Pangdam III/Siliwangi: Dampak Kerusakan Ekosistem di Sungai Citarum Lebih Besar Dari Terorisme

Bandung Side, Des 2017 – Kehadiran ratusan lebih prajurit TNI AD dari jajaran Kodam Siliwangi menjadi pemandangan yang
luar biasa, tepatnya di Kecamatan Kertasari, Desa Taruma Jaya dalam rangka melaksanakan karya bhakti membenahi dan membersihkan kawasan Situ Cisanti yang konon sudah berusia 12 juta tahun ini dari tumpukan sampah plastik dan sedimentasi, Minggu (3/12/2017).

Karya Bakti bertemakan “Sabilulungan Tanam Pohon Kesayangan”, dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia, Panglima Daerah Militer III/Siliwangi Mayjen Doni Monardo, Bupati Bandung Dadang Nazer bersama masyarakat sepanjang aliran DAS Citarum.

“Di tahun 1960-an dihutan Amazon, Brazil terjadi maraknya illegal logging dan mengakibatkan kerusakan lingkungan baik dihilir mau hulu Sungai Amazon, namun seiring waktu pemerintah Brazil
mempercayakan kepada tentara Brazil atau Ranger-nya untuk menangani permasalahan tersebut, dan akhirnya berhasil memperbaiki kerusakan lingkungan di sungai Amazon, masyarakat Brazil hingga kini sangat bangga dengan tentaranya,”kata Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengawali paparan kata sambutannya.

“Sedangkan Mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dengan tegas memerintahkan untuk menghijaukan Singapura, dan hasilnya sepanjang Bandara Changi hingga tengah kota Singapura
ditanami pohon Trembesi,”ulang Pangdam lebih lanjut.

Pangdam juga mengatakan, sekarang adalah era kompetisi global, dan Indonesia harus mampu bersaing dengan memprioritaskan beberapa faktor yakni, DNA/keturunannya, pendidikan, air dan makanan, serta lingkungan dan kesehatan.

Mengenai kondisi di Jawa Barat, terdapat 50 juta orang yang hidupnya bergantung pada alam, begitu juga dengan kebutuhan air. Pemanfaatan air untuk kehidupan sehari-hari dengan menggunakan air permukaan tanah yang tersimpan pada pohon di gunung-gunung. Dari 17 gunung yang ada di Jabar terdapat 3 gunung yang ketinggiannya 2000 meter di atas permukaan laut. Bahkan DKI Jakarta sendiri sangat tergantung pada dua gunung dalam memenuhi kebutuhan air tanahnya yaitu dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak.

Pangdam mengatakan, bila air tanah di Pulau Jawa terus-menerus disedot maka yang terjadi adalah akan ada pengurangan permukaan tanah atau menurunnya permukaan tanah, belum lagi ketika
pohon-pohon dihutan ditebangi secara liar akan menyebabkan air tidak dapat tersimpan didalam tanah sehingga mengakibatkan debit mata air berkurang.

“Oleh karena itu, kami dari Kodam III/Siliwangi ingin memberikan energi yang kami miliki, karena tentara kami mampu bertugas di daerah konflik melalui pendekatan hati dan sangat mendapat
dihati masyarakat diberbagai daerah,” kata Pangdam.

Mengenai penanganan Sungai Citarum, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo menegaskan, saat ini dibutuhkan satu komando untuk menangani berbagai permasalahan dan melindungi ekosistem Sungai Citarum. Disamping itu diperlukan payung hukum agar tidak ada pihak-pihak yang terlampaui, memanfaatkan kondisi ini. “Dengan adanya keputusan Pemerintah Pusat dalam mengelola sungai Citarum, akhirnya semua angkatan darat akan bekerja secara maksimal dan total mengabdi. Sehingga dibutuhkan
transparansi pengelolaan anggaran dalam penanganan Sungai Citarum ini,” tegas Pangdam.

“Kodam III/Siliwangi hingga saat ini sudah 7 kali melakukan pertemuan dengan berbagai kelompok, kami ingin pihak yang sudah 40 tahun melakukan penelitian Sungai Citarum bisa memberi masukan bagaimana mengembalikan Sungai Citarum sebagaimana fungsinya, memperbaiki ekosistem, dan Sungai Citarum kembali ada ikannya,” kata Pangdam, “Saat ini di Sungai Citarum hanya ada ikan sapu-sapu yang mampu hidup, karena jenis ikan ini tahan dengan limbah dan ikan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, dikuatirkan akan terpaksa dijual kepada pengelola makanan untuk dikonsumsi pada anak-anak kita,” kata Pangdam.

Sungai Citarum mempunyai nilai historis dan kepentingan strategis, seperti padi yang dihasilkan oleh daerah Kabupaten Karawang dan Indramayu berasal dari aliran Sungai Citarum, namun menurut
penelitian sudah terkontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), kadar merkurinya sudah melewati ambang batas. Bahkan menurut penelitian dari pihak swasta, air di Waduk Jatiluhur dan Kali Malang yang airnya dikonsumsi warga DKI Jakarta sudah tercemar bakteri E.coli.

“Seperti diketahui, 80 persen penduduk Jakarta hidup dari Kali Malang, padahal airnya sudah tidak sehat, dan penduduk di aliran Sungai Citarum banyak yang bergantung pada sumur-sumur yang
sumbernya dari Sungai Citarum,” ungkap Pangdam.

“Bila kerusakan ekosistem di Sungai Citarum dibiarkan, maka dampaknya lebih besar dari terorisme, maka dibutuhkan satu komando dalam melindungi ekosistem di Sungai Citarum,”seru Pangdam.

Kita harus bisa merawat Sungai Citarum, dengan menanam kembali pohon hutan. Melalui Pangdam, Kodam III/Siliwangi sudah menyiapkan 40.000 bibit pohon Tarum / Nila / Indegofera untuk dibagikan kepada masyarakat yang tinggal disekitar Sungai Citarum.

“Tahap pertama kita akan membagikan 6000 batang pohon Tarum, dan kita akan tambah terus, namun saya ingin bibit yang dibagikan berkualitas,” tegas Pangdam.

Pangdam kembali mengungkapkan, saat ini Bangsa Jerman merupakan bangsa yang paling pintar di dunia, “Mereka pintar karena mendapatkan air bersih dari pemerintahnya, karena bila kita
mengkonsumsi air yang tidak bersih, maka kualitas hidup kita tidak akan baik, bandingkan dengan di Jawa Barat, air dan makanan yang kita konsumsi seperti apa,”ujar Pangdam.

Saya sudah bilang kepada Kapolri, lanjut Pangdam, bila kita tidak mengurus Sungai Citarum, kita semua akan masuk neraka, karena kita semua sudah diingatkan dengan berbagai bencana alam baik banjir maupun longsor terjadi dimana-mana.

Mengenai target pencapaian “Citarum Harum” Project, Pangdam mengungkapkan kembali, pihaknya menargetkan enam bulan hingga satu tahun sampah di permukaan Sungai Citarum sudah dapat dibersihkan, namun untuk limbah industri butuh 2 tahun untuk membersihkan, dengan catatan instalasi pembuangan
limbah sudah dibangun. “Sedangkan penghijauan di Hulu Sungai Citarum dan mengangkat sedimentasi di dasar Sungai Citarum
membutuhkan 5 hingga 10 tahun,” ungkap Pangdam.

“Saat ini banyak tanaman jangka pendek yang ditanam di sekitar Sungai Citarum, dan tanaman tersebut tidak bagus untuk kepentingan ekologi Sungai Citarum,” ungkap Pangdam, “Saya selaku Pangdam III/Siliwangi bertugas melindungi ekosistem Sungai Citarum. Saat ini dibentuk 20 klaster yang di dalamnya ada berbagai ahli di bidangnya, ulama, pemerhati lingkungan, polisi dan klaster tersebut dikoordinir oleh seorang Kolonel,”tegas Pangdam.

Selain itu akan ada Satgas-Satgas yang terus melakukan sosialisasi tentang arti pentingnya Sungai Citarum. Diperlukan pendekatan hati untuk merubah perilaku masyarakat yang tinggal di
sekitar Sungai Citarum dalam hal membuang sampah maupun upaya penghijauan, maka para Satgas akan berbaur dengan masyarakat bahkan ada yang tidur di rumah-rumah penduduk untuk memperhatikan kebiasaan dalam kehidupannya,” ungkap Pangdam.

Selain itu perlu pendekatan keagamaan, maka diperlukan peran tokoh-tokoh agama, selain itu untuk menangani permasalahan Sungai Citarum ini akan dimunculkan kearifan lokal dengan
memunculkan kembali tokoh Kabayan. Dengan figur baru Kabayan Zaman Now diharapkan bisa mengajak elemen masyarakat menjaga kebersihan dan ekosistem Sungai Citarum,” pungkas Pangdam.

Seusai memberi pengarahan, Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Doni Monardo mengunjungi Hulu Sungai Citarum yaitu Waduk Cisanti yang merupakan mata air purba yang saat ini debit airnya mengalamì penurunan drastis.***

Facebook Comments

Tinggalkan Balasan