
Bandung Side, Kota Bandung – Tren memasuki era tidak lagi menggunakan uang tunai kini sudah membudaya sehingga membentuk cashless society.
Istilah yang menggambarkan kehidupan masyarakat atau sosial yang menggunakan uang elektronik.
Jika Anda pernah menggunakan uang elektronik maka secara tidak sadar teman-teman sudah tergabung atau berkontribusi terhadap kehidupan cashless society.
Tiga faktor utama yang menjadi penggerak atau pemicu munculnya cashless society ialah munculnya uang elektronik berbarengan dengan berkembangnya teknologi dan aplikasi.
Sudah banyak vendor-vendor ataupun aplikasi-aplikasi yang memang dibuat untuk mendukung perkembangan atau menuju ke cashless society.
Faktor yang ketiga itu adalah perilaku masyarakat atau behavior dari sosial itu sendiri.
Doddy Ferdiansyah, dosen teknik Informatika Universitas Pasundan mengatakan, kita melihat ada pergeseran dari sistem pembayaran ataupun sistem transaksi.
Bahkan kalau kita lihat dari sisi lebih luasnya pergeseran dari aktivitas masyarakat, apalagi selama pandemi. Kita ingin belanja tidak harus ke pasar, kita sudah dapat melakukan jual-beli melalui online.
“Masyarakat sudah menggunakan perangkat perangkat digital dan juga aplikasi-aplikasi yang disediakan sudah semakin banyak. Maka yang namanya pasar itu mungkin akan beralih menjadi elektronik pasar,” ujar Doddy Ferdiansyah dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (04/11/2021).
Apa yang menjadi alasan masyarakat ketika menggunakan alat pembayaran non cash. Setiap orang memiliki pendapat atau alasan yang berbeda-beda tetapi secara umum alasan pertama orang atau masyarakat pindah ke pembayaran non tunai, nyaman.
Ketika kita melakukan aktivitas di rumah termasuk transaksi online, tren memasuki era belanja online kemudian pembayaran online kita sudah menemukan kenyamanan.
“Tidak perlu capek-capek keluar, tidak perlu ke ATM. Kemudian efisien, dalam kita membayar melakukan pembayaran online itu tidak perlu lagi datang atau bahkan kita bisa melakukan pembayaran sambil mengerjakan aktivitas utama kita,” jelas Doddy Ferdiansyah.
Alasan yang ketiga adalah kontrol dengan adanya sistem pembayaran non tunai kita bisa mengendalikan pengeluaran uang.
Jika, belanja cash datang ke supermarket bawa uang cash niatnya hanya belanja satu produk, ternyata lebih. Artinya kita tidak dapat mengontrol ketika masuk ke supermarket.
Apalagi jika ada diskon atau promo. Kalau dengan nontunai kita ingin beli barang itu selesai. Kemudian setelah kita dapat nyaman, efisien dan kontrolnya.
Kita akan dapat satu titik alasan terakhir yang paling disukai para pemainnya Indonesia saat mereka mendapatkan kesenangan dalam pembayaran non tunai.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (04/11/2021) juga menghadirkan pembicara, Laura Ajawaila (Psikolog), Andi Astrid Kaulika (Entrepreneur), Arief Zulianto (Dosen Universitas Langlangbuana dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital***