Informasi Hoaks yang Sering Ditemui di Masyarakat

informasi hoaks

Bandung Side, Kabupaten Garut – Informasi Hoaks sering ada di tengah arus informasi dan teknologi sehingga siapa pun kini dapat menjadi pembuat berita yang disalurkan melalui media digital.

Ketika semua orang bisa menjadi pembuat berita atau informasi, mereka tidak memiliki kode etik profesi seperti halnya jurnalis.

Maka sangat berpotensi berita yang tidak benar yang memang sengaja dibuat untuk menguntungkan kan seseorang atau kelompok juga menjatuhkan yang lain.

Leili Kurnia Gustini, relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut tindakan itu disebut dengan mal-informasi.

Ada juga dis-informasi yaitu informasi bohong yang disengaja disebarluaskan.

Di dalam masyarakat juga sering terjadi mis-informasi yaitu informasi yang salah namun orang yang menyebarkannya itu tidak tahu bahwa itu adalah informasi yang salah.

Misinformasi dan Disinformasi juga memiliki jenis lain yang terkadang banyak di antara masyarakat yaitu satir atau parodi, emang tidak ada niat untuk merugikan namun berpotensi untuk mengelabui.

Lalu konten yang menyesatkan penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu sama seperti konten palsu yang 100% informasi yang disajikan salah.

Konten salah yaitu ketika judul gambar atau keterangan itu tidak berhubungan serta konten asli. Konten salah lainnya memadupadankan informasi benar dengan salah.

“Sering melihat informasi gambar yang asli di manipulasi untuk menipu diedit dan konten tiruan ketika sebuah sumber ditiru,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021).

Pentingnya literasi digital dan mengikuti berbagai kajian literasi digital membuat seseorang akan paham mana informasi hoaks.

Biasanya, kata-kata yang disajikan sangat sugestif terdengar tidak masuk akal sehingga kerap disertai dengan hasil penelitian palsu.

Tidak muncul di media mainstream hanya beredar melalui pesan singkat atau situs yang tidak jelas.

“Ini dapat memudahkan setiap orang untuk mengecek apakah informasi ini benar atau tidak. Ketika menerima informasi di WhatsApp kita bisa langsung membuka Google dan mencarinya. Apakah media mainstream juga turut memberitakan, kalau tidak ada berarti itu hoaks,” ujar Wakil direktur politeknik LP3I ini.

Dari tulisan atau ketikannya pun mudah diartikan. Informasi hoaks sering disertai dengan penulisan huruf kapital dan tanda seru yang banyak agar terkesan serius dan atau menakutkan menyeramkan.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara, Steve Pattinama (Kreator Konten), Xenia Angelica (LSPR Institute), Citra Rosalyn Anwar (Japelidi) dan Marsha Risdasari sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan