Gadget Berdampak Kecanduan pada Anak

Gadget Berdampak Kecanduan

Bandung Side, Kabupaten Tasikmalaya – Gadget berdampak yang diciptakan untuk menambah efisiensi kita dalam bekerja. Akan tetapi, nyatanya banyak dari kita yang tidak memanfaatkan penggunaan gadget dengan baik sampai berlarut-larut.

Salah satu korban yang paling banyak terkena kecanduan gadget ini adalah anak-anak.

Bahkan ketika orang tua tidak memberikan izin anak untuk menggunakan, sang anak tidak jarang menjadi tantrum.

Katherine sebagai praktisi kesehatan mengatakan bahwa pandemi Covid-19 turut mengundang kecanduan gadget pada anak.

Pasalnya banyak aktivitas yang dilakukan secara daring dari rumah, baik itu interaksi atau belajar. Hal tersebut memperlihatkan perubahan signifikan yang nyata pada kehidupan kita.

Otak akan berkembang sesuai rangsangan yang diberikan, semakin banyak rangsangan maka semakin banyak sel saraf otak yang terlatih.

Jadi kita terbiasa melakukan sesuatu. Apabila otak diberikan rangsangan negatif, maka kebiasaan dan hasilnya akan jadi negatif.

Stimulasi terbaik untuk otak berupa aktivitas psikomotorik atau jasmani dan interaksi langsung dengan sekitarnya.

“Penggunaan gadget mengaktifkan beberapa hormon dalam otak kita antara lain serotonin, endorphin, dopamine, dan lainnya. Hormon ini akan bekerja dan meningkatkan rasa senang penggunanya,” tutur Katherine dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (05/11/2021).

Pada saat kita menggunakan gadget berlebihan, otak kita akan menolak rangsangan tambahan lain. Fokusnya otak akan lebih mengarah pada gadget.

Perkembangan emosi dan sosial menjadi terhambat, dan berkurangnya konsentrasi serta fokus. Sehingga muncul ciri autistik, di mana gejalanya mirip dengan autis.
Di mana anak bisa berbicara, tetapi sulit untuk berinteraksi. Anak juga jadi kurang peka dengan lingkungan sekitar.

“Artinya orang tua harus mempertimbangkan lagi penggunaan gadget pada anak sudah benar atau belum,” ujar Katherine.

Dampak-dampak lainnya pada penggunaan atau kecanduan gadget.

Pertama, dampak fisik berupa gangguan pengelihatan, nyeri tubuh, perubahan postur tubuh, obesitas, hingga penyakit jantung.

Kedua, dampak fisik berupa perubahan perilaku di mana anak menjadi cenderung kesepian, perilakunya mengikuti dengan konten-konten yang dikonsumsi anak.

Meski penggunaan gadget bisa memberikan efek relaksasi, kalau digunakan berlebihan ternyata bisa meningkatkan stres.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (05/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Audrey Chandra (Jurnalis Kompas TV), Ugan Nugraha (Relawan TIK Jabar), Felix Kusmanto (Dosen Paruh Waktu dan Peneliti SDM), dan Marcella Vionita sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan