Bandung Side – Cilampeni – Hari Minggu…Kenapa Hari Minggu dijadikan hari libur dan ditandai pada kalender dengan warna merah ? Apa istimewanya Hari minggu ?
Dikutip dari berbagai sumber, ternyata sejarah Hari Minggu dijadikan hari libur adalah berasal dari tradisi Romawi Kuno di Italia.
Dahulu, Bangsa Romawi Kuno yang berpusat di Italia menguasai banyak negara di Eropa. Wilayah kekuasaan mereka sampai ke Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, dan lainnya. Nah sejak masa itu, Bangsa Romawi Kuno sudah memiliki keyakinan bahwa Hari Minggu merupakan hari yang baik untuk beribadah. Sehingga mereka meliburkan segala aktivitasnya pada Hari Minggu.
Bagaimana dengan di Indonesia ? Indonesia adalah negara yang istimewa pula, memiliki catatan history romantisme dengan Negara Belanda yang notabene adalah negara eropa yang mengikuti budaya Romawi Kuno tersebut. Sehingga dalam perjalanan romantismenya Indonesia juga mengalami masa itu, memberi warna merah pada kalender dan menjadikan hari tersebut sebagai hari libur. Kecuali untuk Negara Arab Saudi dan beberapa Negara di bagian Timur Tengah yang mayoritas penduduknya beragama muslim. Hal ini dikarenakan masyarakat muslim di sana beranggapan jika hari Jumat adalah hari yang paling baik, khususnya untuk ibadah.
Di Hari Minggu, layanan sektor publik biasanya berhenti, namun layanan sektor privat seperti hotel dan restoran biasanya tetap buka atau malah mengalami lonjakan permintaan dari wisatawan yang berlibur atau hanya sekadar berakhir pekan. Kantor-kantor bisnis yang bukan ritel, biasa tutup pada Hari Minggu, namun pabrik-pabrik ada yang tetap beroperasi 7 hari seminggu.
Bahkan, ada juga beberapa kompetisi olahraga dilangsungkan pada Hari Minggu, ketika banyak orang tidak bekerja atau mengambil cuti kerja hanya sekedar menonton bola atau bulutangkis di televisi. Yang Lebih ekstrem ada juga yang memanfaatkan Hari Minggu-nya untuk bermalas-malasan dirumah dan tidak mau melakukan pekerjaan, termasuk pekerjaan rumah yakni bersih-bersih rumah. Karena Hari Minggu adalah hari libur, ada sebagian besar orang menjadi malas untuk melakukan aktifitas seperti halnya mandi atau memasak. Jadi tak heran jika hari minggu dikenal sebagai hari bermalas-malasan.
Bagaimana dengan Satuan Tugas Sektor 8 Citarum Harum ? Bagi Satuan Tugas (Satgas) Sektor 8 Citarum Harum tidak ada kata “Libur” atau “bermalas-malasan”. Pada kalender yang terpangpang pada mess, posko atau didalam smartphonenya “terlihat” warna hitam, yang artinya ada aktifitas dalam menjaga dan menata bantaran serta lingkungan Daerah Air Sungai Citarum agar kembali normal ekosistemnya.
Hal tersebut tampak dalam pantauan Bandung Side saat melintasi Sektor 8 Citarum Harum diwilayah RW 03 Desa Cilampeni, bahwa warganya tengah melakukan aktifitas olah raga senam pagi bersama mahasiswa KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersama Satgas Sektor 8 Citarum Harum. Musik dangdut koplo hingga beberapa musik house mengiringi gerakan sebagian besar peserta senamnya ibu-ibu kader PKK RW 03. Tidak mau kalah, mahasiswa KKN Tematik UPI pun dengan antusias mengikuti gerakan harmonis senam erobik meskipun dideretan paling belakang, Minggu (13/1/2019).
Usai senam pagi, mahasiswa KKN Tematik UPI khususnya Kelompok 4 Desa Cilampeni mulai menggelar aktifitasnya, yakni melaksanakan Pekan Sabilulungan Kebersihan Lingkungan (PSKL) dan Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) dalam memberdayakan sampah plastik. Rupanya, Mahasiswa KKN Tematik UPI sebelumnya mengumumkan ke warga RW 03 untuk mengajak senam pagi dan membawa sampah botol plastik pada Hari Minggu di Taman Tematik RW 03 Desa Cilampeni.
“Pengumpulan sampah plastik yang banyak dibawa warga RW 03 berupa botol bekas sekali pakai ini oleh adik-adik Mahasiswa KKN Tematik UPI ditukar dengan doorprice. Upaya edukasi ke warga agar dapat pilah, pilih dan olah sampah rumah tangganya dengan bijak sampai dapat menghasilkan barang ekonomis atau dapat bernilai ekonomi,” kata Dasimah Atmaja Ketua RW 03 Desa Cilampeni. Hari Minggu, Warga RW 03 Desa Cilampeni mengisi dengan hal yang positif memerangi sampah plastik.
Bergeser ke RW 07 Desa Cilampeni, tepatnya diujung jembatan yang menghubungkan Desa Suleman dan Desa Cilampeni berbatasan dengan Sektor 7 Citarum Harum, tampak dibantaran yang rumputnya sudah mulai tinggi dibabat dengan mesin pemotong rumput oleh Satgas Sektor 8 Citarum Harum. Setelah Bandung Side melangkah mendekati bantaran Sungai Citarum lebih tampak warga RW 07, anggota Polsek Katapang menyiangi rumput menggunakan arit bergerombol teratur. Hari Minggu bagi Satgas Sektor 8 tidak ada kata libur dan berhenti dalam mengajak warga sekitar bantaran ataupun komponen warga lainnya agar peduli terhadap lingkungan, khususnya DAS Citarum.
Memperbaiki lingkungan yang sudah terlanjur rusak tidak semudah membalikkan telapak tangan, upaya mengajak warga atau siapapun setiap insan bagi Satgas Sektor 8 pengemban amanah Perpres No 15 Tahun 2018 adalah suatu kewajiban agar manfaat lingkungan yang bersih dan tertata rapi dapat dirasakan secara langsung. Banjir langganan setiap saat bila hujan turun diwilayah DAS Citarum tidak akan terjadi bila warga, masyarakat atau komponen masyarakat lainnya seperti organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, filantropi, pelaku usaha, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya wajib berpartisipasi dalam memulihkan ekosistem DAS Citarum. Hari Minggu di RW 07 Desa Cilampeni digunakan untuk bebersih lingkungan.
Hari Minggu ternyata tidak semuanya libur, bergeser di wilayah RW 04 Desa Cilampeni tampak warga bersama mahasiswa KKN Tematik UPI kelompok 3 sedang melakukan botram atau makan bersama dibantaran Sungai Citarum. Begitu akrab, ada senda-gurau, ada yang hanya terdiam, ada obrolan yang berisikan tanya-jawab tentang tanaman hidropik sampai obrolan cerita drama korea “Encounter” yang sedang tayang ditelevisi swastapun pun ada.
Suasana akrab menjelang siang tersebut merupakan akhir dari kegiatan mahasiswa KKN Tematik UPI yang sedang mensosialisasikan tentang menanam tanaman melalui media hidroponik. Dari hasil praktek menanam tanaman dengan media botol bekas dipamerkan oleh warga kepada Bandung Side dan mereka begitu suka.
Kania Dewi, salah satu mahasiswa KKN Tematik UPI dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Jurusan Managemen Resort mengatakan,”Media menanam tanaman dengan menggunakan botol plastik bekas sebagai sarana hidroponik menjadi alternatif warga yang tidak mempunyai lahan untuk ditanam. Sehingga kami memberi penyuluhan dengan memanfaatkan botol bekas yang ada dirumah tangga agar memanfaatkannya sebagai pot yang serba guna dan bernilai ekonomis”.
Selain itu, Kania melanjutkan, kami juga mensosialisasikan tentang mengurangi penggunaan barang yang bermaterialkan plastik, seperti penggunaan botol plastik, sedotan, tas kresek dan lain-lain yang harusnya dipakai hanya sekali. Solusinya dengan menggunakan barang-barang yang bermatrialkan yang dapat digunakan berulang kali. Tas kresek diganti dengan tas yang dari kain, sedotan plastik dapat diganti dengan sedotan yang dari bahan stainless steel dan lain-lain. Hari Minggu digunakan untuk mengamalkan ilmu.
Hari Minggu sudah hampir menuju siang, Bandung Side mencoba bergeser kembali meniti bantaran Desa Cilampeni yang tampak asri dengan tanaman hias berwarna-warna. Tidak begitu jauh dari tempat mahasiswa KKN Tematik UPI, tampak aktifitas mahasiswa sedang menorehkan kuas didinding pagar pembatas pabrik tekstil PT Waitex. Sudah dapat ditebak, para mahasiswa KKN Tematik UPI yang merupakan gabungan dari 4 kelompok di Desa Cilampeni akan membuat lukisan mural pada dinding tembok tersebut.
Rifki salah satu mahasiswa UPI mengatakan,”Saat ini kami sedang melakukan pengecatan dinding tembok sebagai dasar nanti melukis mural. Tentunya lukisan yang bertemakan Citarum Harum, agar masyarakat juga dapat menangkap pesannya tentang menjaga lingkungan khususnya menjaga Sungai Citarum”. Hari Minggunya mengedukasi masyarakat.
Sejak bantaran Sungai Citarum diwilayah Desa Cilampeni dibersihkan dan dirapikan, menjadi prioritas utama bagi Sektor 8 Citarum Harum sebagai ruang public diantaranya dibuat booth sarana olah raga maupun taman yang cantik ataupun memanfaatkan bantaran untuk kepentingan bersama. Hal tersebut merupakan salah satu startegi bagi Komandan Sektor (Dansektor) 8 Kol. Czi. Aby Ismawan agar bantaran sungai dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk kepentingan orang per-orang.
Seperti yang disampaikan oleh Kolonel Aby Ismawan bahwa sebagai Satgas Citarum Harum memprioritas agenda 5 hal, yakni Penyadaran Masyarakat Terhadap Perilaku Akan Kepedulian Lingkungan, Penanganan Sampah, Penanganan Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga, Penataan Bantaran dan Penghijauan pada Lahan Kritis.
“Dari 5 Prioritas tersebut adik-adik mahasiswa dapat mengambil salah satu bagian untuk dapat menjadikan sebagai program kerjanya. Dapat mengisi ruang dan celah yang belum tersentuh oleh Satgas Citarum Harum. Mengingat adik-adik mahasiswa KKN Tematik terdiri dari berbagai Fakultas dan Jurusan, sehingga berharap memiliki kemampuan berkomunikasi lebih baik,”jelas Kolonel Aby.
Dilapangan nanti, lanjut Kolonel Aby, diperlukan kreatifitas dan inovasi dalam menyampaikan pesan agar masyarakat memahami apa yang terkandung dalam Program Citarum Harum ini dapat juga dirasakan manfaatnya sehingga dibutuhkan juga kepedulian masyarakat dalam menjaga kelestarian Sungai Citarum.
“Apa yang diupayakan dan dilakukan oleh Satgas Citarum Harum bersama unsur pendukungnya, baik elemen masyarakat yang berpartisipasi maupun mahasiswa yang sedang melakukan KKN adalah dalam rangka mewujudkan Sungai Citarum sebagai Sumber Kehidupan dan mengembalikan kerusakan ekosistem sepanjang DAS Citarum sebagai kecintaan kepada generasi yang akan datang,”pungkas Kolonel Aby Ismawan.
KKN Tematik dari UPI yang merupakan partisipasi dari Kemenristek Dikti dalam mewujudkan Program Citarum Harum, upaya sosialisasi kepada masyarakat tidak pernah berhenti dan akan berkesinambungan dan berkelanjutan. Dengan konsep baru KKN Tematik Pentahelix, mahasiswa yang terjun kelapangan merupakan rangkaian tak terputus, dari semester ganjil yang sebelumnya pada bulan Februari 2018 lalu berkelanjutan pada semester genap, karena terbagi mahasiswa dengan kunjungan per-minggu selama 40 kali, serta mahasiswa KKN yang efektif dilapangan selama 40 hari. Harapannya mahasiswa yang dilapangan dalam melaksanakan KKN Pentahelix dapat melibatkan akademisi, pemerintah daerah, masyarakat atau komunitas, dunia usaha dan media massa dalam melakukan sosialisasi baik menggunakan media fisik maupun non-fisik dalam upaya mengembalikan lagi fungsi ekosistem Sungai Citarum.***(pamasa)