
Bandung Side, Kabupaten Karawang – Revolusi mental dan moral di ruang digital sangat diperlukan karena perkembangan zaman globalisasi akan membangun mental masyarakat Indonesia yang postif.
Tantangan globalisasi sudah dipengaruhi adanya kemajuan teknologi mulai dari kemajuan berpikir, kemajuan berinteraksi, kemajuan teknologi juga ini ada kaitannya dengan perdagangan konsekkuensi dari revolusi mental dan moral.
Dengan kemajuan teknologi, seluruh masyarakat digital dari anak kecil hingga yang sudah tua menggunakan ponsel pintar menandakan kemajuan teknologi ini tidak melihat usia sebab itu akan mendorong integrasi antara kemajuan teknologi dengan kemajuan perdagangan.
Oleh karena itu salah satu konsekuensi revolusi mental dan moral, para pengguna harus meningkatkan kualitas dari keamanan, sebab ada hubungannya dengan ekonomi negara maupun ekonomi masyarakat.
Ogi Lesmana, seorang Praktisi Pendidikan menyatakan jika melihat kondisi masyarakat sekarang dapat dipertanyakan, apakah mereka memiliki etika atau tidak?
Menurutnya, pada masyarakat modern ini cenderung punya karakteristik individualis karena merasa tentram, tenang di kehidupan mereka di ruang dunia digital sehingga dapat dicirikan sebagai pluralisme moral.
“Ada juga persoalan etis baru karena kemajuan teknologi misalnya ada seorang perempuan sedang takziah di kuburan dengan santainya dia mengupload foto di depan kuburan,” ungkap Ogi Lesmana di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin (6/9/2021).
Revolusi mental dan moral etika di ruang digital membangun mental masyarakat Indonesia pada umumnya khususnya sebagai masyarakat digital. Mengapa harus revolusi mental?
Ogi Lesmana menjawab, cara berpikir, merasa dan mempercayai yang semuanya itu menjelma dalam perilaku dan tindakan sehari-sehari.
“Cara merasa masyarakat kita memang harus digeneralisir langkah yang harus kita arahkan inilah dapat mengikuti cara dalam revolusi ASN bagaimana budaya kerjannya dan kebijaksanaannya didasarkan pada asas,prinsip, nilai dasar serta kode etik dan kode perilaku,” ujar Ogi Lesmana.
Terkait revolusi moral menyangkut etika yang harus dilakukan dan memberi norma tentang perbuatan tersebut. Etika hanya berlaku dalam pergaulan yang berarti selalu melibatkan orang lain, sedangkan etika tetap berlaku meskipun tidak ada saksi mata.
Jadi pada revolusi mental dan moral itu konsep etika tradisional yang diterapkan pada konteks penggunaan dan pengembangan teknologi komputer dan jaringan internet. Sedangkan penggunaan komputer tidak akan menimbulkan pelanggara etika internet tanpa adanya teknologi siber.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat Senin (6/9/2021) juga menghadirkan pembicara Michael Syukrie (Videografer underwater), Chairi Ibrahim (Konsultan Marketing Digital), Diena Haryana (Dewan Pengurus Siberkreasi), dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***