Adaptasi dan Inovasi Penulis di Era Digital

adaptasi dan inovasi

Bandung Side, Kabupaten Bandung – Adaptasi dan Inovasi sebagai kesiapaan transformasi digital untuk para penulis, sejauh mana penulis dapat mengetahui perubahan perilaku yang terjadi sama seperti yang lain.

Penulis yang dapat bertahan ialah mereka yang mampu beradaptasi. Hal itu yang disampaikan Nissa Rengganis, Dosen Universitas Muhammadiyah Cirebon yang juga seorang penulis sastra.

Kreativitas dan produktivitas itu juga menjadi salah satu kekuatan peluang untuk memanfaatkan dunia digital.

Sastra digital menjadi sebuah yang dilakukan para sastrawan masa kini, sesunguhnya tidak dapat dilepaskan dari munculnya sastra siber pada awal tahun 2000-an. Saat itu di Indonesia hadir komunitas komunitas atau milis di dunia maya.

“Milis penyair merupakan salah satu milis yang merupakan tonggak lahirnya sastra cyber,” kata Nissa Rengganis.

Memang menjadi buah simalakama, kita tahu kita pengguna internet terbanyak di dunia perkembangan dunia digital di Indonesia memiliki dua sisi berlawanan dalam kaitannya dengan pengembangan literasi digital.

“Maka patut diapresiasi program dari KemenKominfo mengenai literasi digital, semakin masif ke daerah daerah, membuat masyarakat mendapat akses untuk mengetahui soal litetrasi digital,” ungkap Nissa Rengganis saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (23/8/2021) siang.

Di satu sisi mudahnya akses informasi memudahkan kita memenuhi kenutuhan dan rasa ingin tahu, di sisi lain dengan tidak memiliki keterlampilan di dunia digital, maka hari ini akan berdampak negatif untuk kehidupan kita.

“Saya meriset kecil-kecilan penulis yang bertahan saat ini adalah mereka yang bisa beradaptasi yang bisa berinovasi di dunia digital,” ujar Nissa.

Perubahan perilaku kreatif dan inovatif itu tidak semua dapat menerima, sastra mengalami transformasi hard print menjadi digital sudah muncul komunitas-komunitas sastra di internet melalui konten laman media sosial.

Mulai dari penerbitan e-book, membuat website, di Instsagram dibuat kutipan-kutipan puisinya dicantumkan di sebuah gambar yang bagus lalu diberi audio visual dan ada visualisasinya, tambah Nissa Rengganis.

Bagaimana para sastrawan itu akhirnya meningkatkan kreativitas secara lebih luas, kita semua sepakat dunia digital itu dunia yang tidak ada batas, tidak ada realitas yang terpisahkan.

Dari sini kita bisa tahu bagaimana masifnya media baru juga membentuk ikatan sosial yang kemudian muncul kelompok baru yang menamai diri mereka citizen journalism.

Fenomena ini juga meningkatkan menempatkan media sosial sebagai garda terdepan dalam komunikasi baru danberperan membentuk opini publik.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (23/8/2021) siang, juga menghadirkan pembicara Oman Komarudin (Ketua Relawan TIK Karawang), Eka Presetyo (Founder Syburst Corporation), Muhammad Miftahun Nadzir (Universitas Muhammadiyah Malang), dan Lady Kjarnett sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan