Bandung Side, Mekar Rahayu – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan melakukan kunjungan kerja dan sekaligus membuka rapat terbatas diwilayah Sektor 8 Citarum Harum, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung perihal evaluasi kerja Program Citarum Harum yang telah bergulir, Rabu (05/12/2018).
Dalam kunjungannya diwilayah Sektor 8 Citarum Harum Di Desa Mekar Rahayu menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh Komandan Sektor (Dansektor) 8 Citarum Harum, Kolonel Czi Aby Ismawan bahwa di Oxbow Cicukang sudah menjadi lokasi yang darurat sampah sehingga dibutuhkannya petunjuk agar dapat menemukan solusi dari kendala yang dihadapinya.
Hadir dalam kunjungan tersebut selain Menko Bidang Kemaritima, Luhut Binsar Panjaitan beserta jajarannya, Gubernur Jawa Barat: Ridwan Kamil, Bupati Bandung: Dadang M Nasser, Dirjen dari beberapa Kementerian, Para Dansektor Citarum Harum, pejabat PJT 2, pejabat BBWS, mahasiswa dari ITB dan UPI yang sedang melakukan KKN serta tamu undangan lainya.
Saat dimulai rapat terbatas, Dansektor 8 Citarum Harum Kolonel Czi Aby Ismawan terlebih dahulu menyampaikan laporan dan paparannya terkait Progres Program Citarum Harum yang ada wilayah tugasnya. “Alhamdulillah hari ini cuaca cerah, dimana 3 hari terakhir wilayah Desa Mekar Rahayu diguyur hujan. Sehingga lokasi kita agak sedikit terganggu dengan adanya jalan yang becek dan masalah lainya, namun itu semua tidak mengurangi semangat kami untuk berbuat demi Citarum kembali Harum”.
“Kami disini ada beberapa kendala, diantaranya terbatasnya lahan untuk membuat Tempat Penampungan Sampah Terpadu, merubah perilaku masyarakat sekitar dalam membuang sampah, terbatasnya alat angkut sampah, dukungan alat berat berupa beko dan eskavator dalam mengangkat sedimentasi serta kendala teknis lainnya lintas stakeholder,”papar Kolonel Aby memberikan penjelasan kepada Luhut selaku Ketua Satgas Citarum Harum.
“Sementara sosialisasi yang selama ini telah dilakukan baru sekitar 5% saja bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal di sekitar bantaran Sungai Citarum yang mencapai 10.000 lebih,”jelas Kolonel Aby beragumentasi.
Sedangkan Bupati Bandung, Dadang M Naser pada saat menyampaikan sambutanya mengatakan,” Isu Citarum harum yang di gulirkan, Alhamdulillah saat ini menjadi isu Nasional. Anggaran juga akan digelontorkan. Dalam hal ini dimana Dansatgas adalah Gubernur Jawa Barat dan TNI terlibat secara langsung sampai ke teknis, ini menjadi hal yang sangat membanggakan buat saya. Karena disalah satu Negara lain, penanganan sungai bisa selesai dalam waktu 15 tahun oleh tentara. Tapi dengan target 7 tahun yang dicanangkan oleh Presiden semoga Sungai Citarum kembali lebih baik dengan TNI ada didepannya”.
“Namun tentara juga tidak bisa sendiri, harus konferenshif dengan insektoral. Menurut saya pembangunan paling susah adalah pembangunan lingkungan, jadi harus di laksanakan bersama- sama,”ucap Dadang Naser
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang akrab dipanggil Emil selaku Dansatgas Citarum Harum mengatakan,” Saya sangat mengapresiasi semua yang hadir di sini, baru sekitar 3 Bulan saya menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat dan ada ratusan tugas yang harus saya lakukan. Salah satu dari tugas tersebut adalah mengomandani revitalisasi Sungai Citarum sesuai Perpres yang sudah hadir. Jadi mohon ijin mulai pertemuan ini, semua keputusan mohon dilaporkan dan mendapatkan persetujuan dari saya,”ungkap Emil
“Hal ini semata mata kalau di akhir proses nanti ada apa-apa, pasti ujung-ujungnya ke saya juga pertanggung jawabanya. Saya kira prosedur itu perlu dipahami dulu, kedepanya tolong setelah hari ini dan seterusnya aktif laporkan apa yang akan dikerjakan dan masalah apa yang akan saya urai,”tegas Emil.
“Untuk masalah stakeholder juga belum bersatu-padu, masing masing bergerak sendiri-sendiri sesuai dengan bidangnya. Maka mulai saat ini akan saya satukan, mari bersama-sama kita kerjakan program ini. Jadi nanti ada waktunya kapan gas dan kapan mengeremnya. Sedangkan untuk solusi jangka panjangnya, kita mengedukasi sampah beres di lingkungan sendiri dengan pemilihan dan pemilahan serta yang lain lain,”lanjut Emil.
Selanjutnya, kesementaraan incenerator ini bukan untuk permanen, nanti apabila kulturnya sudah terbentuk fasilitas incenerator bisa hilang. Rencananya di 2019 saya anggarkan untuk 50 titik incenerator dan untuk Dansektor saya perintahkan untuk siapkan lahannya. Kalau bisa lahanya milik BBWS saja, supaya 1 koordinasi dengan PUPR 1 diskresi agar lebih mudah pelaksanaanya. Mudah-mudahan teknologinya lebih canggih dengan harga yang lebih murah.
“Kemudian masalah sedimentasi, saya siapkan penambahan minimal 10 excavator buatan Pindad. Produksi baru, lebih canggih dan lebih gesit. Sementra waktu buang sedimen di pinggir bantaran saja selama 6 bulan ini, saya akan bertekad dengan bimbingan Pak Menteri satu-satu akan saya bereskan,”pungkas Kang Emil mengakhiri tanggapan laporan dan paparan Dansektor 8 Kolonel Aby.
“Sudah kesekian-kalinya kita melakukan rapat dan selama ini di Jakarta. Namun saat ini kita rapat disini dibantaran Sungai Citarum biar tahu kondisi dilapangan. Dari semua yang telah dibahas ini, ujung-ujungnya masalah lingkungn dari yang di sampaikan Gubernur saya akan backup habis-habisan,”tegas Luhun Binsar Panjaitan.
“Ini karena memang pendanaan jadi kuncinya, jadi saya yakin ini pasti jalan. Kalau kita bersatu, kalau tidak ada penggelompokan-pengelompokan, semua akan berjalan dengan baik. Mari kita buat sederhana saja, tinggal kita butuh alatnya. Programnya sudah ada dan saya berharap semua alat yang digunakan produksi dalam negeri,”ujar Luhut menghimbau.
“Semua kita undang, dari UPI, Pindad dan juga yang pihak swasta, misal pengusaha dari Cirebon. Karena pengalaman juga sangat diperlukan, dalam hal pemilahan. Jadi, nanti bagaimana caranya kita dapat menyadarkan rakyat dan bagaimana kita bisa mengajak masyarakat untuk membawa sampah ketempat pembuangan. Nantinya, tinggal skala yang kita besarkan. Teknologi kita buat dan kita harus kompak, semua harus berkolaborasi,”harap Luhut
“Selama ini yang sulit di negeri ini, kalau sudah menjadi pejabat atau Menteri, banyak yang tidak mau melihat kebawah semua merasa paling penting dan orang lain yang harus datang. Seharusnya bagaimana kita berfikir dan dapat melihat kontribusi orang lain serta bagaimana kita bisa membuka hati kita dan jangan egois. Sekarang ini masalah Sungai Citarum adalah masalah kita bersama, jadi selesaikan bersama-sama. Ini kepentingan Nasional, jangan ada ketakutan dalam mengambil keputusan kalau itu kepentingn publik. Kalau ada kekurangan itu akan diperbiki. Kalau Program Citarum Harum sudah jalan hingga berhasil, ini akan kita copy kesemua sungai-sungai yang lain untuk kepentingan generasi mendatang,”papar Luhut.
“Kita punya teknologi, kita punya otak untuk menggunkan teknologi, punya kemauan, punya tim yang bagus dan punya pimpinan yang bagus. Mari kita bersama-sama kerjakan programnya. Jangan terlalu lama, awal tahun saya akan lihat progresnya,”pungkas Luhut Binsar Panjaitan.
Kol. Inf. Yusep Sudrajat
Selanjutnya, Kolonel Inf Yusep Sudrajat selaku Dansektor 21 Citarum Harum juga melaporkan kegiatan terkait limbah cair kepada Luhut Binsar Panjaitan,”Menurut data yang saya dapat pada awal kegiatan Citarum ini, ada sekitar 460 ribu ton limbah cair industri yang dibuang ke Sungai Citarum tiap harinya. Limbah ini berasal dari sekitar 3000 pabrik yang ada di Jawa Barat dan ini real,”jelas Kolonel Yusef.
“Kalau dipersempit, untuk pabrik yang sudah di data ada 382 yang sudah memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sementara 325 lainya belum mempunyai IPAL. Untuk yang sedang membenahi IPAL, ada sekitar 272 pabrik yang dulunya ada IPAL tapi tidak mengelola dengan baik. Sementara yang sedang bangun IPAL dari nol ada 65 pabrik,”ulas Dansektor 21 memberikan paparanya
Selain itu Kolonel Yusep juga menjelaskan kendala yang dihadapi serta memberikan solusi terkait warna limbah cair dan baku mutu limbah cair.
Letkol. Choirul Anam
Sedangkan Sektor Pembibitan, Letkol Choirul Anam juga memberikan laporan kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan terkait Pembibitan,”Saya akan membahas pemulihan ekosistem Citarum”, ucap Letkol Choirul
“Permasalahan merubah perilaku atau pola pikir masyarakat itu sangat sulit. Rata-rata sumber mata pencaharian diwilayah sektor kami 95% petani, pemilikan lahan pertanian sempit. Sementara peluang usaha disana, tepatnya di Desa Kertasari masih sedikit. Sehingga Kertasari masuk 30 Kecamatan termiskin se-Kabupaten Bandung,”jelas Dansektor Pembibitan ini dan melanjutkan penjelasan lahan yang gundul diwilayah tugasnya.
Selanjutnya, Saya butuh 400 rb pohon kopi untuk ditanam di sektor pembibitan, dengan jenis kopi Arabika yang dapat ditanam di ketinggian 1800m. Rencananya tanaman kopi dan pohon keras lainnya akan ditanam di lahan seluas 520 hektar, dan setiap hektar ditanami tanaman lain sebagai tumpang sari,”pungkas Letkol Choirul sambil menunjukkan sistem penanaman tumpang sari yang dipaparkan nya di layar monitor.***