Generasi Z Agen Konten Industri Kreatif

Generasi Z

Bandung Side, Kabupaten Bandung – Generasi Z atau mereka yang lahir tahun 1997-2012 dilabeli sebagai generasi yang minim batasan, mereka mampu memanfaatkan perubahan teknologi dalam berbagai sendi kehidupan mereka.

Pengaruhnya, jika konten itu biasanya berasal dari media massa tapi saat ini situasinya sudah berubah dan generasi z sebagai agennya.

Produsen konten tidak lagi terbatas pada media massa tetapi masyarakat yang tadinya berperan sebagai audiens kini juga dapat aktif generasi z sebagai produsen konten.

Data statistik Q3 di tahun 2020, masyarakat Indonesia rata-rata dalam menggunakan internet itu cukup panjang yaitu selama hampir 9 jam dan media sosial selama 3 jam lebih. T

Tidak bisa dipungkiri penggunaan internet dan sosial media ini sebagai sesuatu yang positif khususnya dalam membuat konten-konten yang menarik positif dan juga bermanfaat. Bahkan didukung oleh pemerintah karena peluangnya sangat tinggi.

Data dari Badan Ekonomi Kreatif yang sekarang sudah bergabung dengan Kementrian Pariwisata, video, fotografi dan film ini dikelompokkan sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif.

Dendy Muris, Dosen dan Kaprodi Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR dalam paparan materi mengenai digital skill di Webinar Literasi Digital Nasional 2021 wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (5/7/2021) menjelaskan, membuat konten menjadi sebuah peluang bagi kita semua bukan hanya sekadar hobi tetapi juga kita dapat menghasilkan keuntungan.

Dalam permulaan membuat konten yang harus diperhatikan ialah konsisten dan produktif, mengetahui tren namun jangan sampai terjebak.

Mengikuti sesuatu yang sedang viral boleh-boleh aja ya karena itu juga sebuah cara yang sebenarnya lebih mudah daripada kita harus mikir tema, tetapi jangan terus-terusan kita terjebak oleh tren.

Jadi kalau bisa kita juga membuat sesuatu yang baru yang memiliki nilai inovasi dan juga kreativitas,” ujar Dendy.

Menjadi hal yang penting juga, kita juga harus memikirkan personal branding agar audiens mengenal kita dengan baik. Mereka dapat mengetahui konten apa yang kita buat itu sesuai tidak dengan persona kita.

Kemudian dapatkan kedekatan dengan audiens dengan apresiasi dari mereka berupa like, follow dan subscribe.

Untuk dapat memaksimalkan itu semua kita harus berinteraksi dengan mereka caranya membuat kuis, polling, giveaway atau hanya sekedar membalas komentar.

Jangan cukup berpuas diri harus ada evaluasi atau istilahnya adalah digital analitik atau data analytics.

Pada media sosial data analytics ini dibutuhkan untuk membantu kita dalam memahami data ya seperti misalkan kita jadi tahu dia ada istilahnya rich impression engagement.

“Jadi dari situ kita tahu, ini ternyata disukai ternyata ini yang tidak mereka sukai. Lalu kita mulai berpikir berikutnya apalagi yang bisa kita tingkatkan,” jelas Dendy.

Jangan lupa, untuk selalu bijak dalam menggunakan media sosial dengan memenuhi etika pedoman dan peraturan kita bisa bersandar pada undang-undang ITE, peraturan masing-masing platform media sosial yang dapat kita lihat diawal saat kita membuat akun.

Dendy mengingatkan, konten yang anak bangsa merupakan masa depan kita maka sudah selayaknya memberi inspirasi.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat menghadirkan pembicara Esa Firmansyah, Direktur Pusat Informasi STMIK Sumedang, Farid Zamroni Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Fikri Andika program director Next Generation Indonesia dan Ilyana Salsabila sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan