Bandung Side, 2017 – Tubagus Fiki Chikara Satari kembali menyatakan komitmennya untuk mendedikasikan segenap
energi, tenaga, dan waktunya untuk Kota Bandung, dengan mengikhtiarkan, mencalonkan diri menjadi Wali Kota
Bandung.
Hal ini bukanlah untuk pertama kalinya, sebab di tahun 2008 lalu Fiki (panggilan akrab) pernah mengikuti proses suatu insiasi
kelompok masyarakat untuk menjadi wali kota melalui jalur independen, Kali ini, Fiki mengajukan diri dengan mendaftar
ke Konvensi Partai Demokrat (Kamis, 6/7/2017).
Fiki Satari, yang lahir di Bandung pada tanggal 3 Februari 1976, adalah anak kedua dari pasangan Dr.Ir. H. Tubagus
Lily Satari, M.Sc., seorang pensiunan TNI-AU, PT Dirgantara Indonesia dan saat ini masih aktif menjadi dosen di Universitas Pasundan dan Dra. Hj. Endah S. Satari, seorang dosen sastra Jepang di beberapa kampus di Kota Bandung. Sejak lahir, Fiki menempuh pendidikan di Kota Bandung. Setelah lulus dari SMAN 2 pada tahun 1994, ia mengambil gelar Sarjana Ekonomi di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, kemudian
melanjutkan ke jenjang Magister Manajemen di kampus yang sama.
Selama ini Fiki aktif berkegiatan dan berorganisasi di kalangan komunitas dan masyarakat, terutama dalam hal yang terkait dengan minat dan kapasitasnya, seperti wirausaha dan industri kreatif. Sebagai pendiri dan pemilik AirplaneSystm, salah satu brand clothing & apparel yang menjadi pelopor distro di Bandung, Fiki juga menginisiasi terbentuknya KICK (Kreative Independent Clothing Kommunity) yang terdiri dari berbagai brand distro di Bandung, yang diketuainya antara tahun 2006-2009.
Kecintaannya pada dunia musik telah memotivasinya untuk mendalami bidang audio engineering & bisnis musik di Studio 21, Jakarta, pada tahun 1999-2000, serta mendirikan M4AI Records, sebuah perusahaan rekaman independen di tahun 2002. Pengalaman dan kesungguhannya untuk berkontribusi dalam bidang bisnis dan wirausaha selama ini telah membawanya menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Kota
Bandung (2017-2019).
Ilmu dan pengalamannya terkait bidang ekonomi, manajemen, bisnis, dan wirausaha, disalurkannya melalui perannya sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAD, serta sebagai mentor di program Creative & Cultural Entrepreneurship (CCE), MBA ITB.
Pada tahun 2008, bersama dengan lebih dari 40 individu dan komunitas kreatif dari berbagai bidang di Bandung, Fiki
turut mendirikan Bandung Creative City Forum (BCCF), di mana pada periode kepengurusan pertamanya (2008-2012) ia menjabat sebagai wakil ketua sekaligus direktur program, yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya seluruh program dan kegiatan BCCF, mulai dari kolaborasi dengan para pihak pemangku kepentingan kota, sampai dengan berjejaring dengan berbagai organisasi hingga tingkat internasional. Di periode kedua (2013-2017), Fiki dipercaya untuk mengampu sebagai Ketua BCCF, yang membawa organisasi ini untuk terus aktif berkontribusi bagi pembangunan dan
reputasi Kota Bandung sebagai Kota Kreatif.
Sebagai ketua tim manajemen dossier Bandung untuk UNESCO Creative Cities Network (UCCN) sejak tahun 2012, Fiki pun telah berhasil membawa Bandung secara resmi menjadi anggota
UCCN sebagai UNESCO City of Design pada tahun 2015. Dalam Kelompok Kerja Ekonomi Kreatif Rumah Transisi Jokowi-JK (2014), Fiki juga telah berperan penting dalam menyusun lembar kerja & konsep ekonomi kreatif bagi pemerintah pusat.
Kiprahnya dalam bidang sosial tampak dalam kegiatannya sebagai Ketua Karang Taruna Kota Bandung (2014-2019), dengan upaya menghilangkan stigma Karang Taruna, sekaligus secara optimal memberdayakan organisasi kepemudaan ini, melalui rebranding Karang Taruna “Cita Rasa Baru” dan berbagai program progresif yang telah mulai dirintis sejak awal masa kepemimpinannya. Semangat Fiki untuk terus berbagi dalam segala hal tercermin dari
kegiatannya sebagai penyiar di Radio PRfm dalam acara bincang santai bertajuk Muda Bandung dan Gagas Muda, yang mengangkat semangat dan inisiatif komunitas dan warga Kota Bandung.
Dalam hal kreativitas, komunitas/ kota kreatif, dan potensi kreatif sebagai penggerak roda ekonomi, lingkup jejaring Fiki telah meluas. Di tingkat nasional, bersama dengan BCCF dan rekan-rekan komunitas di beberapa kota dan kabupaten di Indonesia dengan semangat yang sama, Fiki menginisiasi terbentuknya Indonesia Creative Cities Network (ICCN) pada tahun 2015, kemudian menjadi tim formatur dan pengarah dalam organisasi tersebut. Di tingkat regional, melalui BCCF sebagai perwakilan Bandung, mendirikan SouthEast Asian Creative Cities Network (SEACCN), bersama dengan second cities lain di Asia Tenggara, yaitu Penang, Chiang Mai, dan Cebu; dengan program-program seperti
workshop, konferensi, pameran bersama, dsb., terutama dalam bidang industri kreatif.
Di tingkat internasional, Fiki membawa BCCF untuk masuk dalam jejaring City Builders, yang memberikan kesempatan bagi Bandung untuk tampil di sesi City Changer di World Urban Forum di Medellin, Kolombia (2014), sebagai satu-satunya perwakilan dari
Indonesia. Pengalamannya sebagai pembicara atau narasumber di berbagai forum internasional menambahkan referensinya terhadap hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan komunitas, pembangunan kota dan infrastruktur dari berbagai sisi, eksperimen dan inovasi sosial, kreativitas sebagai penggerak roda ekonomi, dan sebagainya.
“Saya yakin bahwa dengan segala potensi yang dimiliki, di masa mendatang Kota Bandung akan mampu mencapai ke titik terbaik, melalui kata-kata kunci pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, aktivasi ekonomi kerakyatan dengan kreativitas, dan pemberdayaan untuk mendorong kesejahteraan, dengan menjunjung tinggi kearifan lokal melalui seni budaya dan inovasi sosial warganya,” ungkap Fiki.
Kolaborasi aktif dengan empati dari seluruh stakeholder kota adalah masa depan Bandung, lanjut Fiki, banyak inisiatif Pemkot yang sudah berjalan dengan sangat baik saat ini. Namun tentunya solusi yang hadir akan dapat lebih bervariasi lagi, apabila hal tersebut dilanjutkan dengan orkestrasi yang tepat dari seluruh energi positif warganya.
“Melalui Konvensi Partai Demokrat ini, terdapat ruang untuk
menguji sekaligus berbagi ide dan gagasan, yang seharusnya dapat diterapkan secara jitu pada skala Kota Bandung untuk memperoleh solusi dan dampak positif yang lebih luas, dan dapat menjangkau seluruh kalangan warga Bandung,”pungkas Fiki.***