Pesona Muslim Friendly Korea Kembali Dikenalkan KTO

Pesona Muslim Friendly Korea

Bandung Side, The Trans Luxury Bandung – Pesona Muslim Friendly Korea selalu ada hal menarik kembali dikenalkan Korea Tourism Organization (KTO) dalam kegiatan Gathering & Virtual Tour kepada Travel Agent di The Trans Luxury Hotel, jl Gatot Subroto No 289 Kota Bandung, Jumat, 10 September 2021.

KTO atau Organisasi Pariwisata Korea yang berlokasi di Jakarta memiliki kewajiban memperkenalkan Pesona Muslim Friendly Korea kepada agen-agen perjalanan dan masyarakat umum melalaui berbagai aktifitas sehingga akan terjadi ikatan tercipta antara agen perjalanan Korea, perusahaan penerbangan, rumah sakit dan stakeholder yang bergerak di sektor pariwisata guna meningkatkan hubungan bisnis atau B to B (bisnis to bisnis) antara Korea dengan negara lain, khususnya Indonesia.

Dwita Rizki Nientyas, Marketing Manager KTO mengatakan bahwa dengan melandainya dampak pasien terpapar pandemi Covid-19, KTO kembali meyelenggarakan kegiatan Gathering & Virtual Tour kepada travel agent lokal di Kota Bandung, guna menginformasikan kembali pesona destinasi pariwisata serta untuk update kondisi Muslim Friendly Korea terkini.

“Seperti yang diketahui pada 2 tahun terakhir, Pemerintah Korea begitu antusias mengembangkan pariwisata Muslim Friendly  Korea kepada masyarakat dunia, ujar Dwita Rizki Nientyas yang akrab disapa Kiki.

Negeri Gingseng ini dari tahun ke tahun mengalami tsunami pertumbuhan Islam yang meningkat, baik penduduk asli maupun pendatang dan orang asing yang menetap, lanjut Kiki.

Semakin meningkatnya pertumbuhan muslim tersebut juga berdampak berkembangnya lembaga, infrastruktur pelayaan publik serta berbagai ragam industri yang ramah muslim yang dikenal dengan istilah Muslim Friendly.

Sebagai contohnya, pembangunan tempat ibadah di berbagai tujuan wisata, hotel berbagai bintang, pusat perbelanjaan, bandara dan lainnya merupakan bukti keseriusan pemerintah Korea dalam mengembangkan wisata ramah muslim.

Pesona Muslim Friendly Korea
Dwita Rizki Nientyas, Marketing Manager KTO, mengatakan Pemerintahan Korea terus melakukan campaign ” Our Hearts are Always Open”, yang berarti mereka akan selalu menunggu kedatangan turis dengan tangan terbuka

Melalui KTO Jakarta kegiatan Gathering & Virtual Tour untuk travel agent guna menarik jumlah wisatawan muslim dari Indonesia, yang merupakan salah satu negara pengirim wisatawan terbesar ke Korea.

“Walau sekarang international travel masih belum memungkinkan, kami harap pelaku bisnis wisata secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum tetap ingat Korea sebagai destinasi pariwisata yang kaya akan inovasi dan pagelaran, dan mudah-mudahan Korea juga bisa dijadikan tujuan pertama bagi wisatawan Indonesia untuk liburan setelah international travel memungkinkan dibuka,” papar Kiki.

Gathering dan Virtual Tour kali ini juga menyampaikan kondisi ter-update Negeri Gingseng, meskipun saat ini Korea Masih menutup bordernya untuk semua turis asing termasuk Indonesia sebagai upaya untuk mengendalikan pandemi Covid-19 disana.

“Tapi Pemerintahan Korea terus melakukan campaign ” Our Hearts are Always Open“, yang berarti mereka akan selalu menunggu kedatangan turis dengan tangan terbuka walau kondisi border saat ini ditutup,” jelas Kiki.

Kampanye Muslim Friendly Korea sangat lah signifikan hubungannya dengan penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, belakangan ini turis Indonesia juga sangat kritis menanyakan tentang fasilitas ramah muslim di Korea.

“Kami dari KTO Jakarta melakukan sosialisasi bahwa Korea terus berusaha melakukan perbaikan dlam mengakomodir wisatawan muslim dan mudah-mudahan pesan ini bisa sampai ke target wisatawan muslim kami,” ujar Dwita Rizki Nientyas.

Korea telah memiliki 15 tempat beribadah bagi muslim dan muslimah yang tersebar dan 1 Masjid Agug, tempat ibadah yang tidak permanen pun sudah ada di fasilitas umum seperti bandara, hotel, information central, tempat perbelanjaan, Tour Spot dan lain-lain, sehingga kaum muslim tidak akan kesulitan menemukan saat akan melakukan ibadah.

Keseriusan Pemerintahan Korea akan Muslim Friendly dengan mengagendakan even yakni “Korea Restaurant Week Korea” dalam mengembangkan fasilitas wisata ramah bagi Muslim supaya dapat mengurangi kendala dan kesulitan yang biasa dialami oleh wisatawan muslim ketika berwisata di Korea, terurama kendala mencari makanan halal.

“KTO telah mengklasifikasikan restoran ramah Muslim ke dalam empat kategori sejak tahun 2016, supaya wisatawan Muslim semakin yakin dan mudah dalam memilih makanan selama berwisata di Korea,” ungkap Kiki.

Pesona Muslim Friendly Korea
KTO telah mengklasifikasikan restoran ramah Muslim ke dalam empat kategori sejak tahun 2016, supaya wisatawan Muslim semakin yakin dan mudah dalam memilih makanan selama berwisata di Korea

Adapun kategorinya dengan logo yang berbeda akan mudah dijumpai bagi wisatawan muslim adalah sebagai berikut;

– Bersertifikasi halal (Halal-Certified) yakni restoran-restoran yang disertifikasi oleh Badan Sertifikasi Halal terakreditasi seperti Korea Muslim Federation (KMF).

– Swa-sertifikasi (Self-Certified) yakni restoran-restoran yang hanya menyajikan menu halal dan disertifikasi oleh pemilik restoran tersebut yang merupakan seorang Muslim.

– Ramah Muslim (Muslim-Friendly)yakni restoran-restoran yang menyajikan menu halal dan masih menjual alkohol.

– Bebas Daging Babi (Pork-Free) yakni restoran-restoran yang tidak menawarkan menu halal tetapi tidak menggunakan daging babi dalam menunya, serta masih menjual alkohol.

“Data ter-update bahwa jumlah restoran yang menyandang status tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari 135 restoran pada 2016 hingga menjadi 250 restoran pada akhir 2018,” terang Kiki.

Upaya dan keseriusan Pemerintah Korea dalam mengembangkan wisata ramah Muslim ini kian meningkatkan reputasi Korea sebagai tujuan wisata halal. Menurut laporan “2019 GMTI” (Global Muslim Travel Index)bahwa Korea telah menduduki peringkat ke-8 di antara tujuan-tujuan wisata di luar negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam).

“Pencapaian ini terwujud sejalan dengan jumlah kunjungan wisatawan Muslim ke Korea yang diperkirakan menembus 1 juta untuk pertama kalinya pada 2019,” ungkap Kiki.

Edukasi dan Transparansi

Seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta gathering, yakni Hanz Bowo dari Hall36 Tour & Travel bahwa sebagai orang travel perjalanan wisata ke Korea sebelum Pandemi Covid-19 pasarnya bagus banget, secara budget cenderung lebih ekonomis bahkan bisa dibilang murah bila dibandingkan dengan budget wisata negara lain di Asia.

“Kewajiban kita harus bisa mengedukasi ke customer, terutama dalam membedakan trip dan fasilitas makanan yang didapat. Terutama makanan No Pork dan Halal, harus paham sekali mengenai hal tersebut,” ujar Hanz Bowo, Manager Director dan Travel Consultant.

“Meskipun sebuah restauran telah mencantumkan logo Pork Free yang biasa menyediakan makanan olahan daging ayam atau daging sapi, kami juga harus mengetahui cara mengelola nya seperti cara menyembelihnya, cara memasaknya apa alat masaknya bercampur dengan olahan daging lain yang tidak halal,” jelas Hanz Bowo.

Edukasi lainnya, seperti mengapa tour halal ke Korea mengapa budgetnya lebih mahal 3x lipat dari paket tour yang No Pork ? Tadi sudah terjawab dalam presentasi pihak KTO bahwa sertifikasi halal dari MUI nya Korea biayanya sangat mahal sekali.

Kehalalan suatu makanan yang akan dikonsumsi muslim tidak bisa dianggap enteng atau dibuat remeh-temeh karena menyangkut kepaercayaan wisatawan, sehingga Pemerintahan Korea benar-benar berupaya dan serius menanganinya, tambah Hanz Bowo.

“Edukasi kepada customer sangat penting itu karena karekter wisatawan Indonesia selalu melihat nominal pada harga paket-paket wisata yang kita tawarkan, terutama mengenai fasilitas dan benefit yang didapatkan apa ?,” ujar Hanz Bowo kembali.

Begitu juga buat vendor, juga harus mengedukasi kita yang bergerak dalam bisnis wisata, secara umum vendor dalam paketannya hanya menyantumkan fasilitas hotel, makanan, trip wisata saja.

Harusnya pihak vendor dan travel transparan kepada konsumen, jangan sampai setelah setelah konsumen sampai tempat terjebak dengan fasilitas yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Include paketan harusnya dijelaskan dari awal, ini lo paketan saya kenapa bisa murah karena fasilitas makanan yang diberikan No Fork bukan bukan paketan Halal harus dijelaskan, lanjut Hanz Bowo

“Paketan Halal ke Korea mahal karena kebutuhan sertifikasi halal disana juga mahal biaya pengurusan karena azas kepercayaan itu, selain itu yang akrab diperdengarkan orang travel adalah “Ada Harga Ada Rupa” menjadi jaminannya,” tegas Hanz Bowo.

“Jadi wisata halalnya harus benar-benar dijelaskan bahwa halalnya itu benar-benar halal atau halal yang No Pork ? Karena komponen harga yang menonjol adalah dalam merange kebutuhan makanan tersebut, sedangkan untuk destinasi hampir semua sama,” jelas Hanz.

“Pada dasarnya kita sebagai travel harus “bisa” mengakomodir permintaan customer, tidak boleh “tidak bisa” dalam mengakomodir kebutuhan customer, asal semua transparansi,” pungkas Hanz Bowo.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan