Warga Digital Berbudaya Siap Hadapi Tantangan

warga digital berbudaya

Bandung Side, Kabupaten Cianjur – Warga digital berbudaya, beretika maka jati diri bangsa Indonesia akan tercermin positif didalam kehidupan.

Bagaimana kita memaknai budaya, semua warganet harus memahami inilah gagasan dan rasa tindakan dan karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan masyarakat.

Budaya juga sebuah cipta karya dan karsa manusia, jadi manusia merupakan aktor dari budaya itu sendiri dan yang namanya budaya adalah kesepakatan dari suatu kelompok manusia itu.

Rovien Aryunia, Head of HR Seger Group yang juga relawan aktif Mafindo menyebut, tidak heran mengapa budaya satu desa dengan desa yang lain berbeda.

Budaya satu provinsi dengan provinsi yang lain berbeda apalagi budaya satu negara dengan negara yang lain akan berbeda.

Itulah gunanya kita harus memiliki budaya digital dalam arti kita saling menghargai keragaman yang ada ruang digital.

“Sebab banya tantangan berbudaya di ruang digital seperti berkurangnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan,” kata Rovien Aryunia.

Menghilangnya budaya Indonesia karena media digital menjadi panggung budaya asing, padahal sesungguhnya kita bisa mempromosikan budaya dan kearifan lokal kita.

“Terkadang juga kebebasan berekspresi yang terlalu kebablasan tidak mengikuti kaidah yang berlaku,” ungkap Rovien Aryunia saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (11/11/2021) siang.

Tantangan lain, sedikit sekali toleransi yang dirasakan masyarakat pada perbedaan, tidak ada juga batas-batas privasi. Serta sering terjadinya pelanggaran hak cipta dan karya intelektual.

Media digital kini juga sering menjadi sarana provokasi. Hal tersebut yang harus menjadi kewaspadaan warganet. Kita juga semestinya menyadari tidak ada bedanya budaya yang kita tampilkan di ruang digital dengan di ruang nyata.

Maka, menjadi warga digital selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya. Selalu memeriksa sumber dan keaslian beda.

“Jangan baru bangun tidur, dapat informasinya yang sependapat dengan kita langsung saja dibagikan. Bisa jadi itu berita bohong atau hoaks. Sebab ketika sudah tersebar sulit untuk mengklarifikasinya,” jelas Rovien Aryunia.

Kita sebagai warganet juga jangan sering unfollow, unfriend atau block mereka yang tidak secara langsung menggangu kita. Mereka hanya tidak sependapat, bukan berarti harus kita jauhi.

Merasa bosan dengan apa yang dibicarakannya, cukup kita diamkan saja, tidak perlu diberi like atau komen sebab nanti postinga mereka juga akan hilang dari pandangan kita.

Kalau kita block atau unfollow nanti kita akan seperti menggunakan kacamata kuda hanya melihat sisi dari pendapat kita saja.

Berikutnya adalah gotong royong kolaborasi, kampanye literasi digital. Sangat bisa dilakukan atau seperti apa yang dilakukan Mafindo, gotong royong kolaborasi kampanye anti Hoaks.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis (11/11/2021) siang, juga menghadirkan pembicara, Diondy Kusuma (Owner Diana Bakery), Aidil Wicaksono (Managing Director Kainzen Room), Devie Rahmawati (Dosen Vokasi Universitas Indonesia), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan