
Bandung Side, Cisarua – Menuju generasi emas Save The Children melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA) Modul CTPS dan Gizi Remaja disosialisasikan pada 60 SMP di Kabupaten Bandung Barat, Rabu 16 Juni 2023.
Bertempat di SMPN 1 Jl. Kolonel Masturi No.312, Kertawangi, Kec. Cisarua, Kabupaten Bandung Barat berlangsung sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja diikuti oleh 60 Kepala Sekolah SMP dari Kabupaten Bandung Barat.
“Sasaran dari program BISA guna pencegahan Stunting dan Gizi Remaja di Kabupaten Bandung Barat adalah 60 sekolah yang tersebar di Tujuh Kecamatan,” ujar Popi Sundari, District Coordinator BISA Jabar.
Selain itu, lanjut Popi, hari ini (17 Juni 2023) setiap sekolah diwakili oleh Kepala Sekolah memperkenalkan modul CTPS dan meteri tentang Gizi Remaja dan esok hari (18 Juni 2023) diwakili oleh dua orang guru.
Popi Sundari mengatakan bahwa berkaitan dengan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kabupaten Bandung Barat , melalui studi baseline BISA tersebut, perilaku CTPS pada remaja di waktu penting masih rendah yaitu 18,3%.

Sedangkan melalui data baseline proyek Program BISA pada bulan Februari-Maret 2020 yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat, diketahui tingkat prevalensi anemia remaja putri sekolah yang tinggi yakni 68,3%.
Remaja putri kurang mengkonsumsi makanan kaya zat besi atau makanan yang diperkaya zat yaitu 40,8%. Demikian juga dengan praktek konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) di Kabupaten Bandung Barat, masih rendah yaitu 45%.
Kegiatan sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja kepada Kepala Sekolah dan 2 orang guru setiap sekolah SMP, nantinya dapat menjadi fasilitator di sekolah dengan melatih menggunakan modul CTPS dan Gizi Remaja untuk diimbaskan kepada tujuh orang guru dan lima orang siswa tiap sekolah, yang selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh elemen yang ada di sekolah.
Lebih jauh disampaikan oleh Popi, bahwa sosialisasi perubahan perilaku yang merupakan tindakan kecil yang bisa dilakukan dan berdampak luar biasa dengan perubahan kebiasaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dan memahami tentang gizi untuk remaja dengan konsumsi TTD bagi remaja Putri khusunya yang berusia 13-15 tahun.
“Dengan mendukung pencegahan dan penurunan tingkat stunting akan memperkuat dan meningkatkan kualitas sistem layanan gizi dan Kesehatan, dan mendorong perubahan perilaku melalui peningkatan pengetahuan dan pendampingan tentang gizi dan higienitas, serta pemanfaatan sumberdaya yang lebih efisien,” jelas Popi Sundari.

Selain itu, dengan kegiatan sosialisasi CTPS dan Gizi Remaja ini akan mendapatkan komitmen dan kesepakatan dukungan Kepala Sekolah untuk mengirimkan perwakilan sekolah dalam pelatihan Fasilitator Sekolah dan melaksanakan Gebyar CTPS dan Gizi Remaja di tingkat sekolah kepada siswa/siswi.
“Sehingga, setelah mendapatkan sumber daya manusia yang efisien, secara mandiri dapat meningkatkan partisipasi sekolah dalam mengintegrasikan Modul Gizi Remaja – CTPS dalam mata pelajaran di sekolah,” pungkas Popi Sundari.
Menurut Agus Solihin, SPd., MPd., Kepala Sekolah SMPN 1 Cisarua, Kab. Bandung Barat dengan pelatihan yang menyajikan media Modul CTPS ini memberikan informasi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun yang baik, yang dicontohkan oleh tim fasilitator BISA ada enam gerakan yang nantinya akan disimulasikan kepada anak-anak didik supaya selalu ingat gerakannya.
Setelah disimulasikan, anak-anak yang nantinya memasuki generasi emas akan diberi tantangan cuci tangan pakai sabun selama 21 hari dirumah, dengan maksud agar kebiasaan cuci tangan akan menjadi budaya dalam aktifitas kesehariannya.
“Kebiasaan cuci tangan dalam keseharian seperti habis makan, dari kamar mandi, pulang dari sekolah dan lain-lainnya agar anak tetap terjaga kebersihannya dan terhindar dari kuman maupun bakteri, jelas Agus Solihin.

Di sekolah, rata-rata sudah memiliki fasilitas cuci tangan atau wastafel yang merupakan kelanjutan saat Pandemi Covid-19. Disaat anak-anak sudah aktif bersekolah kebiasaan CTPS akan lebih maksimal, tambah Agus.
Untuk program tambah darah khususnya siswa puteri, sangat bagus sekali karena untuk menghindari siswi kedapatan anemia atau kekuarangan darah, sehingga nantinya akan mengganggu proses belajarnya.
“Pada prakteknya nanti, pemberian suplemen tambah darah akan diminum bareng-bareng agar bisa terkontrol bahwa siswa dengan pasti mengkonsumsinya,” ujar Agus Solihin
“Fasilitator BISA saat menyampaikan Modul CTPS dan Gizi Remaja sangat kreatif dan mudah untuk dipresentasikan kepada anak-anak, sehingga dengan pemahaman yang mudah dapat membuat anak-anak akan lebih sehat dan selalu menjaga kebersihan,” kesan Agus Solihin.
“Merubah perilaku dalam keseharian pada siswa-siswi dengan melakukan CTPS juga disiplin minum suplemen akan memutus mata rantai Covid-19 yang variannya terus bermutasi, menekan angka stunting dan insya Allah Generasi Emas akan didapatkan,” pungkas Agus Solihin.***