Bandung Side, Trans Convention Center — Pengembangan pariwisata daerah membutuhkan keterlibatan masyarakat setempat, ini merupakan salah satu kunci keberhasilan pariwisata. Hal yang sama juga berlaku di Danau Toba. Daerah ini merupakan salah satu daerah prioritas yang pariwisatanya sedang dikembangkan. Untuk itu, dibutuhkan keterlibatan masyarakat untuk menjadikan Danau Toba sebagai daerah ramah pariwisata.
“Kita perlu memiliki masyarakat yang siap menyambut kedatangan wisatawan, misalnya yang bisa bahasa inggris dan memiliki kemampuan hospitality yang baik. Untuk itu, masyarakat di sekitar Danau Toba harus dibimbing untuk memiliki keterampilan tersebut,” ujar Kepala Badan Pelaksana Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba (BODT), Arie Prasetyo pada penyelenggaraan Sales Mission Danau Toba yang diadakan di Trans Convention Center, Bandung (09-11/11).
Arie melanjutkan, masing-masing unsur masyarakat memiliki peran dalam pembangunan daerah wisata. Pemerintah juga sudah mengambil bagiannya yaitu memperbaiki insfrastruktur yakni bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menyediakan akses dan membangun penginapan yang layak di sekitar Danau Toba. Kesiapan Danau Toba ini tentunya bisa membuat wisatawan yang datang merasa nyaman dan tingkat kunjungannya pun bertambah.
“Kita mengundang orang untuk senang-senang di Danau Toba. Harusnya hal tersebut menjadi pekerjaan mudah,” pungkas Arie.
Sebagai contoh, Arie menyebut Kota HangZhao di China yang juga memiliki Danau sebagai daya tarik utamanya. Saat ini, pihaknya sedang menelusuri kerjasama dengan membuat sebuah atraksi berkelas dunia yang dibuat dengan bantuan teknologi. Selain itu, juga akan dibangun lokasi lokasi belanja serta pertunjukan seni yang mendukung.
“Mungkin di kapal nanti ada kuliner yang disajikan, ada live music, atau ada tarian-tarian yang disajikan. Masukkan dari wisatawan juga ingin aktivitas di atas kapal juga. Di Samosir masih didominasi aktivitas sepeda dan sebagainya,”sambung Arie lagi.
Arie menggambarkan Danau Toba sebagai daerah yang memiliki keunikan, iklim dan budayanya bagus.Potensi ini selayaknya diimbangi dengan ketersediaan penginapan dan akses yang memadai. Kedepan, diharapkan variasi penerbangan ke Danau Toba terus bertambah. “Salah satu bukti bahwa pengembangan pariwisata memiliki multiplayer effect adalah berkembangnya bisnis Kain Ulos yang mulai banyak diminati warga,” imbuh Arie.
Kabid Pemasaran area I, Ida Fahmiwati yang mewakili Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I, Masruroh mengatakan bahwa pemilihan kota Bandung sebagai salah satu lokasi sales mission karena Bandung merupakan kota yang memiliki pasar potensial. Bandung juga termasuk 10 pasar potensial wisatawan nusantara selain Jakarta Yogya, Semarang, Surabaya, dan lainnya.
Selain itu, Ida menambahkan segmen masyarakat Bandung beragam, ada segmen anak muda millennial dan segmen lansia. Hal ini sesuai dengan karakter wisatawan yang suka datang ke Danau Toba. Perjalanan wisnus Bandung ke Sumatera Utara nomor dua setelah Jakarta sehingga penyelenggaraan sales mission Danau Toba di Bandung dinilai tepat.
“Budaya Sumatera Utara itu sangat kaya, adat istiadatnya sangat beragam. Sukunya pun terkenal banyak,” tambah Ida.
Menurut data, wisatawan yang paling banyak datang ke Danau Toba yakni wisman asal Malaysia. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor seperti jarak tempuh dan kedekatan budaya antara masyarakat Sumatera Utara dengan wisman asal Malaysia.
Sejumlah program sales mission yang dilakukan Kementerian Pariwisata ini berjalan sesuau arahan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang memfokuskan kegiatan saling di tahun di 2018. Sales mission seperti ini dinilai ideal karena menyiapkan kesempatan untuk saling bertukar pertanyaan serta berinteraksi hangat dengan perwakilan dari pelaku pariwisata dan industri di sana, sehingga kesempatan menjual sekaligus mempromosikan destinasi ke sejumlah pasar potensial menjadi lebih besar.
Bicara keunikan wisata Danau Toba, Ina Djamnur, Tim Percepatan Kuliner dan Belanja Kemenpar menjelaskan bahwa ada dua hal utama yang biasanya dicari wisatawan yang datang ke Danau Toba, yakni kuliner dan kerajinannya. Untuk itu, perlu ada penataan sentra kuliner dan cenderamata. Saat ini, Kemenpar sedang mendorong ketersediaan sentra kuliner dan cenderamata tersebut.
“Kabupaten Simalungun dan Parapat mungkin sudah tertata karena mereka sudah lama mengembangkan pariwisata. Ini bisa jadi contoh untuk daerah lain,” lanjutnya.
Salah satu artis tanah air, Maria Simorangkir mendukung pengembangan pariwisata di Dau Toba. ” Suasananya juga sangat luar biasa. Kalau ditanya apa yang bikin aku jatuh cinta sama Danau Toba, Aku suka alamnya, pemandangannya, dulu aku suka berenang di Danau Toba karena airnya sejuk,” tutur Maria.***