
Bandung Side, Jl. Sumatera – Permainan interaktif EMO DEMO mudah diterima baik oleh Kader Posyandu maupun keluarga sasaran muluskan pesan kunci yang sederhana untuk perubahan perilaku.
Tambahan Sembilan Modul Baru EMO DEMO yang digelar pelatihannya pada Tanggal 26 – 28 Maret 2024 di Hotel Santika jl. Sumatera, Kota Bandung diikuti oleh Tenaga Kesehatan dan Staf Dinas terkait di di wilayah dampingan Program BISA sebagai Fasilitator/ Trainer dari Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat.
Pelatihan EMO DEMO dengan Modul Baru pada Fasilitator Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat tersebut didukung oleh Pelatih yang berasal dari Asosiasi Fasilitator Emo Demo (ASFED) diantaranya, Annas Buanasita; Anjar Susilowati; Rina Widyawati; Nur Mufida Wulan Sari; Achmad Dzulkifli dan Rois Alfarisi.
Pelatihan EMO DEMO kepada fasilitator kabupaten dengan menggunakan metode pengajaran permainan interaktif bertahap, yakni Pemaparan materi, Demontrasi menggunakan alat peraga dan yel-yel, Diskusi kelas besar, Praktik oleh peserta yang dibagi menjadi 4 kelompok diskusi kelas kecil.
Peserta pelatihan EMO DEMO dengan Modul Baru tersebut sangat antusias mengikuti, sebelumnya mereka sudah pernah mengikuti pada saat pelatihan 12 Modul EMO DEMO dan saat ini diberi 9 Modul Baru.
Sembilan Modul EMO DEMO tersebut diantaranya dengan materi; 14. Kolostrum untuk Bayiku, 15. Makanan Utama Sebelum Cemilan, 16. Produksi ASI, 17. Cukup ASI Sampai 6 Bulan Pertama, 18. Rawat Perutku, 21. Hemat Dengan ASI, 22. Tekstur MPASI, 23. Posisi Menyusui dan Pelekatan dan 24. Kalsium Selama Kehamilan.

Problematika Menyusui
“Dari ke 9 Modul Baru EMO DEMO keseluruhan materi menitik beratkan pada pemberian ASI eksklusif pada 1.000 HPK bayi,” ujar Nur Mufida Wulan Sari, salah seorang Pelatih Fasilitator dari ASFED.
Menyusui bayi bukan hanya masalah MAU atau Tidak, juga bukan masalah BISA atau Tidak, lanjut Mufida, kalau perkara MAU semuanya ibu dipastikan mau menyusui bayinya dan pengen, begitu juga dengan BISA dipastikan juga semua ibu juga bisa menyusui. Tapi apakah seorang ibu “mampu atau tidak mengelola menyusui” tersebut untuk BISA dan MAU menyusui bayinya.
Pada kondisi tertentu, ibu pekerja, ibu rumah tangga pun tingkat stress nya juga berbeda, tingkat pekerjaan yang dialami juga berbeda, perasaannya juga berbeda, lingkungannya juga berbeda, maka dari itu ibu juga butuh konseling untuk bisa mengelola menyusui.
“Pendekatan EMO DEMO ini menyampaikan pesan yang singkat dan padat yang nantinya saat ibu sudah paham dan yakin betul bahwa ternyata anakku hanya butuh ASI aja. Selanjutnya ibu akan mencari dan mengakses konselor-konselor menyusui yang nanti diarahkan kepada Petugas Kesehatan,” jelas Mufida.
Masyarakat setelah paham dan yakin akan pesan kunci yang disampaikan akan mudah mengakses konselor menyusui atau konselor MPASI. Pada banyak hal masyarakat merasa tidak butuh dengan konselor tersebut sehingga mencari jawaban sendiri yang lebih mudah dengan cara memberikan Susu Formula, susu kental manis atau Cemilan yang sembarangan tanpa mempertimbangkan kemampuan perut bayi mengelola makanan kasar.

Modul baru yang disosialisasikan pada Pelatihan EMO DEMO, tergantung dari masyarakat tersebut dengan apa yang mudah digunakan. Tapi untuk teknik permainannya adalah sama, karena kita membandingkan antara peralatan atau bahan yang sederhana dengan praktek yang sebenarnya, contohnya bayi dengan usia 3 bulan belum siap untuk menerima asupan makanan selain ASI.
Jadi Ada penekanan SELAIN ASI, harapannya perubahan perilaku di masyarakat CUKUP ASI SAJA untuk bayi berusia 3 bulan tersebut tanpa diberi tambahan lainnya, seperti susu formula, makanan pokok yang teksturnya tidak bisa diserap oleh pencernakan bayi.
Sebagai alternatif saat EMO DEMO yang dicontohkan adalah Pisang, hal tersebut dipastikan di daerah lain tidak akan sama jenis makanan yang diberikan selain pisang, misalnya di Maluku ada Sagu boleh juga digunakan, namun harus dengan terlebih dahulu dikelola sehingga mendapatkan tekstur Sagu yang sesuai.
Sehingga, hak paten pada EMO DEMO ada pada Teknik penyampaian pesan, bila digunakan peralatan atau bahan untuk permainan berbeda atau pesan yang disampaikan dengan menggunakn bahasa lain-didaerah lain, seperti Bahasa Madura di Kabupaten Madura bisa saja, karena teknik EMO DEMO tidak berubah.
EMO DEMO , Penganggaran, Kendala Alat dan Bahan dan Pola Komunikasi
Octavia Mariance, Social Behavior Change Communication Specialist dari tim BISA Nasional mengatakan bahwa Pelatihan Fasilitator pada modul baru EMO DEMO fokus menyasar empat perilaku kunci yang harus dirubah untuk menurunkan angka Stunting.
Empat perilaku kunci penurunan stunting yaitu ASI Eksklusif, MP-ASI, Makanan Sumber Zat Besi bagi ibu hamil serta Cuci Tangan Pakai Sabun diperkuat oleh Modul Baru untuk memperjelas kembali perilaku sederhana yang sebenarnya kalau dilakukan dengan benar oleh ibu hamil, ibu baduta harapannya anak-anak tidak mengalami kekurangan gizi yang berkepanjangan akan menjadi Stunting.

Modul Baru Emo Demo merupakan jawaban tantangan dari 12 modul sebelumnya karena waktu itu banyak yang menyatakan sering kali terkendala dengan alat dan bahan praktek dan saat ini alat dan bahannya sangat sederhana dan mudah didapat di setiap daerah.
Dalam pelatihan fasilitator EMO DEMO juga banyak mendiskusikan kalau seandainya bahan atau alat ini tidak ada bisa diganti dengan benda yang lain sebagai subtitusi untuk memudahkan kader Posyandu untuk bisa melakukan praktek atau untuk tenaga kesehatan dapat menganggarkan benda subtitusi tersebut dalam persiapan.
“Bukan hanya untuk pelatihan permainan interaktif aja dalam menyiapkan anggaran bahan dan alat tapi juga materi atau job ed-nya tiap pelaksanaan sesi harus bisa menyesuaikan,” ujar Octavia Mariance.
Mengenai penganggaran alat dan bahan, lanjut Mariance, sebenarnya banyak sekali pertemuan lintas sektor antar bidang atau seksi, kalau di puskesmas mempunyai mini lokakarya yang bisa digunakan untuk moment sharing pengetahuan yang sudah didapat pelatihan EMO DEMO pada sejawat yang tidak bisa ikut.
Dorongan dan harapannya kearah sana yakni sharing, sehingga dengan keterbatasan anggaran pelatihan atau praktek berasal dari mana anggarannya yang selalu menjadi pertanyaan.
“Dengan transformasi layanan kesehatan sehingga nanti ada integrasi layanan primer sehingga nanti Posyandu tidak hanya melayani per-kategori usia tapi sudah mengarah ke siklus hidup, mulai dari ibu hamil sampai ke lansia dilayani oleh Posyandu,” papar Mariance.
Kemudian, kader Posyandu akan disetarakan keterampilannya dengan 25 keterampilan dasar Posyandu, harapannya dengan adanya hal tersebut disertai dengan peningkatan insentif yang sesuai dengan beban kerjanya Kader Posyandu.

Memang saat ini beban kerja Kader Posyandu masih fokus pada layanan pengumpulan data, namun mereka bisa menjadi ujung tombak, contohnya untuk menjangkau, mengenali ibu hamil yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan, kader bisa lebih dapat menangkap apa yang terjadi untuk bisa mendampingi dan mendukung ibu hamil tersebut.
Jadi, dengan beban layanan pengumpulan data lapangan yang begitu menyita waktu, ada peran lain yang bisa dilakukan, misalkan mengungkap kasus lebih awal atau komunikasi-komunikasi perubahan perilaku terkait dengan kesehatan, gizi pada ibu hamil dan balita lebih banyak tertinggalnya atau dibelakangkan.
“EMO DEMO adalah sebuah metode, dengan muatan konten apapun bisa dimasukkan, akan tetapi kegiatannya akan berbeda sedikit menyesuaikan dengan materi juga bahan dan alat prakteknya,” kata Mariance.
“Harapan kami, sudah saatnya kita meninggalkan pola-pola komunikasi perubahan perilaku yang satu arah,” ungkap Mariance.
Sering kali sosialisasi dilaksanankan dengan penyuluhan yang pesertanya akan mendapatkan informasi yang sama satu arah dengan terus-menerus tapi ternyata perilakunya tidak berubah.
Sering kali juga Tenaga Kesehatan mengatakan sudah melakukan sosialisasi, komunikasi sudah dilakukan dengan penyuluhan. Moment ini merupakan kesempatan untuk saling mereview apakah metode yang dilakukan untuk menyampaikan pesan dapat efektif atau tidak pada sasaran yang kita harapkan.
Misalkan saat ini yang dihadapi adalah Gen Z, yang lebih suka dengan hal-hal digital tapi untuk generasi yang lebih tua lebih suka dengan dialog, jadi memang tidak ada satu metode komunikasi yang cukup untuk semua hal atau semua isu, maka dari itu pendekatan EMO DEMO merupakan salah satu inovasi cara komunikasi untuk menyampaikan pesan melalui permainan yang melibatkan emosi.

Kehadiran Posyandu yang sudah 30 tahun hadir, masih belum dapat dengan yang diharapkan. Perilaku pemberian ASI Eksklusif pada anak yang baru melahirkan dijaman yang serba praktis malah ditinggalkan dan menjadi beban seorang Ibu.
“Bangladesh pernah belajar Posyandu pada kita, saat ini kita sepertinya perlu belajar pada Bangladesh yang sudah bisa mendorong dan memastikan ibu hamil dan ibu bayi bisa mempraktekkan ASI Eksklusif dengan bai,” ujar Mariance.
Kita sering kali merasa sudah melakukan komunikasi satu arah tapi kita lupa bahwa di Posyandu ada Buku KIA yang bisa digunakan sebagai sumber informasi kepada ibu hamil, jadi cara berkomunikasi tidak hanya dengan Kader Posyandu atau Tenaga Kesehatan memberi arahan lisan saja tapi bisa melalui interaksi dua arah.
Dengan mengubah metode komunikasinya dengan strategi komunikasi dua arah namun efektif, seperti EMO DEMO cara berkomunikasi dengan permainan interaktif untuk menyampaikan pesan yang sederhana.
Budaya Indonesia sangat mendorong pada praktek-praktek baik, misalkan pada budaya makan bersama dirumah yang masakannya benar-benar masakan rumahan, pada prosesnya saat membuat masakan rumahan tersebut bahan-bahan masakan didapatkan dari pasar sehingga kita mempunyai budaya ke pasar untuk belanja bahan lokal. Sayangnya, budaya kita ke pasar untuk membuat masakan rumahan tergerus dengan kepraktisan dan modernisasi.
Contoh lain, menyusui anak adalah budaya yang lazim dan natural ada di Indonesia, tapi dengan modernisasi kita jadinya bergeser dengan adanya produk lain pengganti yang menurut para ibu mungkin membantu bisa lebih praktis tapi banyak hal yang kemudian menjadi korban yaitu kesehatan anaknya sendiri.
Menurut Strategi Nasional dalam menurunkan Stunting, komunikasi adalah salah satu pilar nya yaitu pada pilar ke-2, sehingga kita bisa melihat juga bahwa pola komunikasi lama tidak cukup effektif untuk mengubah perilaku lalu kemudian kita juga melihat bagaimana adanya pendekatan baru.
Harapannya dengan adanya kelas selama tiga hari ini dicampur antar kabupaten bisa mendapatkan pembelajaran dari learningnya sehingga dapat melihat peluang-peluang yang bisa dilakukan terlepas dari kebutuhan anggaran dulu.
“Ilmunya sudah ada pada mereka, dapat bekal jejaring juga, semoga Pelatihan Fasilitator EMO DEMO pada Modul baru ini membawa pencerahan agar dapat melihat kondisi terkininya, meskipun anggaran tidak bisa jatuh di Kesehatan, bisa kemungkinan anggaran jatuh di DPMD atau Dana Desa ataupun juga bisa lewat PKK,” pungkas Octavia Marience.***