PT Adetex Belum Pernah Mendapat Teguran dari Dinas Lingkungan Hidup, Tapi di Cor Saluran Limbahnya ? Ada Apa ?

Bandung Side, -Drama penutupan lubang saluran limbah pabrik dengan pengecoran di PT Adetex, Jl. Raya Banjaran Kabupaten Bandung (31/5/2018), yang diprakarsai Komandan Sektor (Dansektor) 21 Kol. Inf. Yusep Sudrajat dan jajaran Satgas Citarum Harum, akhirnya mendapat respon positif pemilik PT Adetex, Wewen.

Wewen yang pada saat penutupan lubang pembuangan limbah empat hari lalu tak menunjukkan batang hidungnya, kali ini muncul didampingi juru bicaranya Agus Safari, General Umum PT Adetex dan disaksikan sejumlah wartawan dari Jurnalis Peduli Citarum Harum (JPCH) serta beberapa pegiat lingkungan, Senin, (4/6/2018), di Hotel Luxton, Jl.Ir.H.Juanda (Dago) Bandung.

(Keterangan foto: ki-ka, Komandan Sektor (Dansektor) 21 Kol. Inf. Yusep Sudrajat dan Agus Safari, General Umum PT Adetex).

Wewen yang beberapa saat sebelum pertemuan digelar sempat mengatakan “saya ini stress …”, melalui juru bicaranya, berjanji ”Tidak akan mencemari sungai Citarum.”

Terungkap dalam pertemuan ini Yusep memberikan ulasan, diantaranya bahwa negara saat ini merugi Rp.1,9 triliun. Sekitar Rp.1,2 triliun habis mengobati masyarakat yang sakit, terpapar cemar sungai Citarum. Ini terlihat dari penggunaan kartu BPJS.”

Menurut Yusep yang tampak berpembawaan terbuka kepada wartawan dan pegiat penyelamat lingkungan hidup,”Data di saya, orang gila, kanker kulit, dan stroke terbanyak ada di Jawa Barat, kebanyakan berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.”

Menurutnya pula, jutaan warga yang tinggal di DAS Citarum tidak ada yang berani meminum air sumur yang bersumber dari sungai Citarum,“Masyarakat membeli air kemasan. Air sumur sudah tercemar berat, di antaranya oleh limbah pabrik. Dalam jangka panjang, ini sangat tidak baik.Dan berapa kerugian dari warga yang terdampak pencemaran limbah ?”.

Masih kata Yusep,”Bahkan, banyak ikan sapu-sapu yang relatif tahan, justru mati. Ditelusuri, ternyata di area sana di atasnya ada PT Adetex dan PT Papirus. Diduga kuat, merekalah penyebabnya dengan membuang limbahnya ke sungai Citarum yang membuat ikat tersebut mati”.

Atas desakan masyarakat pula, dan karena sudah 20 tahun pabrik tersebut beroperasi dengan melakukan pencemarannya dan berdasar panduan Perpres No 15 Tahun 2018, yang di antaranya memberi waktu 3 bulan sejak Maret 2018 membuat IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah) secara benar baik tersendiri, maupun komunal, wujudnya kala di lapangan dilakukan pengecoran pada lubang pembuangan limbah pabrik (out let). “Akhirnya saya dan Satgas Citarum Harum menutup lubang limbah PT Adetex, untuk perkara hukumnya itu ranah pihak kepolisian,” Menurut Dansektor 21, dahulu masih banyak anak-anak yang berenang di sungai Cisangkuy, sayang kini tidak ada lagi yang berani berenang disana.

Masuk akal, karena airnya tercemar berat, “PT Adetex lebih dari 20 tahun berdiri, saya harap kembalikan Citarum seperti dulu walaupun memang perlu dana lebih.” Disadari oleh Yusep, dirinya sebagai Komandan Sektor tidak bisa masuk ke ranah hukum terkait permasalahan PT Adetex, “Bisa saja pembuangan limbah PT Adetex yang saya cor dibuka, tetapi apabila air pembuangan limbahnya masih kotor, maka akan saya cor selamanya!” dengan ekspresi tegas.

Tanpa tedeng aling-aling, Yusep menekankan PT Adetex janganlah selalu berlindung di balik aturan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung yang peraturannya dikatakan sudah “usang”.

“DLH sudah lama kita tinggalkan, karena yang mereka kelola sudah tidak benar, lihat saja nanti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan turun tangan pada Agustus ini.”

Perihal saran air pembuangan limbah pabrik-pabrik bermasalah dibawa ke laboratorium, untuk diperiksa, Dansektor 21 berterus terang tidak menyanggupinya, “Saat ini ada 600 pabrik, tersebar di Cimahi dan Kabupaten Bandung. Kami hanya dibantu 200 prajurit, saran saya pabrik membuat kolam pembuangan yang ditanami ikan koi atau ikan emas. Bila ikan itu hidup sehat dan berlangsung terus, berarti air pembuangan ini tidak bermasalah. Ingat, biaya pemeriksaan air di Lab mencapai lima juta rupiah, itu mahal”.

Berkenaan pertemuan dirinya dengan pemilik PT Adetex, Dansektor 21 kembali mengungkapkan dirinya tidak pernah mau bertemu pemilik pabrik seorang diri, “Saya selalu membawa wartawan, karena saya tidak mau ‘masuk angin’ “.

Dijelaskan kembali Dansektor 21, perannya sebagai tentara kini berubah semata memerangi sampah dan limbah. Menurutnya, ini medan laga yang lebih sulit. Menurutnya, pabrik yang membuang limbah ke sungai Citarum, boleh disebut sebagai Penjahat Lingkungan, “Tetapi, bila disebut sebagai teroris lingkungan, biarlah negara yang nantinya memberi predikat tersebut.”

Mengimbangi apa yang dikatakan Dansektor 21, Agus Safari sambil membawa sampel limbah yang sudah dikatakannya memenuhi syarat digelontorkan ke sungai Citarum, namun masih dipertanyakan para pegiat penyelamatan lingkungan kebenarannya, mengatakan, pihaknya tidak pernah kucing-kucingan membuang limbah ke sungai Citarum.

“Kami selalu berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup. Setiap bulan memberi laporan, bahkan hingga saat ini belum pernah mendapat teguran dari Dinas Lingkungan Hidup.”

Masih dalam konteks pembuangan limbah pabrik diakui Agus Safari,“Memang pembuangan limbah kami sempat bermasalah karena ada motor mesin pengolah limbah yang mati. Memperbaikinya perlu waktu, kami berjanji secepatnya diperbaiki. Mudah-mudahan dalam waktu dua minggu berjalan normal.”.

Sayangnya, Wewen dan Agus Safari, hingga pertemuan ini berakhir, tidak menanggapi serius penekanan dari Dansektor yang menginginkan, mencontoh kondisi out let (pembuangan) pabrik-pabrik di Jawa Tengah – selalu dibangun kolam indikator pencemaran air limbah, dengan memelihara ikan koi dan ikan mas.

“Niat baik PT Adetex sampai ujung pertemuan ini, tak terlihat tak jelas keseriusannya. Masih di seputar janji. Dua minggu dari sekarang, katanya akan pulih, perlu dibuktikan di lapangan. Soal saran pembuatan indikator kolam ikan pun, mereka anggap angin lalu,” kata Joker alias Rohimat, Ketua Umum PMPRI.***

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan