FILM PREMAN PENSIUN TAYANG 17 JANUARI 2019 DI BIOSKOP SELURUH INDONESIA

Bandung Side, Lodaya – Film karya anak bangsa yang diangkat dari sinetron televisi dengan judul Preman Pensiun sebentar lagi akan dijumpai pemirsa dilayar lebar pada tanggal 17 Januari 2019 di Bioskop kesayangan. Hal tersebut terungkap saat jumpa pers yang digelar di Little White Café Jl. Lodaya No.11A, Malabar, Lengkong, Kota Bandung, Senin (3/12/2018).

Masih dalam balutan budaya sunda dalam dialog yang dimunculkan serta karakter-karakter tokohnya yang unik, Preman Pensiun film bergenre komedi ini siap menjadi tontonan keluarga kembali. Seperti dalam ilustrasi dialog beberapa adegan antara Gobang dan Dikdik ini;

TIGA tahun setelah pensiun dari bisnisnya, Gobang yang sempat pulang kampung ke Sukabumi, kembali ke Bandung. Tidak diduga Gobang muncul kembali di terminal.
“Akang mau balik ke sini lagi, mau pegang terminal lagi?”.
“Nggak. Saya cuma mau mampir sebentar. Saya kangen panas matahari sama bau asep knalpot di sini.”.
Gobang kemudian menemui Dikdik.
“Apa kabar, Kang?”
“Nggak baik.”
“Kenapa?”
“Usaha ternak lele saya di Sukabumi gagal. Terus, saya sama istri saya juga pisah. Dia bosen hidup susah terus.”

“Saya ikut prihatin, Kang.”
“Terima kasih. Terus, bisnis kamu sendiri gimana?”
“Alhamdulilah, bisnis jaket kulit saya jalan. Saya ambil dari Garut, saya bawa ke Jakarta.”
“Hebat! Bisnis kamu sudah sampe ibukota.”
“Cuma jualan jaket, Kang.”

Mereka kemudian berpisah. Dikdik sudah berbohong pada Gobang, karena bisnis jaket kulit hanya kamuflase. Dikdik tidak mau Muslihat dan Imas tahu. Dikdik menutupi fakta bahwa dia masih menjalankan bisnis lamanya, “Debt Collector dan Pengamanan”. Gobang juga tidak berterus tentang tujuannya ke Bandung. Gobang bukan kangen pada panas matahari dan asap knalpot di terminal. Gobang hendak mencari siapa pelaku yang membantai anggota keluarganya.

Idris kemudian menemui Muslihat.
“Mus! Jangan bilang kamu nggak tau apa-apa! Kamu harus turun ke jalan sebelum terjadi perang saudara!”.
“Saya baru pulang dari Garut, ziarah ke makam Kang Bahar. Membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh dan mendo’akannya. Saya yakin dia tenang di sana, karena tahu kamu bisa mengurus mereka, menjaga mereka, setelah dia pergi.

“Mus! Saya cuma mampir untuk mengingatkan, Kang Bahar memilih kamu karena dia percaya sama kamu. Percaya bahwa kamu bisa mengambil keputusan yang benar”.
Idris berpaling pada Muslihat yang berdiri di belakangnya, kemudian berjalan menghampiri dan memegang pundaknya.
“Keputusan ada di kamu!”.

Muslihat yang sejak semula diam, tetap diam. Idris pergi melewatinya. Langit di atas markas besar begitu cerah, matahari menikam ubun-ubun, tapi Muslihat merasa kedinginan dan memeluk tubuhnya sendiri, kemudian tengadah. Menatap langit, melihat wajah Kang Bahar di sana.

Muslihat kemudian menemui Bagja.
“Kang, saya takut…”.
“Apa yang kamu takutkan, Mus?”.
“Takut salah mengambil keputusan.”
“Itu bagus.”
Muslihat terdiam, tak paham.

“Jaga rasa takut itu. Rasa takut itu akan membuat kamu berpikir. Berpikir itu akan memperkecil risiko salah. Berani, rasa percaya diri yang berlebihan, bisa membuat kamu tidak punya pertimbangan sebelum mengambil tindakan”.

Muslihat bukan cuma sedang sibuk dengan usaha kicimpring yang sudah menjadi tempat mencari nafkah bagi banyak orang, tapi juga cemas dengan putrinya yang sudah tumbuh remaja dan sudah didatangi lelaki, juga sedang gelisah karena bisa melihat apa yang disembunyikan Dikdik dan Gobang. Muslihat sudah melihat tanda-tanda akan terjadi perang saudara.

Film layar lebar Preman Pensiun dibawah produksi MNC Pictures masih mengankat tema kesundaan sebagai salah satu cara mempertahankan dan menjaga budaya Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Produser MNC Pictures, Miftah Syafrian Yahya,”Latar belakang pembuatan film ini pas ada obrolan sama sutradara awalnya Preman Pensiun itu sudah habis karena apalagi yang mau diceritain, ternyata beliau punya pemikiran terbuka”.

Film Preman Pensiun bertujuan untuk menyambungkan cerita dari sinetron sebelumnya. Film ini menceritakan aktivitas setelah pensiun menjadi preman dan menggambarkan arti dari judul besar tersebut.

Film ini, lanjut Miftah, ingin menjaga brand Preman Pensiun itu sendiri dengan mengutamakan sembilan preman yang dihadirkan menjadi tokoh sentral. Pesan moral yang dikemas komedi akan memperlihatkan penerus dari sosok Kang Bahar dan Muslihat.

“Proses syuting Film Preman Pensiun bulan April dan Mei 2018, selama 21 hari, ada proses pra prodiksi sehingga pemain dikarantina untuk mengembalikan karakter lagi, prosesnya enggak instan,”papar Miftah.

Film garapan Aris Nugraha ini mempertahankan lokasinya di Kota Bandung seperti didaerah Kiaracondong, Braga, Asia-Afrika, dan Cicaheum. Tokoh baru pun muncul seperti Sadana Agung dan Safira Mayu. “Di film ini mereka benar-benar sudah pensiun jadi preman. Cerita ini sangat menarik. Karena kami juga ingin mengulang kesuksesan sinetron di bioskop,” ucap Miftah dihadapan media.

Epi Kusnandar yang berperan sebagai Muslihat menjelaskan terkait penggarapan film ini. Pada 16 Januari 2017 lalu, keluarga Preman Pensiun dikumpulkan untuk rapat persiapan. Mereka diajak napak tilas saat di sinetron masih ada Kang Bahar yang diperankan oleh almarhum Didi Petet.

“Saya begini karena terlalu berat beban saya untuk membuat mereka bisa main, amanat Kang Bahar di sinetron dan kenyataan kok sama, diserahkan dunia hiburan ini kamu yang pimpin,” ujar Epi dengan tatapan menerawang.

“Harapan kami pengin tembus 1 juta penonton,”harap Epi sumringah.

Fenomena Preman Pensiun membuat kebanggaan tersendiri bagi para pemain. Kemauan akting yang lebih baik dan ingin mendalami karakter adalah sebuah kemajuan.

Film lanjutan sinetron Preman Pensiun yang sudah tamat tiga tahun lalu ini dimainkan oleh para preman asli. Maka dari itu, dengan adanya Film Preman Pensiun akan menjadi tontonan yang menyasar penonton yang tidak sempat menikmati sinetronnya.

Salah satu pemain Preman Pensiun, Murad menceritakan ia merupakan preman di sebuah klub malam di Kota Bandung selama sembilan tahun. Ia tidak menyangka bisa dilirik untuk bermain di film Preman Pensiun ini.

“Saya berperan sebagai eksekutor dan sangat cocok dengan pribadi saya dulu. Sekarang setelah bermain di Preman Pensiun, kehidupan saya tidak seperti dulu lagi dan menjadi lebih baik. Mudah-mudahan film ini banyak yang nonton,” kata Murad.***

Tinggalkan Balasan