
Bandung Side, Kabupaten Karawang – Budaya online itu pasti ada karena merupakan sebuah hasil dari pemikiran, akal budi sebagai masyarakat sosial dan akan terus berkembang sesuai zamannya yakni di era digitalisasi.
Pemikiran akal budi ini dijadikan sebuah panduan hidup untuk mengatur tingkah laku masyarakat itu sendiri.
Penggunaan digital yang kian masif dipastikan mengubah budaya online yang selama ini hadir dunia luar jaringan. Walaupun sebaliknya budaya offline dapat mempengaruhi budaya online.
Apakah dengan budaya online akan menghasilkan budaya yang dapat diwariskan dan tahan lama. Padahal budaya digital ini dikenal dengan segala kemudahan di dalamnya yang dapat dimanfaatkan secara positif.
Psikolog dan akademisi Felix Kusmanto, ada budaya yang terarah dan berkelanjutan dengan empat pendukung seperti kolaborasi, data pendukung, tepat berdampak dan inovasi.
Contohnya inovasi karya anak bangsa GoJek, mereka tidak memiliki modal yang besar namun mereka berkolaborasi dengan banyak pihak, pengendara motor, pemilik usaha dan lainnya.
GoJek juga memiliki data pendukung supaya membuat produk tepat berdampak, dan untuk membuat agar bertahan mereka selalu melakukan inovasi.
Awalnya mereka berbeda dari ojek online dengan memberikan masker dan penutup rambut sekaran berinovasi dengan dompet digital GoPay.
“Itu membuat mereka terus bertahan, mereka menciptakan budaya baru bagi masyarakat Indonesia,” kata Felix Kusmanto.
Ojek menjadi lebih eksklusif, tidak ada tawar menawar lagi biaya sesuai jarak, ingin belanja barang atau makanan pun tidak perlu keluar rumah dan budaya digital lain yang kini kita jalani,” ujar Felix Kusmanto di acara webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (10/8/2021).
Namun keempat pendukung tadi kurang lengkap tanpa dasar dari budaya digital yang menjadi pedoman hidup.
Sebagai masyarakat Indonesia ketika menjadi warga digital pun masih tetap warga negara Indonesia yang memiliki dasar hidup Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Bagaimana nilai-nilai Pancasila yang ada di tiap sila itu diamalkan juga ketika berada di ruang digital sehingga warganet Indonesia akan berwajah Indonesia yang ramah tamah, bertoleransi, gotong royong dan cinta budaya Indonesia.
Sementara itu budaya digital yang terarah dan berkelanjutan yakni konstan beradaptasi dengan efektif menggunakan teknologi serta terus memberi dampak berkelanjutan.
Inovasi di teknologi seperti startup digital diharapkan mampu menyelesaikan masalah solusi secara digital dan berkelanjutan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (10/8/2021) juga menghadirkan pembicara Stefani Anggriani (Makeup Influencer), Geri Sugiran (Relawan TIK Sukabumi), Theo Derick (Praktisi Marketing Digital), dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***