Bandung Side, Kabupaten Bandung – Hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat yang sekarang sedang masuk dalam transformasi digital membuka wawasan baru.
Pertama, digital banyak memberi dampak positif dan negatif seperti membuka berbagai peluang baru untuk bekerja maupun usaha.
Tetapi di balik itu pengguna internet akan mendapatkan risiko terpapar konten berbahaya dan pelanggaran privasi.
Maka, menurut Ronal Tuhatu, Psikolog, kewajiban kita untuk melindungi diri kita sendiri, makanya dalam literasi digital itu juga ada pembahasan digital safety.
Hal kedua, ternyata dampak-dampak negatif atau positif itu ditentukan oleh pola asuh digital keluarga-keluarga.
Seringkali kita lupa mengasuh anak-anaknya, bagaimana cara menggunakan alat-alat digital karena pola asuh keluarga.
Jadi sekarang peran keluarga tidak hanya mengajarkan nilai-nilai yang baik dan benar nilai-nilai spiritualitas nilai keagamaan. Tetapi juga bagaimana menggunakan alat-alat digital.
“Apakah iya kita harus punya dua smartphone itu kan pola asuh, semua ditentukan dari rumah. Ingat, manusia adalah makhluk kebiasaan habit. Kita ditentukan bagaimana pola asuh orang tua kita, pola asuh keluarga,” ungkap Ronal Tuhatu saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (29/11/2021).
Ketiga, dalam kehidupan generasi muda ada tiga hal yang akan memainkan peran besar yakni media sosial. Terutama untuk gen Z yang lahir sudah direkam oleh media digital.
Sekarang berkomunikasi menggunakan teknik teknologi digital email, text message, game online yang sangat mempengaruhi.
Tadinya kalau kita bermain harus keluar rumah sekarang susah bagi orang tua untuk meminta anaknya keluar rumah karena sudah kecanduan game online.
Tiga hal ini akan berpengaruh besar dalam kehidupan generasi muda di masa depan. Generasi muda, sekarang sedang kuliah atau ia akan lulus baik untuk menciptakan lingkungan kerja ataupun bekerja dengan orang lain akan ada pekerjaan yang hilang karena kita akan digantikan dengan mesin.
Misalnya hal-hal yang kalian yang berbahaya di pabrik atau sekarang kita ingin daftar sesuatu, kita tidak perlu datang untuk betemu orang untuk mengisi form pendaftaran secara online.
“Sekarang sedang dikembangkan mobil otomatis karena manusia sering lalai sering mengantuk, mabuk. Jadi pasti ada pekerjaan yang hilang karena kalah dengan teknologi. Sebenarnya ada juga pekerjaan yang harus berkolaborasi dengan mesin. Seperti saat ini kita menggunakan Smartphone kita sebenarnya sudah berkolaborasi dengan mesin,” jelas Ronal Tuhatu.
Di pabrik juga robot dikendalikan oleh manusia, dokter banyak berkolaborasi dengan mesin untuk diagnosa tetapi terapi tetap dengan dokter.
Ada juga pekerjaan baru yang muncul, tanya saja anak zaman sekarang cita-cita mereka ingin menjadi YouTuber atau konten kreator di media sosial.
Muncul juga artifisial intelijen, data scientist, digital marketing. Tetapi ada juga pekerjaan yang tidak tersentuh oleh mesin misalnya pekerjaan yang menyangkut tentang seni, artistik, juga kreativitas.
Maka, kita jangan kalah oleh mesin karena masih banyak pekerjaan yang tidak tersentuh, para perajin dan seniman masih belum tergantikan.
Justru karya mereka sangat ditentukan oleh hasil buatan tangan sendiri.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (29/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Asep Suhendar (Kreator Konten), Diana Balienda (Digital Trainer), Muhammad Miftahul Nadzir (Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), dan Isnaini Arsyad sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***