
Bandung Side, Kabupaten Karawang – Promosi budaya bukan hanya sekadar produk atau jasa, namun sesungguhnya ada satu hal lagi yang yang bisa kita promosikan yang sudah ada, sudah terjadi dan sangat banyak dimiliki Indonesia yaitu kebudayaan.
Kebudayaan milik Indonesia ini sangat mungkin dilakukan agar menjadi sebuah ide pembuatan konten paling tidak kita dapat bercerita atau storytelling mengenai kebudayaan Indonesia.
Kis Uriel seorang Storyteller berbagi bagaimana netizen dapat membungkus budaya adat istiadat kuliner melalui tulisan yang menarik di caption media sosial bisa juga berupa tulisan panjang menceritakan soal sejarah di blog pribadi.
Video di YouTube juga jangan lupa, kita memberikan keindahan visual alam diiringi dengan cerita yang membuat video tersebut menjadi inspiratif promosi budaya.
“Apapun karyanya apapun platformnya kemampuan bercerita adalah pondasi dan memanfaatkan digital untuk melestarikan budaya Indonesia adalah bagian untuk menjaga harga budaya kita sendiri dan positif yang ada di dunia digital,” ujar Kis Uriel yang juga seorang self-development coach ini.
Sebagus-bagusnya konten jika tidak disampaikan dengan baik maka konten tersebut tidak akan menjadi spesial. Sehebat apapun kecakapan fotografi, jika hanya melempar foto-foto saja tanpa menceritakan yang terjadi, tidak akan menjadi konten menarik.
Misalkan saat menjual sebuah produk local. Sebagus apapun produk lokal jika tidak ada sejarah di baliknya tanpa diberikan kata-kata yang pas untuk produk tersebut tidak memiliki emosi yang sampai ke hati para pelanggan.
Begitu juga aspek-aspek lain di ranah digital harus memiliki literasi digital yang baik dan bercerita adalah kemampuan literasi yang paling tinggi.
“Karena dengan bercerita sesungguhnya ialah sebuah kegiatan berbicara, mendengarkan, menulis dan membaca. Keempat hal ini merupakan literasi yang orang zaman sekarang luput untuk dilakukan,” sambung Kis Uriel.
Storytelling atau menceritakan ini dimulai dari kita mencari tahu sebuah sejarah. Misalnya apa sejarah patung Selamat Datang di Tebet.
Itu semua akan akan hancur ketika kita sudah malas mencari tahu dan malas menceritakannya.
Misalnya ingin menceritakan sebuah masakan tidak hanya sekadar bilang “ya enak saja, enak saja pokoknya benar-benar enak.” atau “Ini enak banget loh..”
Hanya sesimpel itu tapi bandingkan jika kita menceritakan, bagaimana bahan makanan itu berasal, ceritakan bumbunya.
“Dipadukan dengan santan berkualitas yang dipilih dari hutan Kalimantan yang dijaga kelestariannya selama 10 tahun”. Kata-kata itu lebih menggugah, seperti sudah terasa bagaimana gurih santannya.
Budaya yang paling mudah untuk diceritakan adalah kuliner Nusantara. Budaya yang termuda, terkuat dan nyaris semua insan di Indonesia ini menyukai makanan tradisional. Jadi ketika diceritakan tentang makanan ini akan jauh lebih menggugah mereka.
Kis memberi tips, coba foto makanan dengan lebih estetik misalnya dari atas. Kita post di Instastory atau platform lainnya bukan hanya tag restorannya saja.
Tetapi luangkan waktu sedikit untuk mendeskripsikan apa makanan yang dimakan rasanya seperti apa lalu pengalaman apa yang teman-teman dapat di situ.
Setelah itu Indonesia masih punya kerajinan tangan atau produk lokal yang ingin diceritakan. Menceritakan batik, setiap motif dari daerah apa saja maknanya yang tersirat, motif tertentu dipakai untuk acara apa saja atau cara membuat batik.
Adat istiadat juga patut untuk diceritakan kalau ini bisa mulai dengan mengambil foto ngerekam karena lebih menarik juga jika visual.
Untuk latar belakang sejarah kita semua bisa Googling. Hari ini informasi sangat melimpah. Kita jangan malas mencari tahu dan malas untuk menceritakan kembali.
“Kita punya akses yang sangat mudah untuk mencari tahu di internet sehingga dapat memanfaatkan itu orang lain pun akan mendapatkan ilmu baru dari postingan kita,” jelas praktisi bisnis pelatihan digital ini.
Kekuatan promosi budaya ditentukan sumber daya manusianya. Lewat cerita dan praktek yang terus-menerus diturunkan atau digabungkan.
Dengan teknologi bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya bangsa ke generasi muda dan orang asing.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (27/7/2021) juga menghadirkan pembicara Dewi Tresnawati (RTIK Indonesia), Leili Kurnia (Politeknik LP3I), Erick Gofar (ICT Watch) dan drg. Arwina Pradini (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.
Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***