikau hanja
Bintang hatikoe
Tempat akoe mendjempoet bah’gia
Memberi “Hidoep” dalam hidoepkoe
Walau djaoeh dikau bertachta
Walau terpisah kita selaloe
Akoe pertjaja
Bintang Hatikoe
Kelak menetap sinarmoe bertjahja
Dalam kenyataan langit hidoepku
Ahmad Sadali