Bandung Side, -Banjir, setiap kali datang dan selalu menghentakkan kita semua terutama akhir-akhir ini dirasakan oleh warga Kota Bandung diilhami oleh proses pembiaran kita maupun berbagai pihak. Pembiaran yang menjadi banyak bertumbuhan bangunan hotel yang secara rakus bercokol disetiap sudut Kota bandung, Vila, perumahan elit yang mentereng diatas resapan air dan hutan lindung membuahkan banjir yang meluluhlantakkan lingkungan.
“Kejadian bencaba banjir yang melanda daerah Cicaheum dan sekitarnya minggu lalu bukan hal yang aneh,” kata seniman Tisna Sanjaya, dalam pameran bertajuk #Banjir yang diprakarsai oleh Ikatan Alumni Seni Rupa ITB (IASR ITB) yang digelar 21 – 28 April 2018 di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) jl. Naripan No. 7 -9 Bandung.
“Kami angkat tema banjir sebab ini merupakan salah satu bentuk solidaritas terhadap bencana alam yang terjadi di Kota Bandung dan sekitarnya dengan karya seni rupa yang ditampilkan mulai dari seni lukis, patung dan video art,” kata Tisna.
Inisiatif pameran dibuat setelah kejadian banjir di daerah Cicaheum beberapa waktu lalu. Membuat kaget warga Kota Bandung, melumpuhkan lalu lintas dan beberapa rumah maupun pertokoan sepanjang jalan Terminal Bus Cicaheum ikut rusak.
Melihat kejadian tersebut, akhirnya IASR ITB berkumpul dan akhirnya terbentuk satu pameran besar yang isinya menampilkan segala macam karya yang ditampilkan tentang banjir.
“Banjir disini kami definisikan bukan hanya air tapi juga bisa banjir yang lain, seperti teknologi, budaya, ekonomi dan pola pikir saat ini, serta yang lainnya diaplikasikan dalam bentuk karya seni pada pameran yang diikuti 64 seniman IASR ITB dari angkatan 1955 – 1999,” terang Tisna.
Saat memasuki gedung YPK, pengunjung bisa langsung dilihat gantungan air yang dimasukan kedalam air, sekira 100 gantungan disusun menyerupai ombak air banjir. Yang mendefinisikan lajur air saat terjadi ombak.
“Jadi kalau banjir air yang mengalir dijalan seperti ombak, pasti ada yang terhalang seperti lumpur, kayu bahkan berbelok keruang yang kosong, Nah saya mau menggambarkan banjir seperti itu dengan berbagai media yang sederhana,” jelas Tisna menginterprestasikan karyanya.
“Saya berharap setelah dibuatnya pameran ini, pemerintah bisa lebih peka dan serius menangani permasalahan di Kota Bandung. Banjir air dan lumpur yang menenggelamkan warga hanyalah salah satu contoh dari akumulasi situasi dan kondisi budaya warganya dan gambaran dari kelemahan para pemangku kebijakan kota ini dalam bersikap,”pungkas Tisna. ***