Bandung Side, Kota Bandung – Menjaga jejak digital data dengan sesekali mengecek nama lengkap kita di Google, apa yang akan keluar? Berbagai informasi mengenai diri kita akan muncul ?.
Apapun mengenai kita di ruang digital seperti foto, video, tulisan yang pernah kita posting di media digital.
Entah itu dari Facebook, Twitter dan dari sosial media apapun yang terlihat adalah yang pernah kita tampilkan meskipun itu sudah lampau.
Shanti Kusmiati, Staff Administrasi Rencana Pembangunan Pusat Data dan Sistem Pariwisata Kemenparekraf RI mengatakan, ada cara untuk membatasi privasi dari pencarian kita.
Privasi data, privasi akun dan hal lain terkait pengaturan di ranah online dibutuhkan upaya menjaga jejak digital.
Dari jejak digital mau tidak mau akan membawa kita ke arah sesuatu, ke arah positif maupun ke arah negatif.
“Bagaimana kita bisa diprediksi dibaca dianggap sebagai apa oleh followers kita oleh pertemanan kita di dunia online semua bergantung dengan bagaimana kita membuka diri di internet,” ujar Shanti Kusmiati dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021).
Adanya potensi kejahatan digital dari data posting-an serta privasi yakni phishing.
Phishing menyasar data pribadi di antaranya ada nama, usia, alamat lalu data akun username berserta password-nya. Juga data finansial kartu kredit dan nomor rekening.
Maka, pengguna digital harus hati-hati menjaga data diri. Dari data pribadi, data, akun, data finansial itu bener-bener memang harus aman semuanya.
Ada juga doxing, ini adalah pencemaran nama baik dan brand image.
Bagaimana pelamar kerja itu bisa di-track dari dunia dunia digital, dari social media kita.
“Kalau pun bisa dari interview kita bagus atau CV kita bagus juga pendidikan tapi kalau di dunia online kita dipandang negatif, itu jadi salah satu penilaian yang sangat fatal,” jelas Shanti Kusmiati, Relawan TIK Indonesia ini.
Jadi, bisa jadi semuanya bagus kalau di dunia online, ternyata kita sering membagikan tentang hal-hal yang negatif seperti berkata kasar, membagikan konten provoktif juga hoaks.
Itu bener-bener yang sangat apa yang fatal.
Sebetulnya, tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan media digital karena justru jika kita paham akan keamanan digital malah media digital ini sangat membantu.
Sebaliknya media digital akan menjadi neraka bagi kita jika kita tidak bijak menggunakannya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Aristyo Hadikusuma (Director of Otomasi Inovasi Indonesia), Indira Wibowo (Public Speaker), Erri Ginandjar (GA Radio Oz Bali), dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***