Kesiapan Masyarakat Digital Menghadapi Transformasi

kesiapan masyarakat

Bandung Side, Kabupaten Bandung – Kesiapan masyarakat digital untuk menjadi yang berbudaya Indonesia saat menghadapi transformasi digital apakah sudah sesuai Pancasila ?.

Budaya Indonesia itu yakni budaya yang berdasarkan atas Pancasila seperti, Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan Sosial.

Apa hubungannya Pancasila dengan digital, kini era digital semua menggunakan perangkat digital dan masuk dalam dunia digital.

Kita dapat berinteraksi dengan seluruh manusia di dunia tapi ketika kita berhadapan dengan kesiapan masyarakat digital sekitar kita dan membawa nama Indonesia kita harus tetap menjalani budaya Indonesia yakni Pancasila.

Virgina Aurelia Founder divetolive.id mengatakan di ruang digital ketika kita mengajak interaksi artinya bukan hanya dalam layar gawai, tapi kita mengajak manusia untuk berinteraksi.

Saling menghargai dan menghormati sudah menjadi sebuah budaya masyarakat Indonesia jadi sudah seharusnya semua yang dilakukan harus sesuai dengan lima sila dalam Pancasila

“Di Indonesia bebas memilih agama sesuai dengan kepercayaan dan juga harus saling menghormati antarsesama pemeluk agama,” kata Virgina Aurelia.

“Lalu nilai kemanusiaan warga negara Indonesia itu memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai manusia tidak ada yang berhak untuk istimewakan,” ujar Virgina Aurelia saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (20/9/2021) pagi.

Beraneka ragam kebudayaan di Indonesia membuat Indonesia sudah terkenal dengan persatuannya.

Sehingga, seharusnya mengenai SARA itu tidak harus menjadi sebuah hal yang buruk karena sebenarnya kita terdiri dari suku, agama, ras dan antargolongan yang beragam tapi kita berhasil bersatu.

Selanjutnya sesuai dengan sila ke-4 yaitu musyawarah dengan adanya digitalisasi sering masyarakat Indonesia melupakan cara bermusyawarah yang baik, selalu ingin didengar tapi jarang untuk mendengarkan pendapat orang lain.

Pendapat orang lain itu sangat wajar dan sesuai dengan sila kelima yaitu keadilan sosial kita berbeda-beda tapi tetap satu atau yang disebut juga dengan Bhinneka Tunggal Ika.

Jadi berbudaya digital masyarakat berbudaya itu memiliki pikiran dan akal yang sudah maju terhadap budaya Indonesia dan masyarakat digital mempunyai pikiran dan akal yang sudah maju terhadap perkembangan teknologi.

“Jadi keduanya ini harus kita satukan tidak hanya teknologi saja tapi budayanya juga kita lupakan,” jelas Virgina Aurelia.

Tidak dapat dipungkiri jika kemajuan teknologi masa kini berkembang sangat pesat di era revolusi industi 4.0 terjadi banyak perubahan-perubahan teknologi digital di berbagai bidang kehidupan manusia.

Baik di sektor ekonomi bisnis perbankan infrastruktur maupun komunikasi sebagai dampak yang muncul profesi-profesi baru dan hilangnya beberapa profesi lama

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (20/9/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara Dicky Reynaldi (Kreator Nongkrong Siberkreasi), Aat Indrawati (Psikolog), Ridwan Rustandi (Relawan TIK Kab Bandung), dan Tresia Wulandari sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan literasi digital ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

Tinggalkan Balasan