Prototipe Instalasi Proses Pengolahan Air Sungai Citarum Layak Pakai Hasil Riset UPI Untuk Masyarakat Ranca Kasumba

Bandung Side, Ranca Kasumba – Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia sehari-hari, diantaranya untuk keperluan mandi, mencuci, memasak, minum, menyiram tanaman, energi, transportasi, pertanian, industri, dan rekreasi. Oleh karena itu persediaan air bersih yang layak dan dalam jumlah cukup adalah mutlak diperlukan.

Kebutuhan air rata-rata untuk satu orangnya berkisar antara 80 – 200 liter/Orang/Hari, serta sumber air harus dapat menjamin kelayakan dalam penggunaannya. Kebutuhan air bersih dalam rumah tangga akan terasa nyaman apabila penghuni memperoleh kualitas air bersih yang layak, debit dan tekanan air pada ujung pipa memenuhi persyaratan minimal, dan tidak pernah kehabisan air bersih setiap kali diperlukan.

Seperti gayung bersambut, kata Komandan Sektor 5 Citarum Harum, Kol. Inf. Dadang Rahadiansyah, bahwa Tim Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melakukan kegiatan membuat prototipe instalasi proses pengolahan air Sungai Citarum menjadi air layak pakai, selanjutnya mengola air Sungai Citarum menjadi layak pakai dengan menggunakan koagulan tawas dan bioflokulan DYT, serta praktek pengolahan air permukaan menjadi air layak pakai oleh masyarakat diwilayah Sektor 5 Citarum Harum.

“Kegiatan UPI yang melalui 3 pokok dalam proses pengerjaannya, dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa di lokasi Desa Rancakasumba, Kecamatan Solokan Jeruk terdapat permasalahan pengadaan air bersih yang layak untuk dipakai bagi masyarakat sekitar. Ini disebabnya Desa Rancakasumba, Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung termasuk ke dalam wilayah bantaran DAS Citarum yang sudah tercemar limbah industri dan limbah rumah tangga,”kata Kolonel Dadang Rahadiansyah.

Rektor UPI, Prof.Dr.H.R. Asep Kadarohman, M.Si. ditempat terpisah saat dikonfirmasi oleh Bandung Side mengatakan,”Instalasi Penjernih Air Sungai Citarum kapasitas 48 M3 ini merupakan hasil riset tim Universitas Pendidikan Indonesia dengan menggunakan flokulan alami untuk mempercepat proses pengendapan kotoran pada air sungai. Sedangkan penelitian tentang flokulan alami sudah dilakukan UPI sejak tahun 2002″.

UPI memang punya beberapa tema KKN Tematik, lanjut Asep Kadarohman, dan mulai tahun 2018 ini sesuai dengan arahan dari Kemenristekdikti untuk melaksanakan Inpres yang kaitannya dengan Citarum Harum sehingga sekarang memiliki konsep baru KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix. Targetnya sebetulnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya bagaimana memelihara lingkungan terutama sekitar Bantaran Sungai Citarum tersebut”.

Sungai Citarum Di Desa Ranca Kasumba, Kec. Solokan Jeruk

Dari hasil penelitian menggunakan sistem Flokulan Alami pada penjernih air di Desa Ranca Kasumba telah dilaporkan pada 26 November 2018 lalu saat serah terima pengelolahannya oleh warga Desa Ranca Kasumba sebagai berikut;

No. Parameter Satuan Raw water
1 Warna – Jernih
2 Kesadahan total mg/L CaCO3 100
3 HCO3- mg/L 97,6
4 CO32- mg/L –
5 OH- mg/L –
6 pH – 7
7 Cl- mg/L 42,6
8 DayaHantarListrik(DHL) uS/L 355
9 Total Dissolve Solid(TDS) mg/L 258

Dalam presentasi tentang laporan penelitian air yang dihasilkan tersebut, Sriyono M.Pd dosen Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Prodi Pendidikan Teknik Mesin mengatakan,”Kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah”.

Selain ion kalsium dan magnesium, lanjut Sriyono, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat lainnya. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3. Sedangkan pada air yang layak diminum merupakan air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dalam standar kualitas air minum (Depkes), kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l (sebagai CaCO3),dan kadar minimun yg diperbolehkan adalah 75 mg/l. Sehingga dari hasil penelitian air Sungai Citarum yang mengalir di Ranca Kasumba memiliki kesadahan 100, berarti sudah layak diminum.

Selain itu, unsur HCO3 (ion bikarbonat), Bikarbonat juga banyak berperan dalam sistem pencernaan yang terkandung dalam air. Unsur tersebut dapat meningkatkan pH internal lambung, setelah cairan pencernaan yang sangat asam selesai mencerna makanan. Ditambah unsur Cl (Klorin) pertama kali digunakan di dalam air minum untuk mengurangi penyakit menular yang ditularkan melalui air. Klorin efektif menghancurkan bakteri yang berpotensi berbahaya dan virus yang menyebar di dalam air. Klorida dalam bentuk ion Cl- adalah anion anorganik yang banyak terdapat dalam air, angka 42,6 mg/L masih aman.

Daya Hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya. Konduktivitas dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500 µmhos/cm. Jadi kemanpuan kandungan air yang tersimpan DHL nya diangka 355 uS/L masih aman juga.

Sedangkan TDS merupakan patokan jumlah zat yang terlarut dalam air. Kadar TDS yang diperbolehkan adalah maksimum 500 mg/l (standar PERMENKES dan SNI). TDS adalah kepanjangan dari Total Dissolve Solid yang dalam Bahasa Indonesia berarti Jumlah Zat Padat Terlarut. TDS merupakan indikator dari jumlah partikel atau zat tersebut, baik berupa senyawa organik maupun non-organik. Pengertian terlarut mengarah kepada partikel padat di dalam air yang memiliki ukuran di bawah 1 nano-meter. Satuan yang digunakan biasanya ppm (part per million) atau yang sama dengan miligram per liter (mg/L) untuk pengukuran konsentrasi massa kimiawi yang menunjukkan berapa banyak gram dari suatu zat yang ada dalam satu liter dari cairan. Zat atau partikel padat terlarut yang ditemukan dalam air dapat berupa natrium (garam), kalsium, magnesium, kalium, karbonat, nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat. Kandungan TDS pada air Sungai Citarum setelah melalui proses Flokulan Alami pada penjernihan air diangka 258 mg/L masih aman.

“Jadi dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan tim research UPI pada air hasil instalasi pengelolahan air Sungai Citarum menjadi air layak pakai oleh masyarakat Desa Ranca Kasumba,”terang Sriyono.

“Hasil riset kita sudah terbukti dengan bahan alami yang mampu menjernihkan air dengan efektifitas tinggi, tentu saja karena alamiah jadi murah, dalam prosesnya lebih efisiensi, efektifitas dan sederhana, karena instalasi penjernihan ini hanya menggunakan saluran pipa kemudian ditampung dan diberi zat alamiah saja. Saya yakin masyarakat mudah untuk mengikuti dan meneruskan program ini selama masih dalam bimbingan tenaga ahli dari UPI,”pungkas Sriyono.***(pamasa)

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan