
Bandung Side, Setiabudi – Phase Out Program BISA (Better Investment for Stunting Alleviation) di lingkungan Pendidikan Kabupaten Bandung Barat pada tahapan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan segera diserahkan kepada pemerintah daerah.
Guna mendukung keberlajutan Program BISA yang merupakan paket intervensi terpadu untuk mendukung program Pemerintah Indonesia melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitive terkait penurunan Stunting 2018-2024 digelar workshop yang bertempat di Gumilang Regency Hotel, jl Dr. Setiabudi, Kota Bandung, Kamis, 30 Mei 2024.
Workshop Phase Out Program BISA yang diikuti oleh Fasilitator Kabupaten Bandung Barat, Fasilitator Kabupaten, Fasilitator SD dan SMP, Pengawas Sekolah SD dan SMP, Kepala Sekolah SD dan SMP, Dinas Kesehatan Kab. Bandung Barat, Dinas Pendidikan Kab. Bandung Barat, Bappelitbangda dengan jumlah peserta 125 orang.
Kegiatan Phase Out Program BISA dibuka oleh H. Rusdiana MP, MD, MAP. Sekertaris Dinas Pedidikan Kabupaten Bandung Barat, mengatakan bahwa angka stunting di kabupaten bandung barat di 2022 masih di 27% dan di 2023 3% masih 24% yang merupakan tugas berat kita Bersama hingga angka Stunting sampai NOL.
“Salah satu cara menurunkan angka stunting yaitu dengan cuci tangan pakai sabun (*CTPS) yang dapat menciptakan karakter siswa-siswi, cara hidupnya sehat dan bersih,” ujar Rusdiana.
CTPS kadang sering dianggap sepele, padahal hal tersebutdadalah hal yang sangat penting dan mempunyai efek besar, tambah Rusdiana.

“Sebenernya banyak kegiatan kita dilingkungan Pendidikan,bila kebijakannya bisa disinergikan dengan CTPS ini, seperti ekstrakulikuler, PMR, Pramuka sehingga bisa dimasukan juga dalam program karakter ini,” kata Rusdiana.
Saat Martinse Konstantina Nobu Boise sebagai Senior Program Manager BISA Project memberikan kata sambutan, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Kepala Dinas Kesehatan, perwakilan SD dan SMP, Kepala Sekolah SD dan SMP dan Para Fasilitator Kabupaten, para pengawas, dan Kepala BAPEDA Bandung Barat yang telah memperkenalkan inovasi yang lebih baik bagi penurunan stunting dari Program BISA dari Save The Children Indonesia.
“Save The Children pada Program BISA fokus pada dukungan teknis untuk peningkatan PMBA kemudian makanan bagi bayi dan anak, menjaga perilaku hidup bersih secara khusus untuk cuci tangan pakai sabun,” ujar Martinse Konstantina Nobu Boise.
Program BISA ini bisa masuk kedalam kegiatan dilevel sekolah dan sudah masuk kedalam kegiatan rutin disekolah, baik itu kegiatan di apel pagi atau bagaimana supaya praktik – praktik baik yang kami perkenalkan ini bisa dimasukkan kedalam ranah kebijakan.
“Yang menjadi harapan kami di akhir program ini adalah agar surat edaran praktik baik program BISA dapat masuk kedalam kegiatan rutin sekolah,” ungkap Martinse Konstantina Nobu Boise.

Menurut Popi Sundari, District Coordinator BISA bahwa Phase Out Program BISA di lingkungan Pendidikan Kab. Bandung Barat secara simbolis akan diserahkan kepada Pemda. Kab. Bandung Barat dalam hal ini adalah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Sumedang yakni Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan.
“Program BISA dijalankan melalui kerjasama Save the Children dan Nutrition International dalam periode 2019-2024 dengan cakupan wilayah intervensi di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat,” ujar Popi Sundari.
Dalam perjalanannya, Program BISA telah menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Kapasitas Modul CTPS dan Gizi Remaja di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang 2021 -2023.
Capaian pelatihan fasilitator secara bertahap di Kabupaten Bandung Barat telah memiliki 16 Fasilitator Kabupaten, 1.874 Fasilitator Sekolah, 955 SD,SMP/MTs, SMA yang melaksanakan Gebyar CTPS dan Gizi Remaja.
Pada level layanan kesehatan, Program BISA bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan TTD Ibu Hamil dan Remaja Putri di sekolah sebagai investasi jangka panjang dalam program kesehatan dan nutrisi serta Vitamin A, Oralit dan Zinc di Puskesmas dan kualitas layanan konseling gizi oleh petugas Puskesmas.
Capaian level Kesehatan telah mencetak 19 Fasilitator dari tenaga kesehatan, 445 fasilitator Desa dan mencetak Fasilitator Emo Demo pada 222 Posyandu.
Sedangkan untuk Kabupaten Sumedang, lanjut Popi Sundari, telah memiliki 21 Fasilitator Kabupaten, 1.488 Fasilitator Sekolah, 613 SD,SMP/MTs, SMA yang melaksanakan Gebyar CTPS dan Gizi Remaja serta 526.647 siswa yang mengikuti Gebyar CTPS dan Gizi Remaja di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang.
Pada capaian level Kesehatan telah memiliki 15 Fasilitator dari tenaga Kesehatan, 137 Fasilitator Desa dan memiliki Fasilitator Emo Demo pada 98 Posyandu.
“Adapun tujuan dari Workshop Phase Out Program BISA ini diantaranya meyepakati bersama kegiatan yang menjadi kunci untuk intervensi penurunan stunting lewat kegiatan perubahan perilaku yang telah disampaikan melalui 21 modul,” jelas Poppi.
Selanjutnya, tambah Popi Sundari, menyepakati Rencana Tindak Lanjut kegiatan terkait kebijakan dan penganggaran Gebyar CTPS dan TTD Remaja Putri di sekolah untuk intervensi penurunan stunting
Kemudian, upaya tidak lanjut atau berkelanjutannya diserahkan secara simbolis rangkaian kegiatan Program BISA di Kabupaten Sumedang yang akan dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang melalui OPD.
“Semoga dengan tersedianya Rencana Tindak Lanjut kegiatan terkait kebijakan dan penganggaran Gebyar CTPS dan TTD Remaja Putri di sekolah lngkungan Kemenag untuk intervensi penurunan stunting dapat terealisasi,” pungkas Popi Sundari.
Dr. Wika Karina Damayanti, S,Pd., SH., M.Pd., Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMP,Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat menyampaikan hasil capaian Program BISA dilapangan untuk melanjutkan kegiatan CTPS.
“Kegiatan CTPS dan TTD sudah menjadi kebisaan yang positif dan mudah-mudahan generasi di 20 atau 50 tahun yang akan datang dapat melahirkan generasi yang betul-betul sehat,” ujar Wika Karina Damayanti.
Tahun Lalu kami telah mengeluarkan surat edaran terkait CTPS dan tahun ini insya Allah kami akan mengupgrade surat edaran itu dan di share juga ke seluruh sekolah baik itu jenjang SD dan SMP dan SMA dengan beberapa tambahan, tahun lalu hanya CTPS saja untuk tahun ini akan ditambah beberapa seperti TTD dan integrasi program yang ada, seperti sekolah sehat dan lainnya, tambah Wika Karina Damayanti.
“Saya harapkan bapak ibu membuat tim fasilitator untuk disekolah masing-masing, dan kami harapkan juga selain adanya tim fasilitator sekolah, ada juga penunjukan salah satu siswanya sebagai duta PHBS atau CTPS atau TTD,” ujar Wika Karina.
“Nanti akan kami beri surat edaran Kembali diawal tahun ajaran baru terkait beberapa program yang harus dilaksanakan dan mudah-mudahan bisa diimplementasikan kebiasaan baik ini,”pungkas Wika Karina Damayanti.***