Bandung Side, jalan Diponegoro – Tentara sekutu yang dipimpim Brigjen Mac Donald mengeluarkan ultimatum pada 27 November 1945 menjadi latarbelakang serbu Gedung Sate.
Ultimatum yang ditujukan kepada penduduk Bandung itu berisi agar selambatnya Tanggal 29 November 1945 pukul 12.00, unsur bersenjata Republik Indonesia sudah meninggalkan Bandung Utara.
Demarkasi Gedung Sate antara wilayah sekutu di sisi Utara dan sisi Selatan adalah wilayah Indonesia dengan patokan rel kereta api yang membelah Kota Bandung.
Saat itu Kota Bandung terbagi dua, cerita RH. Lily Sumantri dalam “Bunga Rampai” catatan peristiwa mengenang kembali masa pendudukan Jepang dan perjoangan menuntut kemerdekaan Indonesia.
Hal terdebut mengakibatkan ribuan orang Cina mengungsi ke bagian Utara dengan perlindungan tentara Sekutu dan pasukan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Bagian Utara Bandung dianggap sebagai daerah kependudukan Inggris. Namun, sejumlah kantor pemerintahan seperti Balai Besar Kereta Api, Jawatan PTT dan Kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum di Gedung Sate masih tetap dipertahankan.
“Memang, ultimatum Mac Donald tak diindahkan sehingga memicu kemarahan Inggris pada saat itu,” jelas RH. Lily Sumantri.
“Waktu itu, Gedung Sate dipertahankan oleh 21 orang yang terhimpun dalam Gerakan Pemuda PU, “jelas Lily.
Mereka dibantu satu peleton pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dari Kompi Poniman dan satu peleton dari Kompi Sudjana. Hanya saja bantuan pasukan ini tak berlangsung lama, lanjut Lily.
Pada 3 Desember 1945, sekira pukul satu dini hari, Gedung Sate diserbu Sekutu. Pertempuran pun berkecamuk.
Namun, ini adalah vuur contact tak seimbang. Pasukan Sekutu (Gurkha) menyerbu dengan menggunakan senjata modern dan otomatis.
Kendati demikian, Gedung Sate dipertahankan sekuat tenaga meski dengan persenjataan yang minim.
Para pemuda tak mau menyerah begitu saja, melainkan melakukan perlawanan mati-matian hingga darah penghabisan.
Pihak Sekutu akhirnya merebut Gedung Sate dengan banyaknya korban dari pihak Indonesia.
Pada pertempuran sengit itu diketahui tujuh pemuda gugur dan dikubur di halaman gedung Gedung Sate dengan sahid.
Mereka adalah Suhodo, Didi, dan Muchtaruddin selanjutnya dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Sementara jenazah Rana, Subengat, Surjono, dan Susilo tidak ditemukan.
Peristiwa 3 Desember 1945 ini tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan khususnya sejarah perkembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Peristiwa pertempuran sengit mempertahankan Gedung Sate dikenang kembali dengan peringatan sebagai Hari Kebaktian Pekerjaan Umum.***(bandungklik.com)