Berprofesi Harus Seperti Apa di Media Sosial

berprofesi

Bandung Side, Kabupaten Cianjur – Berprofesi sebagai apapun kita ketika berbicara di media sosial, media yang memiliki latar belakang sosial, budaya, agama bahkan juga orientasi politik dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda serta memiliki keragamannya lainnya.

Oleh karena itu tanggung jawab kita sebagai orang-orang yang berkecimpung di dunia digital ini harus memanfaatkan sebaik mungkin.

Ayi Mamduh pegiat media sosial dan pendidik menegaskan, etika sosial media ini akan menjadi wasilah, sarana untuk bersosialisasi secara online.

Memungkinkan manusia untuk melakukan sebuah kenyamanan sosial dengan cara berprofesi.

Macam-macam pengelompokan media ini ada social network, discuss, share social, publish, social game, virtual, livestream, livescast dan microblog.

“Kalau social network ini untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi. Seperti saya yang sampai hari ini masih menggunakan Facebook. Mungkin sudah banyak yang meninggalkan Facebook, tetapi saya tetap ingin menggunakan media sosial untuk berjejaring,” ungkap Ayi Mamduh saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (05/11/2021).

Sebagai sarana diskusi, terkait dengan apa yang ada di dalam pikiran seseorang untuk mengungkapkan suatu ide, gagasan.

Memang tidak serta merta semuanya harus dikeluarkan, tetapi juga harus sesuai.

Jadi orang yang pintar itu adalah bisa memanfaatkan media sosial ini untuk mempermudah hidupnya.

Memudahkan Dia belajar, mencari kerja, mengirim tugas, mencari informasi, berbelanja dan lainnya.

Media sosial menambahkan kamus baru dalam pembendaharaan kita yakni selain mengenal dunia nyata kita juga sekarang mengenal dunia maya.

Dunia yang bebas tanpa batasan yang berisi orang-orang dari dunia nyata setiap orang bisa menjadi apapun dan siapapun di dunia maya.

Seseorang bisa menjadi sangat berbeda di kehidupannya antara dunia nyata dengan dunia maya Hal ini terlihat terutama dalam jejaring sosial.

Informasi yang tersebar di media sosial sedikit banyak itu sangat mendeskripsikan kejernihan akhlak atau karakter penulisnya.

“Mereka yang memiliki pandangan menyebarkan manfaat melalui tulisan atau gambar dan berwawasan luas tidak akan tergesa-gesa dalam memposting berita. Kebaikan justru akan mengalir apabila setiap hal yang kita beritakan bernilai manfaat dan faedah,” jelas Ayi Mamduh.

Layaknya seorang lebah yang hanya akan mencari madu, jika insting kebaikan telah terpatri Indra. Kita tidak akan tertarik untuk menciptakan hal-hal yang akan menimbulkan fitnah.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (05/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Lia Najib (Relawan TIK Cianjur), Eunika Irma Septiaji (Trainer & Educator), Ismita Saputri (CEO Kainzen Room), dan Ibrahim Hanif sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan