Teknologi dan Budaya Berhubungan Memunculkan Budaya Baru

teknologi dan budaya

Bandung Side, Kabupaten Bandung – Teknologi dan budaya hadir karena adanya interaksi, sosialisasi manusia sehingga memunculkan budaya baru saling terkait.

Teknologi modern mengubah budaya kita, termasuk budaya membaca.

Catur Nugroho, dosen Telkom University mengatakan, literasi digital sebenarnya menjadi penting di Indonesia karena masyarakat sangat rendah budaya membacanya.

Makanya ketika muncul hoaks, disinformasi, misinformasi, hate speech dan lainnya itu karena tidak secara keseluruhan informasi itu dibaca diteliti langsung saja menyebarkannya.

Teknologi mempengaruhi budaya sehingga masyarakat harus beradaptasi meskipun kita sebagai pengguna teknologi jangan sampai kita dikendalikan oleh media digital.

“Kita hanya sekadar sebagai orang yang menggunakan dan memanfaatkan,” kata Catur Nugroho.

Kesempatan yang sangat luar biasa yang didapatkan oleh para generasi sekarang yang belum tentu dirasakan oleh generasi sebelumnya.

“Dari itu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,” tutur Catur Nugroho dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/10/2021) pagi.

Apapun hobi kita misalnya membuat film, cerita dan lainnya coba manfaatkan media digital ini untuk berkarya.

Jika berkembang bisa di monetisasi yang jelas kita punya media untuk menyuarakan karya.

Pemanfaatan teknologi untuk hobi atau passion kita itu untuk menangkal perkembangan teknologi yang memiliki konsekuensi negatif.

Penggunaan teknologi yang buruk ada di masyarakat, misalnya netizen Indonesia paling tidak ramah di Asia Tenggara, julukan yang sebenarnya tidak bagus untuk negara kita.

Jadi sebenarnya kita sendiri yang dapat menentukan akan digunakan seperti apa teknologi digital ini.

“Jadi, teknologi modern dapat menghapus nilai-nilai tradisi budaya dan cakrawala jangka panjang manusia dan kebutuhan material semata,” ujar Catur.

Masyarakat dipengaruhi dan dibentuk oleh perkembangan teknologi sehingga manusia harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan teknologi dan media,” tegas Catur Nugroho.

Konsekuensi negatif dari perkembangan teknologi adalah hasil dari penggunaan yang buruk oleh masyarakat bukan dari teknologi itu sendiri.

Jadi tidak salah jika teknologi keep disebut layak pisau, fungsinya tergantung siapa yang memegang pisau tersebut.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/10/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara, Indira Wibowo (Public Speaker), Ismita Saputri (Founder Kainzen), Aaron Daniel (Kreator Digital) dan dr. Wafika Andhira sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

Tinggalkan Balasan