Bandung Side, Kabupaten Bogor – Kaidah bahasa menjadi karakter dan identitas bangsa di dunia digital hendaknya dilakukan dengan baik dan benar.
Mengingat era Sumpah Pemuda di masa perjuangan merebut kemerdekaan, bahasa Indonesia merupakan pemererat perbedaan suku bangsa dengan berbagai bahasa yang ribuan jumlah di Nusantara.
Akan tetapi kini, saat merdeka Indonesia harus mengalami tantangan baru dengan adanya digitalisasi di mana lambat laun bahasa kurang diperhatikan penggunaannya.
“Perkembangan dunia digital memengaruhi penggunaan Kaidah Bahasa Indonesia dengan tata bahasa yang baik dan benar. Media sosial pun saat ini sangat rentan terhadap terjadinya multi tafsir, karena itu perlu kecermatan memilih dan menuliskan kata dengan tepat,” kata Kalarensi Naibaho, Koordinaror Layanan Perpustakaan Universitas Indonesia, saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/6/2021).
Sebabnya literasi digital diperlukan untuk mengedukasi masyarakat, melihat dampak permasalahan berbahasa akan menjadi besar.
Diketahui dari 274 juta penduduk, terdapat 170 juta yang memakai sosial media dengan penetrasi yang cukup besar.
Belum lagi dihitung pertumbuhan 27 juta pengguna internet selama tahun 2020 hingga 2021. Sumber informasi yang diakses masyarakat saat ini masih mempercayai televisi, namun media digital menjadi andalan saat ini.
“Budaya digital soal teks menjadi sangat luar biasa penyebarannya, sebab secara otomatis sebagai yang memproduksi teks setiap hari. Lalu bagaimana jika 170 orang tersebut tidak menggunakan bahasa yang baik,” ujar Kalarensi Naibaho.
Terlebih penyebaran bahasa dengan budaya digital ini terhitung sangat massif setiap harinya.
Lebih jauh Kalarensi mengungkapkan, penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak semata-mata untuk melestarikan bahasa itu sendiri.
Akan tetapi juga menghindari dari jerat-jerat hukum akibat salah penafsiran. Selanjutnya dibutuhkan panutan atau role model, yang secara konsisten menunjukkan sikap dan perilaku berbahasa yang baik dan benar.
Bisa guru, orang tua, pejabat, tokoh publik, atau selebgram terkait penggunaan bahasa di dunia digital.
Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Webinar kali ini juga mengundang nara sumber seperti Irma Nawangwulan Dosen IULI, Eko Prasetya Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, dan Dani Indra Dosen dari Stikes Sumedang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama.
Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***