Bandung Side, Bojong Soang – Intensitas curah hujan dalam 5 hari terakhir meninggalkan genangan air di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung, tak terkecuali Baleendah, Dayeuh Kolot dan Bojong Soang merupakan titik segitiga terawan akan genangan air bila turun hujan terus-menerus. Genangan air yang disebabkan oleh meluapnya Sungai Citarum yang mengalami sedimentasi tidak dapat menampung air hujan, sehingga mengakibatkan meluasnya daerah genangan air tersebut.
Khusus wilayah Bojong Soang yang mempunyai luas wilayah 2.622.192 Ha dengan jumlah penduduk 88.154 jiwa mendiami 6 Desa yaitu, Bojongsari, Bojongsoang, Buahbatu, Cipagalo, Lengkong dan Tegalluar. Wilayah terakhir yakni Tegalluar mengalami kondisi terisolasi akibat makin luasnya genangan air tidak menampungnya air hujan di Sungai Cikeruh.
Selain itu, bila dilihat dari kondisi geografinya bahwa Desa Tegalluar merupakan wilayah yang dilalui oleh 2 anak Sungai yakni Sungai Cikeruh dan Sungai Citarik yang alirannya bermuara ke Sungai Citarum. Bila hujan yang turun dengan intensitas curah tinggi, tidak bisa hindari dari hulu Sungai Citarum dipastikan akan mengirim air dengan derasnya hingga mengganggu 2 anak sungai tersebut untuk mengalir bermuara ke Sungai Citarum.
Terjadi arus balik pada Sungai Cikeruh yang sudah mengalami sedimentasi kembali yang berakibat melubernya air kewilayah 1 desa yakni Desa Tegalluar yang terdiri dari 14 RW ini tergenangi air hingga mencapai ketinggian 1 – 1,5 meter. Hal tersebut berakibat terputusnya akses baik masuk- maupun keluar wilayah tersebut yang sedianya dapat dilalui dari jalur Desa Bojong Soang, Sapan dan Gede Bage.
Seperti yang dituturkan Hendra Bunawan, warga RW 6 Desa Tegalluar,”Sudah 4 hari ini kondisi genangan air belum surut juga, sejak tanggal 4 April lalu sudah tampak air meninggi karena sawah sudah mulai terendam. Belum pernah luapan genangan air hingga ke jalan utama Sapan bahkan meluas dengan ketinggi 1 – 1,5 meter dimulai pada tanggal 6 April diguyur hujan terus setiap sore hingga malam hari”.
“Desa Tegalluar seakan terisolir, akses jalan dari Bojong Soang, Sapan dan Gede Bage tidak bisa dilalui dikarenakan genangan tinggi mencapai 1 -1,5 meter. Hal tersebut sangat mengganggu aktifitas berekonomi warga yang sebagian besar berprofesi sebagai pegawai swasta yang tempatnya diluar Desa Tegalluar. Ada yang sudah ijin tidak masuk kerja selama 3 hari, karena tidak bisa kmana-mana,”ungkap Hendra.
Bila ditilik, kondisi Penduduk Desa Tegalluar dalam data demografinya yang dinukil Bandung Side melalui website Desa Tegalluar berdasarkan pekerjaan diantaranya wiraswasta 1.597, pedagang 100, karyawan swasta 2.494, petani/pekebun 143, pegawai negeri sipil 101, pelajar/mahasiswa 3.651, mengurus rumah tangga 5.287 dan yang belum/tidak bekerja 7.215. Sehingga, kurang lebih wilayah seluas 756 Ha dengan jumlah penduduk 23.790 jiwa pada 14 RW mengalami terpapar dampak luapan Sungai Cikeruh.
Menurut Galih Hendrawan, Kepala Desa Tegalluar kondisi terkini sejak 4 hari lalu membuat warga Desa Tegalluar terganggu, terutama dalam berekonomi dan sekolah. “Saat ini adik-adik dari Sekolah Dasar sedang melaksanakan ujian, beberapa sekolah sudah terendam genangan air sehingga diupayakan tempat yang layang untuk melaksanakan ujian, salah satunya di ruang pondok pesantren atau di Ruko yang belum sempat disewa oang lain,”terang Deden, panggilan akrab Kepala Desa Tegalluar, Galih Hendrawan.
“Desa Tegalluar memiliki tempat belajar mengajar, SD 9 unit, SMP 2 uniy, SMA 1 unit dan SMK 1 unit sudah mulai terganggu aktifitasnya dan berinisiatif sementara meliburkan siswanya dengan belajar sendiri dirumah,”kata Deden yang sudah 3 malam 4 hari menginap di Kantor Desa Tegalluar dalam mengantisipasi siaga 1 datangnya lagi genangan air susulan.
“Alhamdulillah secara swadaya untuk memenuhi kebutuhan ransum warga yang mengungsi dari kas desa sudah mendistribusikan 200 dus mie instan kepada warga terdampak. Selain itu ada juga bantuan dari BPBD Kabupaten Bandung berupa 5 tangki air bersih dan sudah terdistribusi,”jelas Deden.
Ada juga warga sebagai donatur, lanjut Deden, dengan mengirimkan bahan makanan secukupnya. Bahkan ada warga yang merelakan ruko nya yng belum disewakan untuk ditempati bagi warga yang mengungsi. Bantuan juga didapatkan dari pabrik Kertas Trimitra Mandiri (KTM), meskipun lokasi pabrik juga terdampak genangan air, tetapi memberi bantuan juga berupa 7 ton beras, 200 dus mie instan, dan telor 175 kg. Dari kawasan industri Prima Tera juga mengirimkan 56 dus mie instan. “Saya mewakili warga Desa Tegalluar mengucapkan terima kasih atas bantuan yang dikirimkan, mengingat warga yang terdampak genangan air saat dipengungsian membutuhkan sekali ransum dan air minum, sehingga kami masih terbuka menerima bantuan dalam bentuk apapun dapat langsung menghubungi staf kami yang ada di posko utama banjir di Kantor Desa Tegalluar,” Deden menghimbau.
“Upaya mencegah penyakit atau untuk melayani warga yang mengungsi dalam keadaan sakit, sudah siaga ambulance dari Puskemas Bojong Soang. Puskel atau puskesmas keliling juga berjalan menjangkau pemukiman terdampak genangan air dengan menggunakan perahu. Mereka berpatroli keliling wilayah Desa Tegalluar mendatangi tiap RW secara bergiliran, dengan komposisi 1 orang dokter, 1 orang mantri dan 1 orang staff Puskesmas Bonjong Soang,”ujar Deden kembali.
Bantuan obat-obatan masih dipenuhi oleh Puskesmas Bojong Soang. Sudah tersedia obat sebagai pertolongan pertama misalkan obat diare, obat luka dan beberapa salep kulit guna mencegah kutu air. Alhamdulillah juga, listrik tidak dipadamkan oleh PLN, tapi kami menghimbau kepada masyarakat bila hendak mengungsi jangan lupa mematikan listriknya.
“Harapan kami, Sungai Cikeruh hendaknya dikeruk kembali, meskipun tahun lalu sudah dilakukan pengerukan pada sekitar bulan Februari 2018 sepanjang 200 meter. Namun bisa jadi untuk saaat sekarang sedimentasi bertambah lagi. Selanjutnya harapan kami Sungai Cikeruh yang jalur muaranya ke Sungai Citrum segera dipampas sehingga agak sedikit miring dengan tujuan mengantisipasi arus air kembali dari jalurnya,” pungkas Deden.***