Bandung Side, Majalaya – Festival Sarung Majalaya (FSM) yang diinisiasi oleh Forum UMKM Nuswantara (FUN) menjadi ajang pertemuan antara pelaku bisnis dengan pengusaha sarung Majalaya, atau biasa disebut Bisnis to Bisnis (B2B).
Memasuki hari kedua, FSM yang digelar di Thee Matic Mall, jl. Anyar Kecamatan Majalaya, Jum’at (11/03/2022) mendapat sambutan antusias masyarakat Majalaya dan sekitarnya.
“Alhamdulillah…hari kedua ini sambutan masyarakat dengan digelarnya Festival Sarung Majalaya sangat antusias,” kata Dede Sutisna, Ketua Panitia Festival Sarung Majalaya.
Hari pertama saat dibuka Festival Sarung Majalaya oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Permanawati Fadhilah mendapatkan apresiasi yang positif, tambah Dede Sutisna.
Bahkan kami selaku panitia penyelenggara FSM merasa bangga dengan kehadiran Pemerintah Kabupaten Bandung, diantaranya Asisten Daerah 2 Bidang Perekonomian Kab. Bandung; H. Marlan, S.Ip., Asisten Daerah 3 Bidang Administrasi Umum; Hj. Nina Setiana, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Bandung; Dicky Anugerah, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kab. Bandung; Didin Sahidin, dan Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat juga turut mengirimkan perwakilannya saat pembukaan.
Pada FSM ini, kami mengusung dan memperkenalkan kembali pada khalayak ramai bahwa ikon sarung Majalaya adalah motif sarung Poleng Camat.
Banyak yang mengatakan, khususnya masyarakat Majalaya bahwa motif sarung Poleng Camat adalah motif sarung keramat yang masih dilestarikan oleh pelaku usahanya.
Kekhasan Motif Sarung Majalaya adalah motif poléng sebagai motif lokal yang pernah muncul di Majalaya tahun 1930-1970 hingga menjadi masa kejayaan sarung dengan variasi selain poléng camat, yakni poléng haji, poléng totog, poléng bolégbag, poléng taliktik, poléng namicalung yang sudah mulai langkah.
Kelangkahan motif poleng lainnya dikarenakan terjadinya pergeseran penggunaan alat tenun mesin. Karena motif poleng bisa dibuat pada waktu itu dengan menggunakan Alat Tenun Kayu (ATK) atau akrab disebut “kentreung“, lanjut Dede Sutisna.
Menggunakan alat tenun mesin memang dapat membuat motif atau variasi yang beragam, bahkan mengikuti selera pasar sehingga motif poleng yang berjaya dalam kurun waktu 1930-1970 pun sudah mulai tidak dibuat.
Bagi pecinta wastra nusantara, wajib menambah koleksi kain tenun dari Majalaya yang sampai saat ini masih mempertahankan sisi tradisional, yakni memproduksi kain dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
“Alhamdulillah hingga hari kedua Festival Sarung Majalaya sudah mencatat transaksi pesanan sarung sebanyak 1.000 kodi,” ujar Dede Sutisna.
Sedangkan untuk transaksi pesanan sarung tenun motif poleng Camat sebanyak 20 kodi, lanjut Dede.
“Memang kegiatan Festival Sarung Majalaya ini di masa endemi Covid-19 sebagai tanda kebangkitan ekonomi Majalaya dan momennya tepat yakni menjelang masuknya Bulan Ramadan,” ungkap Dede.
Selain sebagai kebangkitan ekonomi Majalaya, FSM ini juga berperan untuk mendorong daya beli masyarakat agar perputaran ekonomi mengalami percepatan yang signifikan hingga kembali pada kondisi normal.
Pelaku UMKM akan kembali bersemangat dengan hadirnya Pemerintah Kabupaten Bandung dalam mendukung dan mendorong kebangkitan ekonomi melalui ajang Festival Sarung Majalaya baik melalui permodalan, kebijakan bahkan membukakan akses peluang ekspor, jelas Dede Sutisna.
“Hari kedua ini tidak hanya pelaku UMKM dibidang sarung, namun pelaku UMKM jenis usaha lain yang turut meramaikan Festival Sarung Majalaya mendapatkan rejeki nomplok, yakni sudah mendapatkan transaksi pesanan sebagai pemasok Lele Siap Goreng pada 3 rumah makan di daerah Cicalengka dan Majalaya,” kata Dede Sutisna berbinar.
Oleh panitia Festival Sarung Majalaya disediakan fasilitator sebagai tenaga marketing bila ada pelaku bisnis yang bertransaksi atau melakukan pesanan saat festival berlangsung.
Hal tersebut memudahkan bagi pelaku bisnis dalam memenuhi kebutuhan akan produk-produk sarung tenun maupun produk UMKM lainnya, karena anggota Forum UMKM Nuswantara berisi pengusaha baik pengadaan barang maupun jasa.
Dalam bertransaksi bisnis to bisnis (B2B) di ajang Festival Sarung Majalaya ini, didukung oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. atau Bank BJB yang siap dengan layanan internet banking nya.
“Jadi, pengunjung Festival Sarung Majalaya tidak perlu kuatir saat bertransaksi, saat memberi uang muka atau membeli sesuatu tidak membawa uang tunai, ada fasilitas QRis dari Bank BJB yakni menerima pembayaran nontunai,” terang Dede Sutisna.
Sementara itu, Neny Nuraeni, Leasing Manager Thee Matic Mall mengatakan sangat apresiasi dan berbangga dengan diselenggarakan Festival Sarung Majalaya.
“Thee Matic Mall sangat mendukung sekali dengan digelarnya Festival Sarung Majalaya, bahkan dari managemen sangat percaya bahwa panitia dapat mengatur teknis pameran sesuai dengan aturan yang berlaku,” kata Neny Nuraeni.
Hari pertama dibukanya Festival Sarung Majalaya kemarin, panitia sudah mengatur laju undangan dan tamu yang hadir. Sehingga tidak sampai mengalami kerumunan di dalam mall, lanjut Neny.
Kehadiran pengunjung sesuai undangan yang sudah dijadwal jam berkunjungnya, membuat pengunjung dapat leluasa dan nyaman di mall saat melihat pameran meskipun panitia juga memberlakukan protokol kesehatan yang ketat.
Thee Matic sejak beroperasi kembali di Bulan Januari lalu merasakan bahwa even Festival Sarung Majalaya ini yang terbesar sejak soft opening 2 tahun lalu, tambah Neny.
“Semoga pelaksanaan Festival Sarung Majalaya lancar tanpa mengalami suatu hambatan hingga akhir nanti dan pelaku UMKM dapat merasakan manfaatnya dengan bertransaksi yang sesuai target, tidak menutup kemungkinan Thee Matic Mall kembali lagi menjadi tempat para pelaku UMKM dalam memasarkan produknya di mall,” jelas Neny Nuraeni.
“Thee Matic Mall akan selalu support baik pelaku UMKM secara individu dengan mengusung brand sendiri, maupun secara komunitas yang saat ini digunakan oleh Forum UMKM Nuswantara dalam menggelar Festival Sarung Majalaya,” ujar Neny saat memonitor berjalannya festival bersama bandungside.com.
“Pada dasarnya Thee Matic Mall terbuka bagi pelaku UMKM, bahkan kami mendorong agar UMKM bisa naik kelas. Bukan hanya secara temporary melakukan pameran atau festival namun bila brand nya siap dipasarkan lebih luas dapat mengambil unit di Thee Matic Mall,” pungkas Neny Nuraeni.***