Bandung Side, jl. Garut– BFC Talk sebuah program bincang santai yang dipandegani oleh Bandung Film Commission mengangkat tema Masa Depan Perfilman di Kota Bandung, Peluang, Tantangan dan Strategi Pemerintah Kota”.
Acara rutin yang digelar oleh Bandung Film Commission (BFC) mengundang narasumber yakni seluruh Calon Walikota Bandung yang hadir di Aula Perpustakaan Ajip Rosidi, jl. Garut, Kota Bandung, Rabu, 13 November 2024.
Hadir Calon Walikota Bandung yakni, Dadan Riza Wardana, Haru Suandharu, Muhammad Farhan dan Arfi Rafnialdi yang akan berkontestasi Pemilihan Kepala Daerah Serentak tahun 2024 akan membentangkan visi dan misinya tentang dunia perfilman di Kota Bandung.
Kedepan, 4 Cawalkot Bandung salah satunya akan memegang pemerintahan yang sekaligus menjadi kandidat pemimpin masyarakat perfilman ehingga visi dan misi mereka di dunia film menjadi sangat penting, karena perfilman adalah bagian dari langkah strategis dalam memajukan Kota Bandung.
Sementara itu, Ketua Bandung Film Commission, Deden M. Sahid mempunyai pandangan bahwa Kota Bandung membutuhkan walikota yang paham dengan ekonomi kreatif, khususnya film, karena film dapat menjadi lokomotif untuk membawa gerbong sub sector ekononomi kreatif lainnya.
“Didalam film itu desain, gastronomi, fashion dan segala potensi ekonomi daerah bisa terangkat saat sebuah karya film ditayangkan,” ujar Deden M. Sahid.
BFC Talk menjadi wadah dan kesempatan para Cawalkot untuk menyampaikan visi dan misinya dan masyarakat perfilman di Kota Bandung yakni orang-orang yang terlibat di film, juga dapat menyampaikan uneg-unegnya, ungkap Deden.
Perfilman Kota Bandung tidak membutuhkan sosok yang hanya bisa tampil di depan kamera, tapi juga membutuhkan sosok walikota yang mampu membuat kebijakan, merealisasikan rencana, menepati janji dan berani mendobrak segala halangan dan rintangan demi kemaslahatan masyarakat melalui jalur ekonomi kreatif khususnya sub sector film.
“Demi menjaga independent dan netralitasnya, acara diskusi ini diselenggarakan oleh BFC secara mandiri, didukung secara sukarela dari sejumlah sahabat, antara lain Pusat Studi Sunda Perpustakaan Ajib Rosidi, Kedai Jante, Bukan Jumaahan, BSM dan GM Multimedia,” kata Deden M. Sahid.***