Sang Pionir Astronomi, Karel Albert Rudolf Bosscha

Sejak jaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengamati langit sebagai bagian dari budaya dan kebutuhan. Untuk kepentingan pertanian, petunjuk arah saat melaut, perhitungan waktu, ritual keagamaan, penamaan berbagai rasi bintang dan sistem penanggalan merupakan bukti dari kegiatan astronomi Indonesia masa lalu.

1 Bosscha foto

Kegiatan pengamatan dan penelitian langit selatan juga telah dilakukan di Indonesia yakni oleh Johan Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Dengan membangun observatorium pribadi di Batavia (sekarang Jakarta) hasil pengamatan transit Venus tahun 1761, 1769 telah dipulikasikan dalam Philosophical Transactions. Astronomi Perancis, De Baugaiville pada tahun 1769 juga melakukan pengamatan transit Venus.

Dengan berdirinya Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV, Himpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Albert Rudolf Bosscha (KAR. Bosscha). Pada tanggal 12 Septeber 1920 diadakan rapat pertama NISV di Hotel Homman Bandung (Savoy Homman Hotel) yang memutuskan untuk membangun sebuah observatorium dalam memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda.

Atas kebaikan kakak beradik Ursane, tanah yang memiliki luas 6 Ha dihibahkan untuk pendirian observatorium. Terletak 15 km ke utara dari pusat kota Bandung, berada di salah satu anak pegunungan Tangkuban perahu dengan ketinggian 1.300 m diatas permukaan air laut menjadi pilihan untuk segera dilakukan pembangunan kontruksi observatorium. Hingga pada 1 januari 1923 sebagian bangunan sudah rampung yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal MR.D.Fock dan Dr.Voute diangkat sebagai direktur observatorium pertamanya.

Tugu Bosscha
Tugu Bosscha

Berkat bantuan KAR. Bosscha pula Obsercatorium memiliki teropong “Double Refraktor Zoise” yang didatangkan dari Jerman. Teleskop besar yang terdiri dari dua reflektor yang masing-masing mempunyai lensa obyektif 60 cm. Kedua buah teleskop itu dikungkung dalam satu tabung yang berdiameter 1,66 meter sehingga dapat menyapu pandangan hampir semua langit utara dan

selatan.

Merupakan teropong dengan lensa yang terbesar didunia dengan berat 17 ton dan panjangnya 11 meter dapat naik turun setinggi 3,8 meter setelah menyesuaikan bangunan kubah yang terbuat dari plat baja setebal 2 mm. Kubah berdiameter 14,5 meter mempunyai jendela yang dapat terbuka lebar 3 meter mampu bergeser karena memiliki dua pintu. Kubah yang memiliki berat 56 ton dapat berputar 360 derajat dengan menggunakan mesin 2 PK atau digerakkan dengan tangan. Sedangkan lantai juga dapat bergerak berputar dengan menggunakan motor bertenaga 14 PK dan dapat naik turun setinggi 3,8 meter.

Pada akhir Juli 1928 bangunan kubah observatorium selesai dan diresmikan pada 28 oktober 1928 usai kontruksi teleskop Double Reflektor Zoise dan teleskop Bamberg, 37cm diserahkan operasionalnya kepada Himpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda.

Beberapa bulan setelah peresmian dan dibukanya observatorium, pada tanggal 26 November 1928 KAR. Bosscha meninggal akibat trauma jantung dikediamannya di Puncak Bukit Nini dan dimakamkan di Perkebunan teh Malabar, Pengalengan Bandung pada tanggal 29 November1928. Kenangan dan jasa KAR. Bosscha tidak akan terlupakan oleh banyak orang khususnya astronomi Indonesia, untuk itu dengan mencantumkan nama sang pioner sebagai nama observatorium, yakni “Observatorium Bosscha”.
Observatorium Bosscha bagi Astronomi

Observatorium Bosscha dalam perkembangannya secara aktif memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan astronomi dan astrofisika secara teoritik maupun observasi. Sejak Himpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda menyerahkan Observatorium Bosscha kepada pemerintahan RI pada tanggal 17 Oktober 1951, bergabung dengan Fakultas Teknik, Jurusan Ilmu Murni, Universitas Indonesia di Bandung. Pada tahun 1959 Fakultas Teknik memisahkan diri dari Universitas Indonesia dan menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB), sehingga Observatorium Bosscha menjadi bagian dari ITB.

Selain berfungsi sebagai lembaga penelitian, pengembangan Astronomi dan Sains Keantariksaan Indonesia, Observatorium Bosscha juga menjadi sarana pendidikan formal Astronomi di Indonesia juga ikut berperan dalam membentuk sosok Astronom senior Indonesia dan generasi Astronom muda Indonesia.

Penelitian Astronomi dan Astrofisika meliputi Struktur Alam Semesta, Struktur Galaksi, Fisika Bintang, Bintang Ganda, Tata Surya dan Sains Antariksa secara teori maupun atas dasar pengamatan. Dengan didukung oleh fasilitas berupa teleskop optik, kepustakaan, internet dan komputer sehingga dapat berkomunikasi dengan dunia luar untuk mendapatkan informasi perkembangan Astronomi dan space science dari berbagai observatorium di dunia.
Teropong Di Observatorium Bosscha

Teropong Double Reflektor Zeiss teropong pertama yang berasal dari sumbangan KAR. Bosscha beserta kubahnya digunakan untuk memperoleh informasi Bintang Ganda, hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui jarak bintang, grafitasi antar bintang dan mengetahui planet lain yang tidak terlihat tapi mempengaruhi pergerakan bintang yang bergrafitasi besar. Selain pengamatan

Bintang Ganda, pengamatan detail komet terang, kawah permukaan bulan, posisi planet Saturnus dan planet Yupiter juga menggunakan Teropong Double Reflektor Zeiss.

Teropong Double Reflektor Zeiss
Teropong Double Reflektor Zeiss

Teropong Bamberg digunakan untuk mengukur fotometri gerhana bintang, pengamatan permukaan bulan, pengamatan bintik matahari, melihat citra kawah bulan, citra bintang ganda visul, citra planet dan benda langit lainnya secara langsung melalui okuler teropong.

Teropong Bamberg
Teropong Bamberg

Teropong Schmidt-Bima sakti, ditemukan oleh Benhard Schmidt dari Estonia tahun 1930 disebut juga dengan kamera langit cepat. Artinya untuk mendeteksi sebuah obyek yang sama terang tempo pencahayaan difokus teropong memerlukan waktu lebih cepat dibandingkan dengan teropong Double Reflektor Zeiss. Mendeteksi spektrum bintang dengan resolusi yang lebih rendah hingga mendeteksi bintang emisi garis Hidrogen. Digunakan untuk mempelajari struktur galaksi bima sakti, mengamati asteroid, supernova.

Teropong Bima Sakti
Teropong Bima Sakti

Teropong GOTO digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta pengamatan spektrum bintang yang dilengkapi dengan spektograf dan fotoelektrik. Data hasil pengamatan akan langsung disimpan kedalam media data (disket/hard disk) untuk pengelolahan lebih lanjut.

Teropong GOTO
Teropong GOTO

Teropong Unitron dapat digunakan untuk pengamatan dan pemotretan gerhana bulan maupun gerhana matahari, bahkan pernah digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari total pada tahun 1983 di Cepu, Jawa Tengah. Bila saat memasuki bulan puasa, teropong Unitron biasa digunakan untuk mengamati hilal.

Teropong Unitron
Teropong Unitron

 
Manfaat Astronomi

Dalam kehidupan Astronomi mempunyai manfaat seperti penentuan atau perhitungan almanak atau kalender. Penentuan atau perhitungan ini bagi sosio kultur sangatlah sensitif, misalkan untuk menentukan tanggal 1 bulan Ramadan dan penentuan tanggal 1 bulan syawal. Yang mana dalam almanak Islam memakai peredaran bulan sebagai basis perhitungan, lebih populer dengan menggunakan rukyat dan hisab.

Pemancar Hidrogen
Pemancar Hidrogen

Selan itu, sebagai patokan atau perhitungan bagi para nelayan tradisional yang tidak mampu membeli peralatan navigasi canggih, terutama pada malah hari dengan menggunakan patokan rasi-rasi. Begitu juga dengan perhitungan pasang surut air laut, nelayan tradisional juga memerlukan astronomi. Perhitungan musim tanam bagi para petani, dengan mengamati rasi-rasi bintang akan memudahkan mulai bercocok tanam hingga memanen hasil pertanian.

Secara umum manfaat bagi kehidupan, manusia dapat mengetahui pergerakan, penyebaran dan karakteristik benda-benda langit, menentukan waktu dengan berpatokan pada matahari dan bulan, membantu dalam menentukan arah mata angin, sebagai petunjuk fenomena alam atau kejadian-kejadian alam dibumi, dapat mengetahui keadaan cuaca yang sangat berguna untuk penerbangan dan pelayaran. Bila kita bijak, astronomi tidak secara langsung memberi manfaat bagi kehidupan tetapi bagi kelangsungan hidup masa depan mulai sekarang astronomi bekerja.***fjr

loading...
Facebook Comments

Tinggalkan Balasan