Ambil Peran Bantu Korban Pelecehan dan Perundungan

Ambil Peran Bantu Korban Pelecehan dan Perundungan Seksual

Bandung Side, Kabupaten Subang – Ambil peran tidak menjadi penyebar konten pelecehan seksual yang berdampak negatif pada korban seperti trauma da rasa takut karena ancaman.

Akhir-akhir ini banyak pemberitaan seputar perempuan yang dilihat dari sisi keindahan tubuh dan kecantikan namun dikemas ke arah menggoda atau disebut dengan seksisme.

Belum lagi konten-konten yang mengarah pada pelecehan seksual. Lantas bagaimana peranan kita sebagai warga digital melihat konten-konten seperti itu yang berkeliaran di hadapan kita?

Ria Aryanie, praktisi Humas & Komunikasi menyarankan, untuk stop di kita jika menerima berita informasi mengenai seksisme atau mengarah kepada pelecehan perempuan.

Ambil peran jangan sebar dan langsung hapus konten tersebut. Ketika kita menerima konten apapun, baik itu cerita mengenai preferensi seksualnya seseorang lalu gosip mengenai si A berpacaran dengan siapa atau mungkin sebuah video porno atau semi porno yang sekarang beredar di masyarakat.

Stop!! Lebih baik stop, hapus segera dari perangkat kita, atau bila itu di media sosial jangan kita tonton lagi dan jangan pernah kita ikut menyebarkan. Milikilah empati dari efek negatifnya.

Bagaimana perasaan dia kalau tahu media di Indonesia memberitakan seperti itu. Dia mungkin akan merasa malu dan merasa dilecehkan. Bagaimana kalau kejadian itu terjadi pada diri kita atau pada lingkungan terdekat kita.

“Harap diingat juga bahwa kita sekarang memiliki UU ITE dan Polisi Siber,” ungkap Ria Aryanie ketika menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021).

Peran yang dapat kita lakukan ialah bantu korban perundungan dan lawan pelecehan atau perundungan seksual. Karena korban bisa jadi memiliki rasa takut karena diancam atau malu tidak mau dihakimi publik.

Sehingga mereka enggan untuk melapor. Di sinilah tugas kita untuk membantu korban. Maka dari itu jaga diri kita dari segala macam kejahatan seksual yang mengarah pada pelecehan dan perundungan seksual

“Milikilah kehidupan digital yang sehat, komitmen bahwa kita harus memiliki hubungan yang sehat. Berani bilang tidak terhadap sesuatu yang kita tidak suka. Kita juga harus bisa menganalisa bagaimana hubungan pertemanan juga asmara,” kata Aryanie.

“Apakah hubungan tersebut sudah mengarah kepada toxic relationship? Hubungan yang merugikan ketika itu sudah mengarah pada toxic relationship berani bilang tidak!!,” ucap Aryanie semangat.

Jaga diri kita, ingat budaya digital adalah masyarakat Indonesia yang berbudaya yang memiliki adat istiadat berbudi luhur.

Dampingi saat anak bermedia sosial, cek gawai anak keponakan atau siapapun anak-anak di sekeliling kita. Karena perundungan anak itu sudah sampai ke media sosial.

Walaupun sekarang juga ada fasilitas-fasilitas yang diberikan di perangkat lunak seperti di Google atau di YouTube untuk melindungi gawai anak kita dari konten tidak benar.

Jaga kerahasiaan privasi, kata sandi, data pribadi, sandi gawai dan lainnya. Jangan lupa atur ke pengaturan awal pabrik gawai kita ketika ingin menjual karena pasti akan banyak file-file yang tersisa yang dapat disalahgunakan

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi.

Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (30/7/2021) juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (RTIK Bali), Komang Triwerthi (Dosen STMIk Primakara), Matahari Timoer (ICT Watch) dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital.

Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.***

Tinggalkan Balasan