
Bandung Side, Cisarua – Mencetak fasilitator di ruang lingkup sekolah salah satu rencana aksi Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang diterjemahkan oleh Save The Children pada Program BISA.
Hal tersebut disampaikan oleh Ira Kartika dari Dinas Kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat, Kabupaten Bandung Barat dalam kegiatan sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja di SMPN 1 Cisarua, Jl. Kolonel Masturi No.312, Kertawangi, Kec. Cisarua, Kab.bandung Barat, Kamis, 17 Juni 2023.
Ira Kartika mengatakan kepada 120 guru dari 60 SMP Kabupaten Bandung Barat bahwa stunting mempunyai pengertian gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun.
“Stunting terindikasi akibat kekurangan gizi dan infeksi berulang yang mengakibatkan gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan,” kata Ira Kartika.
Stunting berdampak pada kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas SDM dan bonus demografi atau mengalami pertambahan jumlah penduduk produktif yang besar, dapat tidak termanfaatkan dengan baik, lanjut Ira Kartika.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan sebanyak 30,8 persen balita mengalami stunting. Walaupun pada tahun 2019 prevalensi stunting menjadi 27,7 persen (SSGB, 2019), angka tersebut masih jauh dari target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024.
“Kasus stunting terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan di seluruh kelompok sosial ekonomi. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional,” ungkap Ira Kartika.
Sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja guna mencetak fasilitator di ruang sekolah yang bisa dilakukan oleh guru kelas/ guru UKS/ guru BP yang memiliki komitmen dan mampu mentransfer ilmu yang sudah didapat.
Sehingga siswa dan siswi disekolah mengerti tentang Gejala Anemia, waktu yang penting untuk Cuci Tangan Pakai Sabun, siswa puteri menerima dan mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) selama 12 bulan.
Pelatihan Fasilitator Sekolah juga diberikan wawasan dalam menggunakan media edukasi seperti video kampanye cuci tangan dengan model Ataliya Praratya; Ketua PKK Provinsi Jawa Barat dan Sonya Fatmala; Ketua PKK Kabupaten Bandung Barat.
Media edukasi juga memanfaatkan Poster menarik sebagai bahan presentasi, Yel-yel Aksi Bergizi, Bernyanyi lagu Anemia Ane Bukan, Diskusi interaktif hingga Kuis Berhadiah.

Seperti yang disampaikan oleh Zainul Mustofa bahwa Pelatihan Fasilitator Sekolah ini menggunakan media edukasi yang nantinya pesan yang disampaikan kepada murid-muris sekolah dapat dengan cepat menangkap dan mengetahui perilaku baru.
“Metode pada Modul CTPS dan Gizi Remaja dibuat seefektif mungkin agar dengan mudah dipahami oleh siswa-siswi yang diselingi dengan permainan yang menyenangkan,” ujar Zainul Mustofa.
Seperti contoh, membuat ilustrasi gambar interaktif tentang 7 waktu penting cuci tangan pakai sabun yakni, sebelum memegang dan menyajikan makanan, setelah dari toilet atau jamban, setelah bermain, setelah menyentuh benda dan hewan peliharaan, setelah bersin atau batuk, setelah beraktifitas diluar rumah, sebelum dan setelah memegang masker.
“visual interaktif dan komunikatif berbentuk gambar tentang 7 waktu penting cuci tangan pakai sabun akan cepat dipahami oleh siswa, sehingga siswa akan selalu mengingatnya,” ujar Zainul Mustofa.
Selain itu, fasilitator sekolah juga diberi pelatihan untuk mengisi formulir pemantauan 21 hari yang akan dilaksanakan oleh sisw di sekolah, tambah Zainul.
Menurut AI Lina Herlina dari SMPN 5 Cipongkor bahwa sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja sangat interaktif dan komunikatif bila disampaikan kepada siswa nantinya sehingga salah satu tujuannya yakni mencetak fasilitator di sekolah.

“Dengan menggunakan media interaktif tentunya anak didik tidak merasa bosan saat mendengarkan presentasi fasilitator baik berkenaan dengan materi Cuci Tangan Pakai Sabun maupun saat praktek gerakan,” ujar Ai Lina.
Sedangkan Modul untuk Gizi Remaja juga sangat bagus, membuat siswi puteri mudah memahami akan kebutuhan akan kesehatan tubuhnya juga perkembangan pertumbuhannya setelah mendapatkan pengetahuannya, tambah Ai Lina.
Pemahaman Gizi Remaja sangat bermanfaat karena menyangkut kesehatan khususnya remaja puteri yang nantinya akan melahirkan generasi penerus bangsa yang harus sehat juga.
Jadi kegiatan sosialisasi Modul CTPS dan Gizi Remaja yang merupakan Program BISA dari Save The Children sangat baik dan perlu dilaksanakan oleh pihak sekolah secara berkelanjutan.
Kegiatan sebelumnya memang dari Puskesmas yaitu pemberian suplemen Tablet Penambah Darah (TTD) yang sudah berjalan.
“Dengan adanya program 21 hari meminum suplemen TTD akan menjadi kebiasaan remaja puteri untuk disiplin mengkonsumsinya, dengan harapan sebagai generasi penerus bangsa yang unggul siap berbuat sesuatu untuk negerinya,” pungkas Ai Lina Herlina.***