Bandung Side, Balai Besar Tekstil – Inilah KAMI tema yang diusung saat Islamic Fashion Institute (IFI) menggelar Haflatu At Takhorruj Batch 9 meluluskan 16 desaigner handal.
Siswa yang mengikuti Haflatu At Takhorruj Batch 9 yang digelar di Balai Besar Tekstil jl. Jenderal Ahmad Yani, Bandung, 29 November 2021 diantaranya; Dian Hapsari, Widya Khiari Sabila, Vannisa Kusumah, Dewi Zahara, Dyanie Amieta, Nur Azizah Rangkuti, Ai Rischa Indrawati, Rennita Wulandary, Holly Fidia Ratib, Yazri Kemala Dewi, Nabilla Birrina Aliyani, Bunga Salsabila, Zahra Syafitri, Agnesa Dwi Rahmi, Inka Juwita Dewi, Elvi rahma Tiffani.
“Alhamdulillah, dalam perjalanannya Batch 9 dengan 16 student kali ini meskipun terpecah-pecah saat tugas akhirnya, karena mereka bimbingan pada awalnya dengan online dulu, memang menjadi hambatan karena bahan baku kain yang harus dipresentasikan ternyata lebih banyak ada di Bandung,” kata Manager Islamic Fashion Institute, Hanni Haerani.
Karena 60% student ada diluar Jawa dan diluar Bandung, itu memang menjadi kesulitan terutama untuk anak-anak, dan ini menyebabkan tema besar kami tidak bisa disamakan/ disinkronkan, lanjut Hanni.
Sehingga artinya inilah KAMI menjadi tema Haflatu At Takhorruj Batch 9, pada saat setelah mengalami masa new normal, jadi student sudah dapat mengaplikasikan karya busana muslim mulai ready to wear.
Apapun yang mereka konsep diawal kemudian harus berubah, itu mereka lakukan. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal yang tidak cocok kainnya saat diaplikasikan ke konsep ke ready to wear.
“Jadi mohon maaf ternyata tekstil itu dibuatnya lebih banyak di Bandung. Bahan yang ada didaerah ternyata tidak cocok untuk konsep ready to wear,” jelas Hanni.
Sehingga saat dibuat materi tugas akhirnya dengan bahan yang ada didaerah masing-masing, saat mereka berada di Bandung harus dibongkar ulang untuk menyamakan bahan baku kain yang sesuai, bahkan ada yang diganti secara keseluruhan kainnya karena tidak sesuai dengan konsep, kurang memenuhi untuk diaplikasikan ke ready to wear.
Tidak semua bahan kain tradisional yang ada didaerah untuk bahan baku dominan siap dibawa ke konsep ready to wear, tidak mudah diaplikasikan ke ready to ware tersebut kecuali untuk aksesoris bajunya.
Dengan kondisi masih berdamai dengan pandemi, siswa IFI dapat menyelesaikan studinya dengan baik. Inilah Kami, disaat harus mencoba bertahan ketika semua serba terbatas tapi harus dilalui dan dilakukan dalam berkarya.
Sehingga tema KAMI saat ini dengan ready to wear dapat kami berdayakan dari yang ada.
Siswa menjadi lebih tahu, lebih paham bahwa sebagai designer yang unggul harus peka jaman juga, meskipun dibayar dengan tenaga, waktu dan biaya, dapat memaknai inilah KAMI, ternyata dengan hasil karyanya sekarang mereka lebih puas seperti yang diimpikannya.
“Kadang konsep original dari mereka begitu bagus, namun saat di eksekusi bisa ambyar karena harus disesuaikan, dirubah saat bahan baku busana muslim tidak bisa diaplikasikan, tapi semua terbayar dengan Alhamdulillah,” pungkas Hanni Haerani.
Haflatu At Takhorruj Batch 9 Islamic Fashion Institute memberikan penghargaan kepada siswi yang telah meraih prestasi diantaranya;
The Best STYLIST diraih oleh DIANIE AMIETA, The Best PRESENTATION diraih oleh AI RISCHA INDRAWATI, The Best PERFORMANCE diraih oleh RENITA WULANDARI, The Best DESIGN FOR ZERO WASTE diraih oleh NABILA BIRINA ALIYANI dan The Best STUDENT diraih oleh AI RISCHA INDRAWATI.
Hadir sebagai tamu VIP saat Haflatu At Takhorruj Batch 9, Eryansyah Ella Kabag. Tata Usaha Balai Besar Tekstil, Ferry Guswandi, Kabid. Sarana Riset dan Standarisasi; Fadmir Edward, Kabid. Pengembangan Jasa Teknis.
Tampak pula dari seragamnya ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Balai Besar Tekstil diantaranya Mila Ella, Nina Arief, Sofi Erwin dan Sri Susiagawati, SE.,MM., Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kota Bandung.
Salah satu Founder IFI, Irna Mutiara mengucapkan selamat kepada wisudawati batch 9 yang sudah menyelesaikan studinya hampir 1 tahun, dengan segala keterbatasan di era New Normal masih dapat berkarya.
“IFI sebagai pencetak designer dan pengusaha busana muslim akan terus mengembangkan kurikulum busana muslim, apalagi saat ini telah berkolaborasi bersama Balai besar Tekstil,” kata Irna Mutiara.
Berkolaborasinya IFI dengan Balai Besar Tekstil dalam rangka memajukan dan mengawal masa depan tekstil dan busana muslin yang sesuai dengan kaidah syariah.
Irna Mutiara juga menyampaikan pesan pada wisudawati batch 9 diantaranya,
1. Jaga Kesehatan lebih diutamakan.
Dalam dunia bisnis, wisudawati dituntut untuk lebih berkreasi atau nantinya akan bekerja di industri fashion, kuncinya adalah sehat terlebih dahulu.
Setelah itu dapat melakukan komunikasi dengan baik pada semua disaat berinteraksi saat membuat karya.
2. Potensi Ekspor sangat luas.
Melihat peluang pasar dengan cermat melalui karya yang dapat diterima oleh pasar, asah kemampuan bahasa Inggris agar dapat mengetahui apa yang dibutuhkan pasar ekspor dengan meng-update tren model busana muslim.
3. Kreatifitas Produk.
Dalam berkarya, beri sentuhan kreatifitas sesuai dengan karakter, karena output karya mencerminkan karakter designernya.
4. Miliki Akhlakul Karimah.
Selalu dalam berinteraksi, berkarya maupun saat berkembang, wisudawati hendaknya selalu melahirkan akhlakul karimah, agar apa yang dilakukan membawa berkah dan bermanfaat baik buat diri sendiri maupun buat orang lain.
“IFI menjadi tempat untuk berbagi pengalaman, berkreatif untuk menghasilkan karya busana muslim yang peka jaman dari saat beriri pada tahun 2015,” ujar Irna Mutiara.
Saat ini, dengan melahirkan generasi baru dengan upaya regenerasi bibit-bibit unggul dari para desainer terdahulu ke generasi berikutnya dengan karya yang original, tidak ada plagiat dalam menghasilkan karyanya.
Para siswi IFI tak hanya belajar mendesain pakaian dari mulai menuangkan gambar busana yang diinginkan sampai mengaplikasikan bahan sampai jadi. Mereka juga dibekali dengan ilmu bisnis dan etika di bidang industri, lanjut Irna.
Semoga ilmu yang dimiliki siswa selama menimba ilmu di IFI bermanfaat bagi kehidupan, karena kedepan 16 orang siswi lulusan telah siap untuk terjun ke dunia bisnis.
“Dengan membawa karyanya yang berkarakter berbeda di setiap koleksinya peka terhadap tuntutan berbusana dijaman global dengan menghadirkan busana muslim ready to wear di Tanah Air,” pungkas Irna Mutiara.***