
Bandung Side, Majalaya – Pencemaran Lingkungan bisa berawal dari sekitar rumah, hal tersebut kadang tidak disadari bahwa akibat dari tidak diperhatikannya membawa berbagai macam penyakit. Bukan hanya sampah rumah tangga, tetapi ketersediaan septic-tank sebagai sarana penampungan air limbah yang berasal dari water closet (WC) memiliki cerita panjang jika terpisahkan dari kebutuhan manusia.
Istilah populernya MCK (mandi-cuci-kakus), jika jaman dahulukala manusia menggunakan sungai untuk memfasilitasi kebutuhan MCK, di era modern ini manusia menggantikannya dengan membuat kamar mandi. Kebutuhan akan kamar mandi menjadi populer guna menanggulangi potensi datangnya penyakit , sehingga berbagai alasan yang bersifat higienis itulah, masyarakat mulai menyadari pentingnya kamar mandi.
Didalam kamar mandi keberadaan kloset atau WC menjadi kewajiban, komponen yang satu ini memiliki peran penting dalam pembuangan sisa-sisa dan kotoran manusia. Jika kita pernah bertanya-tanya kemanakah perginya limbah manusia tersebut, maka kita perlu berpikir kira-kira dimanakah ujung dari lubang yang kita lihat pada toilet itu berada. Jawabannya adalah septic tank. Secara umum, septic tank berfungsi sebagai pembuangan kotoran, tinja, dan sejenisnya yang tidak boleh disalurkan ke dalam saluran pembuangan umum, dengan alasan kesehatan serta faktor kebersihan lingkungan.
Dari ilustrasi diatas, merupakan salah satu cerita panjang bagi Satuan Tugas (Satgas) Sektor 4 Citarum Harum dalam menjaga Sungai Citarum sesuai amanah Perpres No 15 Tahun 2018, tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum hingga menjadi mediasi atas dibangunnya sarana sanitasi berupa MCK Umum di Desa Sukamukti, Majalaya.
MCK Umum yang berdiri diatas lahan hibah dari pabrik tekstil PT Sinar Laju untuk warga RT 01 RW 04 Desa Sukamukti yang dihuni oleh +/- 50 KK dengan +/- 200 jiwa ini. Hunian padat yang terkurung diantara tembok industri tekstil di Majalaya salah satu potret peradaban yang ada menjadi pilihan keterpaksaan. Meskipun belum ideal dalam standart tempat hunian yang layak, kepedulian terhadap lingkungan harusnya tetap menjadi standar hidup bagi warganya. Dalam hal ini, ketersediaan kamar mandi untuk aktifitas MCK.
“Rumah tinggal hunian padat diwilayah RT 01 RW 04 Desa Sukamukti ini belum tentu memiliki WC atau jamban atau mungkin disebut kakus yang berakhir ke septic tank limbahnya. Maka dari itu sebagai Satgas Sektor 4 Citarum Harum mengupayakan dengan cara mediasi dengan PT Sinar Laju agar menghibahkan sebagaian tanahnya yang sudah lama tidak diurus ini kepada warga untuk didirikan sarana MCK Umum,”kata Lettu Arm Syarifudin, Danki Sektor 4 Citarum Harum.
Kedepannya, lanjut Danki, MCK Umum ini akan dikelola, dirawat dan dijaga kelestariannya oleh warga agar manfaatnya dapat dirasakan. Sehingga diperlukan pula kepedulian warga dalam membangunannya dengan cara gotong-royong agar cepat terselesaikan.
“Selama ini bisa dikatakan ada sebutan kakus pinggir sungai. Hal ini dikarenakan tidak semua rumah memiliki jamban, sehingga masih ada warga yang menggunakan kakus pinggir sungai. Selain itu ada kepercayaan turun-temurun di sebagian masyarakat yang mengganggap tidak boleh ada jamban di dalam rumah. Seringkali kakus ini hanya seadanya, sehingga dari segi estetika tidak nyaman dilihat, selain itu faktor kesehatan lingkungan yang memungkinkan adanya wabah penyakit seperti diare bila limbah dari kakus tidak diperlakukan dengan baik,”pungkas Lettu Syamsudin.
Upaya edukasi kepada masyarakat tentang Peduli Lingkungan dengan pengadaan MCK Umum merupakan tindakan yang berdampak positif terhadap lingkungan. Bila hal tersebut tidak dipedulikan, maka cicit Sungai Citarum yakni Sungai Cikakembang akan dipenuhi bukan hanya limbah cair industri, melainkan juga juga limbah dari kakus yang berisi kotoran manusia. Cerita panjangnya, bila Sungai Cikakembang yang berhilir ke Sungai Padaulun menuju langsung ke Sungai Citarum akan tercemar juga. Sehingga bila air untuk kehidupan ini tidak dijaga kebersihannya secara langsung juga akan merusak ekologi Sungai Citarum.
Kolonel Inf Kustomo Tiyoso memaparkan,”Bila kita sadar, bahwa air memegang peranan penting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini terbukti dari sejarah manusia bahwa peradaban dimulai selalu berasal dari delta sungai. Seperti peradaban Sungai Huangho di China, peradaban Sungai Nil di Mesir, peradaban Mesopotamia di delta Sungai Tigris, Irak, dan lainnya. Hal tersebut terus berlanjut hingga sekarang dan kelak di masa depan. Maka dari itu, jika Sungai Citarum tidak segera diselamatkan dari kerusakan ekologinya jangan harap peradaban manusia akan terus lestari”.
Pusat-pusat manusia yang besar, lanjut Kolonel Kustomo menerangkan, seperti Rotterdam, London, Montreal, Paris, New York City, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hong Kong mendapatkan kejayaannya sebagian karena adanya kemudahan akses melalui perairan. Sehingga Sungai dapat menjadi Penghidupan yang bernilai ekonomi tinggi bila kelestariannya dijaga.
“Bila tidak mulai sekarang masyarakat tidak disadarkan bahwa pentingnya untuk menjaga lingkungan sekitar, selain buang sampah pada tempatnya dengan cara pilah pilih dan olah, keberadaan septic tank pada kakus tiap rumah sangatlah diperlukan untuk menjaga lingkungan yang bersih dan higienis,”pungkas Kolonel Kustomo.***