Curhat di Media Sosial Perhatikan Kontennya

curhat di media sosial

Bandung Side, Kabupaten Cianjur – Curhat di media sosial zaman sekarang di era digital semakin meluas terekam jejak digitalnya, nampak kehidupan seseorang semakin transparan dengan adanya transformasi digital.

Kita dapat mengetahui suasana hari seseorang hari ini hanya dengan memantau akun media sosialnya.

Media sosial memang kerap digunakan warga digital untuk mencurahkan segala isi hati, berkeluh kesah, meluapkan emosi, kekecewaan, kemarahan. Itu merupakan hak asasi para warganet, namun jangan sampai segala curhat di media sosial menjadi kasus penghinaan atau mencemarkan nama baik.

“Apapun yang sudah kita ungkapkan di media sosial akan abadi,” kata Rabindra Soewardana, Director Radio Oz Bali.

Jangan sampai kita kelewat emosi dan tidak sadar lalu menjelek-jelekan seseorang dan sudah ada yang menangkap layar itu sudah menjadi bukti yang tidak bisa dihilangkan.

“Sekalipun kita sudah menghapusnya dari media sosial kita,” ujar Rabindra Soewardana yang juga penggiat media sosial pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Kamis (9/9/2021).

Rabindra Soewardana pun berpesan ketika kita secara psikis sedang terguncang, emosi tidak terkalahkan lebih baik menjauhi perangkat digital. Menenangkan diri dengan cara apapun termasuk bercerita dengan orang terdekat ketimbang di media sosial.

Secara citra diri jika kita terlalu sering mengumbar masalah yang tengah dihadapi tanpa ada solusi atau inspirasi yang dapat diambil, hanya sekadar berkeluh kesah. Akan membuat persepsi orang lain berbeda terhadap Anda.

Sebab konten yang kita produksi merupakan cerminan diri kita, dan feedback yang dihasilkan pun tidak menyenangkan. Membuat orang lain ikut sedih atau justru menebar ketakutan apabila yang kita ceritakan itu sebuah kabar mengejutkan.

“Apabila suatu konten bersifat lucu, kita akan melihatnya tertawa atau paling tidak akan tersenyum. Jika konten berisi inspiratif positif maka akan timbul semangat baru yang akan menggerakan kita untuk bangkit,” kata Rabindra Soewardana.

Namun jika sebaliknya postingan dengan kata kata kasar dan provokatif berbau SARA kita akan menjadi cemas, emosi bahkan stres.

Ini sebenarnya sinyal dari tubuh kita yang mengatakan, kita harus stop membuka media sosial tersebut,” jelas Rabindra Soewardana.

Dalam bermedia sosial penting juga memperhatikan orang-orang yang mengikuti akun kita. Jangan sampai membawa dampak negatif untuk mereka. Maka dari itu, posting hal baik yang terjadi dalam hidup kita, simpan saja kesedihan mari bagi kebahagiaan.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat Kamis (9/9/2021) juga menghadirkan pembicara Chairi Ibrahim (Konsultan Marketing Digital), Frida Kusumastuti (Japelidi), Mario Dewys (Relawan TIK Indonesia), dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

Tinggalkan Balasan