Bandung Side, Salatiga, 9 Mei 2018 – PT Frisian Flag Indonesia (FFI) kembali membuktikan komitmennya untuk memberdayakan peternak sapi perah di Indonesia dengan menyelenggarakan kegiatan Ngariung Cerdas Bareng Peternak Salatiga, sebuah acara diskusi antara peternak sapi perah, ahli peternakan dari koperasi daerah setempat serta ahli persusuan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peternak sapi perah lokal atas tata kelola dan tata laksana peternakan yang baik (Good Dairy Farming Practice – GDFP). Acara ini juga menjadi bentuk refleksi dukungan FFI dalam mendorong seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan Indonesia untuk bersinergi membangun industri.
Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.26/Permentan/PK.450/7/2017 tentang Penyediaan dan Peredaran Susu yang menggarisbawahi upaya pemenuhan kebutuhan susu nasional, diantaranya melalui sinergi para seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan. Pelaksanaan sinergi yang kuat diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan yang masih harus dihadapi peternakan sapi perah lokal untuk bertumbuh.
Corporate Affairs Director FFI Andrew F. Saputro mengatakan, ”Sebagai pelaku di industri persusuan dan bagian dari keluarga koperasi, sudah menjadi komitmen kami sejak lama dalam membantu para peternak sapi perah lokal untuk berkembang, mengingat FFI adalah bagian dari Friesland Campina yang juga berbasis koperasi.
Kami melihat bahwa, Andrew F Saputro menambahkan, bahwa tantangan terbesar yang dihadapi industri peternakan sapi perah di Indonesia adalah minimnya pengetahuan para peternak mengenai GDFP sehingga mereka masih menjalankan pola peternakan tradisional yang tidak mampu menghasilkan hasil susu dengan produktivitas dan kualitas tinggi. Karena itulah melalui payung Dairy Development Program, kami melaksanakan kegiatan Ngariung Cerdas Bareng Peternak Salatiga sebagai salah satu kontribusi kami sebagai pelaku industri untuk industri persusuan di Indonesia.
Dalam acara Ngariung Cerdas Bareng Peternak Salatiga, FFI tidak hanya menghadirkan ahli peternakan dan dokter hewan dari Koperasi Unit Desa (KUD) Wahyu Agung, Salatiga, namun juga menghadirkan Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Peternakan Bogor, Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, PhD sebagai pembicara tamu. Saat ditemui dalam acara tersebut, Epi mengatakan, memang benar masih banyak tantangan yang harus dihadapi para peternak sapi perah Indonesia.
“Namun saya yakin setiap tantangan ini bisa tertangani dengan cepat bila setiap pemangku kepentingan di Indonesia mampu bersinergi dengan baik. Kami sebagai bagian dari akademisi pun bersedia membantu untuk melakukan pelatihan dan pendampingan untuk para peternak demi perbaikan manajemen pemeliharaan dan kesehatan hewan, tentunya bisa melalui kerja sama baik dengan pelaku usaha seperti yang dilakukan FFI saat ini, dengan pemerintah, maupun dengan pihak koperasi peternakan daerah,” papar Epi Taufik.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.26/Permentan/PK.450/7/2017 mendorong adanya peningkatan produktivitas peternak melalui pendampingan di lokasi budi daya, yang selain dilakukan oleh Kementerian Pertanian, juga dapat dilakukan oleh perguruan tinggi, koperasi, serta pelaku usaha.
“FFI memang telah sejak lama menjalankan Dairy Development Program (DDP) sebagai bagian upaya kami memberdayakan para peternak sapi perah lokal. Setelah menjalankan serangkaian program pemberdayaan peternak di Jawa Barat dan Jawa Timur, untuk pertama kalinya kami merambah Jawa Tengah, tepatnya di kota Salatiga ini, melalui kegiatan diskusi bersama dengan peternak, yang juga didukung oleh pihak koperasi KUD Wahyu Agung Salatiga dan pihak perguruan tinggi yang diwakili oleh Epi Taufik,”ujar Andrew menambahkan.
Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi awal mula kolaborasi berkelanjutan dan berkesinambungan dari FFI untuk memberikan kontribusi nyata pada peningkatan produktivitas dan kualitas hasil susu ternak sapi di Indonesia, lanjut Andrew menegaskan.
Senada dengan Andrew, Epi menyampaikan, “Sinergi yang kuat memang dibutuhkan bagi setiap pihak yang terlibat dalam industri persusuan ini. Peranan yang tidak kalah pentingnya juga diharapkan dari pihak koperasi peternakan yang selama ini menjadi pihak perangkul para peternak, yang menampung serta mengevaluasi susu hasil ternak secara adil dan berimbang. Sudah selayaknya koperasi menjadi wadah utama untuk pemberdayaan para peternak, tentunya dengan bantuan dan dukungan dari pihak lainnya, khususnya pelaku usaha”.
FFI sendiri telah sejak lama bekerja sama dengan pihak koperasi peternak di Jawa Barat dan Jawa Timur untuk menjalankan berbagai kegiatan pemberdayaan peternak. Belum lama ini, FFI juga telah menginisiasi digitalized milk collection point (MCP) di Pangalengan, Jawa Barat, yang bisa membantu pihak koperasi menjaga kandungan bakteri dalam susu (total count plate – TCP) seminimal mungkin, melakukan analisa susu & pembayaran per peternak. Ngariung Cerdas sendiri telah berlangsung sejak tahun 2016 dan telah menjangkau lebih dari 1.000 peternak di wilayah jangkauan FFI seperti Pangalengan, Lembang, Pasuruan, Tulung Agung, dan Salatiga.
Menyadari masih banyaknya tantangan yang harus dihadapi para peternak sapi perah di Indonesia, FFI kembali mengajak seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan untuk bekerja sama memajukan industri. Tidak hanya bertujuan untuk berkontribusi pada pertumbuhan perekonomian Indonesia pada umumnya, namun kesejahteraan peternak sapi perah Indonesia dan pemenuhan kebutuhan susu nasional harus menjadi fokus utama dari sinergi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah dan kementerian terkait, pelaku industri, koperasi peternakan, hingga akademisi.***