
Bandung Side, Jayagiri_Lembang – Kader Posyandu yang merupakan ujung tombak penurunan stunting dari 3 desa mendapatkan “Pelatihan Kader untuk Inklusi Disabilitas Dalam Pesan Kunci EMO DEMO & Komunikasi Perubahan Perilaku yang Dinegosiasikan”, Senin, 16 Oktober 2023.
Kader Posyandu yang terdiri dari anggota PKK dari 3 desa yakni Desa Jayagiri, Desa Gudang Kahuripan dan Desa Sukajaya sebanyak 33 peserta mengikuti pelatihan yang dipandu oleh fasilitator Tenaga Program Gizi (TPG) Puskesmas Jayagiri di Aula Kantor Desa Jayagiri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Keberlanjutan Training Of Trainer (TOT) fasilitator yang diikuti oleh perwakilan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kab. Bandung Barat pada bulan Agustus lalu oleh Tim BISA (Better Investment for Stunting Alleviation/ Investasi Lebih Baik untuk Penurunan Stunting) Save The Children memberi pelatihan kepada Kader Posyandu dari Tim PKK 3 desa.
Menurut data yang bersumber pada Dinas P2KBP3A, tahun 2022 bahwa Kecamatan Lembang yang mempunyai jumlah keluarga 57.068 terdata memiliki keluarga yang beresiko Stunting 3.376 keluarga. Sedangkan pada Kecamatan yang sama memiliki jumlah 13.041 balita dengan kondisi balita pendek dan sangat pendek berjumlah 310 balita.

“Pelatihan yang diikuti oleh Kader Posyandu dari Tim PKK dari 3 desa ini bertujuan agar peserta mengenal dan memahami konsep dasar inklusi disabilitas,” ujar Regita Dwi Nurcahyani.
Selain itu, lanjut Regita, peserta juga akan memahami hubungan antara nutrisi dan disabilitas sehingga dapat disampaikan dalam merumuskan pesan kunci EMO DEMO dikaitkan dengan disabilitas.
Dalam merumuskan pesan kunci peserta dapat memberikan saran/ bantuan praktis untuk mengatasi kesulitan pemberian makan bagi bayi dan anak disabilitas, tambah Regita.
Sehingga peserta dapat mempraktekkan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dari pesan-pesan kunci yang dirumuskan kemudian selanjutnya akan menemukan cara komunikasi perubahan perilaku yang dinegosiasikan kepada orang tua atau pengasuh anak disabilitas.
Adapun 6 Perilaku kunci dalam komunikasi Perubahan Perilaku Penurunan Stunting diantaranya, Ibu hamil mengkonsumsi TABLET TAMBAH DARAH; Ibu hamil MEMERIKSAKAN KEHAMILAN SEBANYAK 6 KALI selama masa kehamilan; PMBA atau Pemberian Makan Bayi dan Anak; Ibu membawa balita secara RUTIN KE POSYANDU sebulan sekali untuk pemeriksaan tumbuh kembang; Ibu-anak dan seluruh keluarga Melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di air yang mengalir pada waktu penting dan Ibu-anak dan seluruh keluarga MENGGUNAKAN JAMBAN SEHAT.

“Pelatihan Kader pada hari pertama ini menyasar 4 perilaku kunci penurunan stunting, yakni ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sedangkan pada hari kedua dengan materi Makanan Kaya Zat Besi dan Cuci Tangan Pakai Sabun yang disampaikan dengan EMO DEMO,” ungkap Regita Dwi Nurcahyani.
Mengingat bahwa nutrisi berkaitan erat dengan disabilitas terutama akibat kurangnya mikronutrien saat kehamilan maka penting untuk memasukkan pesan kunci disabilitas dalam EMO DEMO.
ASI Eksklusif pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) pada bayi merupakan jendela periode penentuan pondasi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan syaraf yang optimal di sepanjang masa kehidupan.
Pada ASI Eksklusif terdapat NUTRISI KUNCI yakni tersebut termasuk protein, asam lemak tak jenuh ganda, zat besi, zinc, asam folat, yodium, Vitamin A, B6 dan B12 yang dibutuhkan bayi untuk perkembangan dan fungsi otak.
“Begitu juga dengan materi yang membahas tentang remaja. Pada masa remaja kebutuhan nutrisi yang meningkat harus terpenuhi agar tidak mengalami anemia, resiko komplikasi termasuk melahirkan premature,” ujar Regita.

Pada materi anak disabilitas, pada saat pemberian makan akan mengalami kesulitan bila tidak memiliki keterampilan, sehingga dibutuhkan Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI untuk tumbuh kembang anak disabilitas dengan menyesuaikan porsi makanannya.
“Anak disabilitas dengan kebutuhan makanan yang beragam dan bergizi tinggi, harus disesuaikan pula porsi makanan yang seimbang, jadi tidak hanya nasi saja yang banyak,” kata Regita.
Solusi lainnya, pada saat memberikan ASI dan MP-ASI harus diperhatikan posisi duduknya anak, juga peralatan khusus yang mendukung agar anak disabilitas dapat menerima asupan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangannya.
“Pemberian makan pada anak disabilitas juga dapat diselingi dengan pemberian camilan sehat dapat jadwal makannya,” ungkap Regita.
Saat anak masih lapar atau saat diselingi dengan camilan, jangan berikan cemilan sembarang karena mengandung zat pewarna, pengawet, penyedap rasa yang tidak sehat.

“Berikan hanya cemilan yang sehat seperti buah-buahan, sayuran atau cemilan buatan rumah baik anak yang pertumbuhannya masif termasuk juga untuk anak disabililitas,” kata Regita kembali.
Perhatikan tekstur dan ukuran cemilan sehat yang diberikan untuk anak disabilitas untuk mencegah anak tersedak.
Dukungan peralatan makan dan minum pada anak disabilitas juga diperlukan, agar memudahkan proses makan dan minum pada anak disabilitas bibir sumbing contohnya.
“Alhamdulillah, hari pertama pelatihan ini diikuti oleh peserta dengan antusias, bahkan tidak satupun yang merasa bosan karena disampaikan dengan diselingi game, praktek administrasi serta kuis berhadiah,”tutup Regita Dwi Nurcahyani.***