
Bandung Side, Supratman – Diskusi ilmiah yang diinisiasi oleh DPD ASITA Jawa Barat membuka wacana evaluasi, merumuskan dan menemukan solusi alternatif dari sudaut pandang akademik dengan mengangkat tema Pentingnya Pendidikan Luar Kelas Bagi Pelajar di Jawa Barat, Kamis, 6 Maret 2025 di jalan Surapati 53, Kota Bandung.
Dengan narasumber, Evi Novianti, Kaprodi Magister Pariwisata Berkelanjutan,Universitas Padjadjaran; Dr. Mohamad Zaini Alif.,S.Sn.,M.Ds., dari Institute Seni dan Budaya Indonesia, Bandung; Dr. A.H. Galih Kusumah, MM., CHE., Ketua Program Studi Pariwisata, UPI dan Dr. Haryadi Darmawan, MM., Lektor Kepala Politeknik Pariwisata NHI Bandung, diharapkan dapat memecahkan permasalahan tentang Study Tour ini.
Mengawali pemaparan pada diskusi ilmiah, Evi Novianti, Kaprodi Magister Pariwisata Berkelanjutan,Universitas Padjadjaran memaparkan materinya, bahwa Wisata pelajar berkelanjutan penting untuk masa depan. Edukasi, konservasi, dan pengurangan jejak karbon adalah kuncinya. Generasi Z dan Alpha memegang peran penting dalam mewujudkannya dengan berwisata yang bertanggung jawab.
Hal tersebut disampaikan Evi Novianti, karena konsep pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism untuk wisata pelajar harus yang berbasis edukasi dan budaya, ramah lingkungan dan mempunyai dampak positif yakni mengutamakan interaksi dengan komunitas local, mendukung UMKM serta memberikan manfaat ekonomi jangka panjang.
Dr. Mohamad Zaini Alif.,S.Sn.,M.Ds., dari Institute Seni dan Budaya Indonesia, Bandung lebih menyoroti peran eduwisata berbasis permainan tradisional pada Pendidikan luar ruang.
“Eduwisata berbasis permainan tradisional menjadi fondasi dari Pendidikan nasional guna mengembangkan intelektual,moral an kinerja peserta didik,” ujar Mohammad Zaini Alif.
Aktivitas wisata berbasis permainan tradisional memadukan kesadaran nilai spiritual (*permainan angin, permaian tanah, permainan daun, dan lain-lain), nilai sosial, kontekstual, dan kegembiraan lahir batin sehingga pembelajaran yang tidak jauh dari kultur masyarakat ini sesuai dengan visi pendidikan nasional.
Pada prinsipnya wisata berbasis pembelajaran melalui permainal tradisional membawa dampak berkesadaran, yakni pengalaman eduwisata menjadi pembelajaran aktif dan mampu meregulasi diri dan memahami tujuan pembelajaran.
“Pendidikan luar kelas dengan konsep eduwisata permainan tradisional menjadikan peserta didik berkemampuan mengaplikasikan pengetahuan pembelajaran didalam kelas,” jelas Alif.
Suasana menggembirakan saat eduwisata permainan tradisional menjadi pembelajaran yang positif, menantang dan memotivasi secara emosional lebih mudah memahami, mengingat dan menerapkan pengetahuan, Pungkas Alif.

Dr. A.H. Galih Kusumah, MM., CHE., menanggapi permasalahan pelarangan study tour dikarenakan membebani orang tua, faktor keselamatan yang terabaikan, sekolah cari cuan (cashback) dan tujuannya hanya jalan-jalan saja tau bersenang-senang saja tanpa ada edukasi dan pembelajaran positifnya.
Menurut Galih Kusumah bahwa bila meninjau dari arti Wisata, adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara, menurut UU No. 10 tahun 2009.
“Pendidikan luar kelas yang diterjemahkan sebagai study tour harusnya mempunyai dampak create, evaluate, analyse, apply, understand and remember,” ujar Galih Kusumah.
Bila dampak tersebut bisa dijalankan maka yang Namanya cari cuan atau mark up budget yang dianggap wajar tidak akan terjadi, sehingga focus pada learning outcome.
“Sehingga dibutuhkan standar pelayanan minimal kewajaran sehingga usai melaksanakan Pendidikan luar kelas dapat memberi manfaat maksimal badi peserta didik,” kata Galih Kusumah.
Menurut Dr. Haryadi Darmawan, MM., Lektor Kepala Politeknik Pariwisata NHI Bandung mengatakan, bahwa isu penting terkini larangan study tour diluar Jawa Barat bisa dilakukan dengan 3 aksi.
“Aksi pertama, dikembalikan lagi kepada kebijakan sekolah di Jawa Barat akan berlakunya pendidikan luar kelas, yang menurut data jumlah SD 23.862 sekolah, SMP 9.303 sekolah,” ujar Haryadi Darmawan.
Aksi kedua dengan merubah nama Pendidikan luar kelas yang dulunya study tour menjadi misalnya program pembelajaran alam, program pembelajaran social, program pembelajaran pertanian atau program pembelajaran agama dan lain-lainnya.
Aksi ketiga, dengan penguatan destinasi pariwisata yang menjadi tempat tujuan Pendidikan luar kelas, diantaranya kesiapan aktivitas pariwisata.
Selanjutnya, kesiapan sarana dan prasarana pariwisata harus dipersiapkan dengan mengukur berapa jumlah pesertanya agar dapat terlayani yang sebelumnya sudah diobservasi.
“Yang terpenting, kesiapan sumber daya manusia pengelola dan operator dalam mengatur prawisata, pelaksanaannya dan pasca wisatanya,” kata Haryadi Darmawan.
Semenara itu, disessi break Ketua terpilih DPD ASITA Jawa Barat, Daniel G. Nugraha memberikan keterangan pers bahwa dengan merujuk kepada Surat Edaran Gubernur Jawa Barat, SE Nomor: 64/PK.01/Kesra, tentang Study Tour Pada Satuan Pendidikan Tahun 2024, kami selaku Pelaku Industri Perjalanan Wisata di Jawa Barat, merasa penting untuk merumuskan bersama solusi alternatif dari sudut pandang akademik.
“Sesuai pengamatan kami, bahwa esensi Study Tour bagi pelajar kita banyak yang harus dievaluasi, konten kesesuaian Mata Pelajaran di sekolah dengan Tema Study Tour, Tata kelola persiapan dan pelaksanaan perjalanan. Ini adalah momentum terbaik bagi Industri Perjalanan Wisata & Dunia Pendidikan supaya dapat memperbaiki diri dan mengembalikan fungsinya,” pungkas Daniel G Nugraha.***